Oleh : Junari.S.I.Kom
Musim hujan tiba dengan berbagai dampak yang dirasakan masyarakat. Dari curah hujan yang tinggi, mengakibatkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta konversi tutupan lahan.
Awalnya lahan di tutup atau kawasan hutan, dan sekarang lahan di buka untuk lahan pertanian atau perkebunan serta curah hujan yang tinggi menyebabkan Kalimantan Barat banjir di daerah hulu Sungai Kapuas.
"Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya " kata Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati di Pontianak, (Merdeka.com, 7/11/21).
Menurutnya, solusi yang harus dilakukan untuk mencegah banjir ini, harus adanya sinergi pemerintah, "stakeholder" serta masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini, peran pemerintah dan "stakeholder" yang sigap mengatasi banjir sangat diharapkan, terutama sektor-sektor yang berwenang menangani masalah banjir. Harus adanya sinergi antar institusi baik Dinas Pekerjaan Umum, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Lingkungan Hidup dan institusi lainnya.
Banjir yang melanda bukan saja di satu wilayah. Bahkan setiap wilayah mengalami kebanjira ketika curah hujan yang tinggi sama seperti di wilayah kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut Jawa barat diakibatkan kerusakan kawasan hutan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan bencana Dengan kondisi tersebut, menurutnya perlu dilakukan treatment berupa reboisasi dari beberapa kejadian banjir di Garut dengan kaitan kawasan hutan yang rusak .
"Termasuk yang sekarang di selatan, (Kecamatan) Pameungpeuk. Itu kan kasusnya memang terjadi penggundulan di gunung Kasur, sehingga airnya tidak tertahan, akhirnya seperti itu (banjir). Saat hujan agak besar dan lama, pasti volumenya (air) itu sampai debitnya memenuhi permukaan sungai hampir 15 meter dari permukaan sungai. Sukaresmi lebih banyak ke ini (gundul) ya pepohonan di atasnya. Kalau akumulasi di atasnya, muaranya ke sungai. Air tidak tertangkap pepohonan karena gundul, karena tidak ada akar yang mengikat jadilah seperti ini (banjir bandang)," jelasnya.
Dibukanya lahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ternyata dampaknya sangat tinggi resikonya. Disebabkan lahan yang dibuka dengan besar besaran sehingga tidak mampu mengatasi aliran sungai yang meluap .
Kejadian banjir ini bukan saja merusak lingkungan akan tetapi terancamnya tempat tinggal masyarakat dan kekhawatiran akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi. Maka, untuk mengatasinya hukan saja pada genangan air akan tetapi harus lebih mengatasinya dengan mencari jalan solusi yang tepat.
Maka apabila penanganan air dengan curah hujan yang tinggi tidak mampu mengatasi. Maka, perlu dievaluasi hasil pembukaan lahan yang besar besaran di kawasan hutan. Tentu, solusinya bukan hanya pada tanam kembali pohon, yang di tebang seribu pohon maka besar kemungkinan pohon yang di tanam kembali hanya 40 porsen saja di tanam lembali.
Banjir bukan saja terjadi pada tahun ini, tahun-tahun sebelumnya pun ketika curah hujan yang tinggi banjir bandang menerjang. Hal ini terjadi karena solusi yang dilahirkan bukan solusi yang tuntas pada penanganan secara komprehensif.
Ada yang perlu diperhatikan tuntas oleh penguasa, adanya banjir ini disebabkan atas mengkapitaliskan lahan sebagai Ajang bisnis untuk melengkapi keinginan yang tiada titik temunya. Sehingga, pembukan lahan bukan saja untuk memenuhi kebutuhan melainkan keinginan yang di luarbatas. Alhasil, ulah dari dari tangan beberapa manusia mengakibatkan ancaman banyak orang.
Apabila ingin menyejahterakan rakyat maka harus memikirkan solusi yang benar benar mengatasi dengan baik. Jika mengkapitaliskan dalam pembukaan lahan maka tidak akan ada titik temu, yang ada hanya solusinya memperbaiki genangan air dan menanam kembali pohon sedangkan pembabatan lahan tetap dibuka. Alhasil yang ada hanya merusak lingkungan dengan memperbaiki daratan rendah sedangkan fokus utamanya tidak diperhatikan.
Padahal adanya banjir karena ulah tangan manusia yang lebih memfokuskan keinginan dari pada kebutuhan, sehingga lahan dibuka secara besar besaran.
Curah hujan yang tinggi Ini hanya salah satu pemicu banjir selain kerusakan kawasan hutan dan sebab lain. Tidak sedikit merenggut korban jiwa dan kesengsaraan ratusan ribu manusia akibat banjir yang terus berlangsung. Hal ini terjadi akibat pembangunan kapitalistik yang mengutamakan kepentingan pribadi ketimbang orang di sekitar. Kurangnya perhatian ini dengan munculnya banjir sudah membuktikan gagalnya dalam menangani kasus yang sama ketika curah hujan yang tinggi.
Banjir yang diundang oleh manusia lewat tangan tangan manusia yang merusak lingkungan dengan tidak saling menjaga anatara pemerintah dan rakyat. Penjagaan lingkungan yang bersih dan aman, seharusnya rakyat penguasa dan alam mampu menyamai hingga tidak adanya kerusakan.
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik, berdoalah kepada-nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan (TQS Al-A'raf:7 [56].
Hal ini menunjukan kepada umat bahwasannya yang ada di dunia adalah titipan yang harus dijaga dengan sebaiknya serta diwajibkan untuk menjaga lingkungan sebagai konsekuensi nikmat yang diberikan Allah SWT dengan melindungi lingkungan dengan rasa sadar yang dibangun dari ketaqwaan.
Maka tidak didapati ketaqwaan dalam sistem kapitalistik. Sebab, di dalam ruang lingkup kapitalisme hanya mengutamakan keinginan individu. Dimana keinginan meraih kekuasaan serta menumpuk numpuk harta tanpa mempertimbangkan antara keinginan dan kebutuhan.
Hanya Islam yang mengatur dari segala aspek kehidupan. Termasuk dalam memahamkan lingkungan sebagai bentuk dan tanggung jawab yang diamanahkan oleh maha pencipta alam semesta untuk dijaga dan dirawat. Ketika umat dibangun dari dasar taqwa maka Al-quran sebagai landasan atau pedoman taqwa yang akan meluruskan segala problematika yang terus berlangsung.
Berbanding terbalik dengan pembangunan dalam sistem Islam yang berorientasi memperhatikan penyelamatan dan kesejahteraan publik atau rakyat. Karena, Islam memandang wajibnya melindungi alam, manusia maupun yang ada di muka bumi ini bukan untuk keuntungan segelintir elit.
Ketaqwaan ini di bangun atas dasar sadar serta harus adanya negara yang mengayomi taqwa agar mampu di terapkan secara menyeluruh. Oleh karena itu, umat butuh daulah sebagai pengayom atas keterlantaran umat serta minimnya pengetahuan yang diakibatkan jauhnya pada pendoman yang sesungguhnya ialah Al-quran dan Sunah yang harus di jadikan pandangan hidup.
Wallahualam bishawab.
Post a Comment