Oleh : Helmy Agnya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa varian Omicron mampu mengubah arah pandemi yang kini telah menjadi krisis global, (CNBC Indonesia NEWS, 12//12/2021).
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa Covid-19 varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Namun, kini telah menyebar hingga ke 57 negara dunia. Varian baru ini juga dianggapnya mampu menyebar lebih cepat dibandingkan varian-varian sebelumnya, (CNBC International, 12/12/2021).
Kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga meminta agar negara-negara segera untuk memvaksinasi secepat mungkin dan menjaga langkah-langkah untuk melindungi orang-orang dari infeksi Covid-19.
Karena, WHO khawatir kehadiran Omicron menjadi sebab munculnya wabah pandemik gelombang ke 3 karena tidak memadainya informasi dan penanganan.
Meskipun, beberapa bukti menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan Omicron jauh lebih ringan. Tapi menurut WHO masih terlalu dini, untuk menarik kesimpulan akhir terkait varian baru ini.
Lagi-lagi ini menunjukkan yang kesekian kali gagalnya sistem kapitalis dunia dalam menangani pandemi. Sudah menjadi hal biasa, bahwa dalam sistem kapitalisme selalu menempatkan kepentingan ekonomi diatas segalanya. Karena, pemikiran yang menjadi asas dari sistem ini adalah menjadikan materi sebagai tujuan kehidupan, serta manfaat sebagai standar kehidupan.
Demi mempertahankan perekonomian negara. Penguasa tidak peduli apakah rakyat terjangkit wabah atau tidak. Mereka hanya memberi himbauan agar tetap menjaga protokol kesehatan selama beraktifitas. Sedangkan pintu masuknya warga asing dibuka dengan selebar-lebarnya.
Karena, lambat dalam menangani pada awal hadirnya wabah ini. Mengakibatkan wabah meluas hingga menciptakan covid varian baru lagi. Jika penyeselasaian wabah stagnan pada solusi itu-itu saja. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa varian baru dan gelombang baru pandemi covid-19 akan terus menghantui dunia.
Seyogianya, penguasa yang memiliki peran penting sebagai penindak cepat atas segala problem yang terjadi didalam negeri. Seharusnya mempercepat mengambil tindakan menangani wabah ini dengan baik. Bukan malah abai apalagi santai.
Dan pada akhirnya, atas keterlambatan penanganan oleh penguasa. Menyebabkan wabah semakin menyebar, dan tak sedikit yang menjadi korban akibat terjangkit oleh Covid-19.
Keterlambatan dalam memberikan pelayanan terhadap wabah, tiada lain karena lebih mengedepankan ekonomi. Sebab, jika negara memaksakan, maka yang terjadi adalah kemerosotan serta tidak ada nilai keuntungan yang akan mereka peroleh. Sebab itulah, negara begitu enggan menggelontorkan dana dengan cepat untuk menangani wabah pandemi.
Namun, sayang sistem yang diagung-agungkan oleh para pemuja demokrasi-kapitalisme telah wafat perannya sebagai seorang pemimpin. Mengharapkan hadirnya seorang pemimpin yang akan menjaga, melindungi serta memberikan pelayanan untuk rakyat tidak hadir untuk rakyatnya. Tetapi, mereka hadir untuk orang-orang di kalangan mereka saja. Siapa yang memiliki status sosial tinggi alias yang bermodal banyak, maka mereka akan segera melayani.
Jika yang tak berduit akan tenggelam dengan kemiskinan, tersapukan oleh lidi keegoisan. Tak lagi dihiraukan jika tak menghasilkan manfaat.
Selama payung hukum yang berasaskan bukan dari Islam, maka tidak akan pernah ditemukan sebuah solusi yang hakiki atas persoalan yang menimpa negeri ini. Dari beberapa kebijakan yang penguasa terapkan. Hasilnya nihil tidak mampu menangani wabah saat ini. Karena memang sistem kapitalisme bukan memberi solusi hakiki melainkan sebuah ilusi.
Berbeda dengan sistem Islam dalam negara Islam yakni Khilafah, menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pijakkan dalam menentukan sebuah kebijakan bukan atas dasar hawa nafsu belaka.
Karena menyelamatkan nyawa manusia lebih penting daripada materi. Sebab, kekuasaan dalam sistem Islam berfungsi sebagai pelindung bagi rakyat, penangungjawab terhadap nyawa rakyatnya. Pemimpin dalam Islam sadar bahwa kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
"Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya."
Penegakan syariat Islam, yakni dalam bingkai khilafah akan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya alam yang merupakan milik rakyat untuk dikelola oleh negara dan dikembalikan kepada rakyat.
Semisal, negara memberlakukan kebijakan lockdown atau penguncian dengan cepat. Tentunya, bukan sekedar dilockdown tetapi sandang, papan, serta pangan ditanggung oleh negara secara menyeluruh tanpa memandang mana status sosialnya yang tinggi, kaya dan miskin tanpa harus dibedakan.
Begitu luarbiasa ketika syariat Islam itu diterapkan. Dimana dijadikan sebagai solusi fundamental dalam mengatasi berbagai problem yang terjadi dalam sebuah negara. Bahkan, negara-negara di seluruh dunia akan disatukan dalam sebuah institusi besar yang bernama Khilafah.
Jika sekiranya umat saat ini tidak phobia terhadap Islam. Dan mau mengambil Islam sebagai ideologi yang hakiki dalam menuntaskan berbagai problematika hari ini, maka keberkahan ilahi akan menaungi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
(QS. An-Nur 24: Ayat 55)
Wallahualam bishawab.
Post a Comment