(Penggiat Literasi)
Moderasi beragama tak henti-hentinya terus digaungkan. Kampanye tentangnya terus dipropagandakan. Bahkan kebijakan pengarusutamaan moderasi telah masuk sebagai salah satu program kerja nasional yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMP) 2020-2024, dalam agenda Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan. Tak hanya itu, dana untuk penguatan moderasi naik berkali-kali lipat.
Anggaran moderasi lintas Direktorat Jenderal tahun ini mencapai Rp 3,2 triliun. Padahal sebelumnya hanya Rp.400 miliar. Hal ini sebagaimana diungkapkan Ketua Komisi VIII DPR, Yandri Susanto. (Republika.id, 28/09/2021)
Dari sini muncul pertanyaan, apakah moderasi beragama? Mengapa serius dijadikan program nasional? Benarkah moderasi beragama untuk tujuan persatuan dan perdamaian? Atau ada agenda terselubung di balik semua ini?
Makna Moderasi Beragama
Moderasi beragama adalah sikap beragama tidak ekstrim, berimbang, tengah-tengah dan menghargai penganut agama lain. Jika merujuk pada KBBI gabungan antara moderasi dan beragama yakni pengurangan kekerasan dan sikap ekstrim dalam beragama. Dalam bahasa Inggris, moderation artinya sikap sedang, tidak berlebih-lebihan dan sederhana.
Dari makna ini, moderasi beragama diharapkan mampu memberikan jalan tengah untuk menyelesaikan problem keberagaman beragama. Tidak boleh ada yang mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Sehingga dari sini pula akan tercipta suasana persatuan dan kesatuan beragama. Terjadi kerukunan dalam beragama dan tidak ada saling bermusuhan atas nama agama. Moderasi beragama diharapkan mampu menyelesaikan praktik keagamaan yang berlebihan. Tentu semua dilakukan dengan saling menghargai.
Di Balik Program Moderasi Beragama
Bagai racun berbalut madu, kiranya demikian peribahasa untuk menggambarkan program moderasi beragama. Dibungkus begitu manis namun nyatanya mengandung racun yang bisa mematikan rasa, hati, pikiran, dan akidah. Moderasi beragama dari arti bahasa sampai makna penjelasannya sangat memukau. Dipoles dengan begitu cantik. Namun, semua hanyalah lip service belaka.
Program moderasi beragama sesungguhnya adalah upaya untuk menjauhkan umat dari pemahaman dan praktik agama yang benar. Hal ini sasarannya tak lain dan tak bukan adalah Islam. Dengan program moderasi ini, kaum muslim digiring untuk memahami dan mengamalkan syariat sesuai tafsir mereka (Barat). Padahal, implementasi syariat tidak pakai tawar menawar. Apalagi hal tersebut berkaitan dengan yang wajib. Bahkan bisa dikatakan moderasi beragama adalah upaya penyesatan umat dalam memahami Islam kafah.
Moderasi beragama sesungguhnya sangat berbahaya. Bukti akan hal ini begitu banyak. Jika ditelisik, tujuan sebenarnya moderasi beragama di antaranya adalah
1. Umat Islam diminta agar lebih toleran yakni toleran kebablasan yang akhirnya mengarah pada pluralisme dan sinkretisme. Hal ini seakan memberikan gambaran bahwa umat Islam tidak begitu toleran sehingga toleransinya harus lebih diperkuat. Padahal toleransi dalam Islam jelas, untukmu agamamu, untukku agamaku. Bukan mengikuti dan merayakan hari raya agama lain.
2. Memandulkan ajaran dasar Islam seperti wajibnya mempelajari bahasa Arab bukan hanya dari segi struktural tetapi dari balaghah, nahwu dan lain-lain.
3. Mempraktikan ajaran Islam hanya dalam urusan privat. Padahal ajaran Islam bukan hanya berkaitan masalah individu seperti salat, puasa, zakat, haji. Lebih dari itu, Islam berkaitan juga dengan ekonomi, pergaulan, pemerintahan, termasuk jihad di jalan Allah. Praktik semua ini bukan hanya di ranah privat tetapi harus melibatkan publik.
4. Membuat umat Islam berpemahaman sekularisme yakni memisahkan agama dari kehidupan. Kaum muslimin boleh berbicara agama namun hanya di tempat privat. Di tempat umum dilarang. Sesungguhnya inilah buah ideologi kapitalisme yang diemban Barat. Barat berusaha agar Islam dijauhkan dari kehidupan kaum muslimin. Islam hanya dipraktikkan dalam ranah privat.
5. Menjauhkan kaum muslimin memahami Islam secara kafah. Ketika Islam hanya dijadikan ibadah ritual semata, tentu hal ini hanya akan menjauhkan pemahaman Islam yang sempurna. Padahal kita diperintahkan masuk Islam secara menyeluruh.
Dari sini jelas, bahwa moderasi beragama mempunyai makna terselubung. Mengapa kemudian programnya begitu terstruktur, dananya dilipatgandakan, kalau bukan punya maksud besar. Padahal dunia hari ini, jika ditanya apa penyebab persatuan dan perdamaian sulit didapat? Jawabannya karena kapitalisme global yang mencengkeram.
Negara penganut kapitalisme menggunakan kekuatannya untuk mencengkeram negeri-negeri kecil terutama negeri muslim untuk melancarkan dan melanggengkan hegemoninya. Mereka terus berusaha untuk memuluskan tujuan mereka. Salah satu tujuannya yakni umat Islam jauh dari memahami agama mereka dan benci terhadap syariat-Nya. Dampaknya, praktik beragama harus biasa-biasa saja atau tidak ekstrim. Jika ekstrim akan dilabeli bermacam-macam termasuk dianggap tidak toleran. Inilah moderasi beragama. Oleh karena itu, moderasi beragama adalah jubah Barat yang berganti.
Islam Kafah Solusi Masalah
Islam telah datang ribuan tahun yang lalu. Telah tertulis dalam kitab yang mulia, tiada keraguan di dalamnya. Islam adalah agama yang diridai-Nya. Hal ini tercantum dalam surah al-Maidah ayat 3.
Jika pemilik jagat raya ini telah mengatakan Islam agama sempurna, maka Islam mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Mengapa kita masih ragu? Jika hari ini Islam selalu dijadikan tertuduh radikal, intoleran, ekstrim, dan lain-lain. Sesungguhnya yang demikian adalah cara kerja orang-orang yang membenci Islam dan syariat-Nya yang agung. Hal ini tentu tak lain dan tak bukan adalah para kafir penjajah dan antek-anteknya.
Sesungguhnya, masalah hari ini penyebabnya karena ketiadaan penegak Islam, penjaga syariat dan penerap aturan yang kafah. Manusia secerdas apapun, sejenius bagaimanapun, ketika menjauh dan tidak bersandar pada aturan Ilahi, semua akan dikali nol. Masalah akan selalu terjadi. Bahkan masalah terus bertambah.
Solusinya, kembali kepada Islam. Hilangkan embel-embel Islam seperti, Islam moderat, Islam radikal dan sebagainya. Islam ya Islam tanpa tempelan apapun. Pahami Islam secara kafah, terapkan syariat secara sempurna melalui institusi Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment