Erupsi Gunung Semeru Membuat Pilu


Oleh  Maryatiningsih
(Ibu rumah tangga dan Aktivis Dakwah)


Gunung Semeru tiba-tiba terbangun dari tidur lamanya. Muntahan awan panas mulai menyapu pemukiman. Wargapun mulai panik berhamburan dan berupaya menyelamatkan diri.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 13 warga meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Seperti yang dilansir oleh DESKJABAR-Akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada Sabtu 4 Desember 2021 sore, hingga saat ini menewaskan 13 orang dan puluhan warga lainnya terluka.

"Sebanyak 41 orang yang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar, telah mendapatkan penanganan awal di Puskesmas Penanggal. Selanjutnya mereka dirujuk menuju RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara," ungkap Abdul Muhari Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam keterangannya, Minggu, 5 Desember 2021.

Mengingat bencana alam yang tak kunjung henti menghampiri negeri ini . Tentunya menjadi sebuah peringatan dan introspeksi diri dan negeri ini. Semakin hari miris memang kita melihat begitu banyak kemaksiatan yang hadir bertubi-tubi.

Namun, seharusnya pemerintah memperhatikan warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Pangan, sandang juga papan harus terpenuhi sesuai kebutuhan. Kita sebagai umat muslim juga wajib membantu dan mendoakan mereka karena bencana alam yang terjadi adalah qada dari Allah Swt. 

Dengan adanya bencana ini maka pemerintah harus mengevaluasi kembali dengan teliti.  Sistem mitigasi dan peringatan dini agar fenomena alam sejenis bisa diantisipasi maksimal agar tidak ada korban jiwa dan kesengsaraan besar pada manusia dan hewan, karena dampaknya sangat luar biasa. 

Yang menjadi pertanyaan apakah pemerintah sudah melakukannya? Early Warning System harus selalu aktif dan tersedia di setiap daerah yang rawan bencana seperti di desa sekitar gunung berapi, sebagai sensor yang dipasang di dekat seismometer yang akan berbunyi sebagai informasi bahwa ada peningkatan aktivitas/pergerakan besar gunung berapi.

“Namun pada kejadian erupsi Gunung Semeru ini diketahui bahwa tidak ada peringatan/pemberitahuan dini sebelumnya, maka sangat bahaya sekali bagi masyarakat sekitar. Sedangkan penjelasan dari Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM Eko lelono menyebutkan bahwa pada sekitar pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir pada seismograf, tetapi tidak ada peringatan dini sampai sekitar pukul 15.00 WIB ketika masyarakat berhamburan panik saat erupsi terjadi,” ungkap Wigyo.

Semoga dengan adanya berbagai bencana alam yang terjadi di negeri ini menjadikan pemerintahan ini lebih mengoptimalkan berbagai macam alat pendeteksi yang lebih memadai. 
Wallahu a’lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post