Teluk Kendari dan Ironi Reklamasi


Oleh: Sukmawati
 (Mahasiswi Universitas Halu Oleo)
Teluk Kendari merupakan ikon Kota Kendari,sekaligus destinasi wisata dengan biaya sangat terjangkau.  Namun kini terjadi pembangunan masif di Teluk Kendari yang menyebabkan sedimentasi.  Disisi lain masyarakat khawatir mereka tidak dapat seleluasa dulu untuk menikmati keindahan alamnya, sekaligus berbayar dengan tarif yang tak seperti dulu.  
Telisik.id (22/11/2021) melansir sejak dahulu pesona keindahan Teluk Kendari menjadi daya tarik tersendiri di kalangan tourist dan para pelancong. Kondisi tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan sebagai ikon wisata Kota Kendari. Geliat pembangunan pun masif dilakukan. Pembangunan Masjid Al-Alam, jembatan Teluk Kendari, kebun mangrove dan tempat tempat wisata lainnya terus didirikan.
Teluk Kendari pun sudah menjadi kawasan destinasi wisata terbesar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Namun dibalik percepatan geliat pertumbuhan ekonomi, ada nestapa bagi Teluk Kendari. Kawasan teluk mengalami degradasi kualitas lingkungan. Pendangkalan oleh gejala sedimentasi. Suatu pengendapan material yang dibawa oleh air, angin serta juga gletser.

Pemerhati lingkungan, Dr. La Baco Sudia, yang juga staf pengajar Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO mengatakan, sedimentasi yang masif terjadi di Teluk Kendari berasal dari muara lebih dari 10 sungai yang tersebar di berbagai daerah, diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu. “Teluk Kendari merupakan kawasan muara lebih dari 10 sungai diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu. Keseluruhan sungai-sungai tersebut membentuk kawasan yang disebut daerah aliran sungai yang dikenal dengan nama DAS Wanggu DS,” katanya.

Ketua Forum DAS Sulawesi Tenggara ini juga menyebutkan, pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan Masjid Al-Alam dapat mempengaruhi sedimentasi di Teluk Kendari, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Reklamasi Teluk Kendari yang dilakukan untuk kepentingan pembangunan fasilitas publik juga turut berandil besar terhadap kerusakan yang terjadi di teluk tersebut.


/Pembangunan dalam Islam Tidak Hanya Mengejar Profit/ 
Hidup di alam bebas merupakan suatu kebebasan yang memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk hidup di dunia ini. Kesatuan berbagai komponen di alam semesta saling berkaitan satu dengan yang lainnya membentuk suatu proses yang sangat dinamis dan juga ideal. Dalam kehidupan di alam semesta terdapat proses yang berkaitan antara komponen biotik dan juga komponen abiotik. 

Dalam Islam, pembangunan selalu memperhatikan keseimbangan alam dan tidak mengutamakan profit (keuntungan), sebaliknya pembangunan dilakukan untuk kemaslahatan umat dan mengharap ridha Allah swt.
“Dialah (Allah) yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmatNya (hujan) ; dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, agar kami memberi minum dengan air itu sebgian besar dari makhluk kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak” (QS Al Furqan : 48-49)  

Jika manusia menerapkan sistem pembangunan yang hanya berorientasi profit (keuntungan) saja, maka tunggu, kehancuran akan terjadi. “Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan-kerusakan di muka bumi” (QS Al Maidah : 32).

Karena itu jangan salahkan masyarakjat jika memilih untuk diatur dengan hukum Allah swt, karena hukum Allah swt telah terbukti mensejahterakan umat selama 13 Abad, tepatnya saat sistem Islam masih tegak.  Wallahu’alam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post