Oleh Siti Ruaida, S.Pd.
(Pemerhati Masalah Pendidikan)
Santri adalah generasi muda yang akan membangun peradaban mulia. Kader yang tangguh pemegang estafet perjuangan. Namun kondisi yang didominasi kapitalis sekularisme menjadi sandungan yang berpotensi melemahkan potensi santri. Hal ini tentu mau tidak mau kita harus membentengi mereka dengan keimanan yang kokoh sebagai pondasi, agar taat syariat dan memiliki kecakapan dan kecukupan ilmu. Hingga memiliki komitmen untuk Istikamah dalam kebenaran yang mereka yakini.
Hal ini menjadi tanggung jawab bersama yang melibatkan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan seperti pesantren, hingga negara dalam memberi pendidikan yang layak. Agar kemurnian Islam terjaga dari ide pemikiran yang bertentangan dan merusak santri. Masifnya serangan pemikiran atau perang pemikiran, yang menggantikan perang fisik. Sudah barang tentu sangat mengkhawatirkan kita semua.
Kita harus menyadari potensi bahaya yang membajak pola hubungan pendidikan, semisal proses industrialisasi dalam pendidikan yang diarahkan pada kepentingan dagang dan politik. Hingga yang terbentuk karakter pembelajar yang sekuler, hedonis. Materialis, individualis dan pragmatis. Ini adalah bahaya yang menyerang pemikiran yang dikemas secara halus, hingga dapat melemahkan kewaspadaan.
Peringatan Hari Santri
Dalam peringatan Hari Santri Nasional 2021 dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Presiden Joko Widodo berharap MES mampu mengembangkan ekonomi syariah dan melahirkan lebih banyak wirausaha dari kalangan santri dan lulusan pondok pesantren. (viva, 22/10/2021)
Perlu kita ketahui, The States of Global Islamic Economy Indicator Report menyebutkan bahwa peringkat ekonomi syariah Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada 2020, ekonomi syariah Indonesia sudah berada di peringkat ke-4 dunia.
Pada kesempatan yang lain, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa. Selain itu, pesantren juga menjadi pasar bagi masyarakat desa di sekitar pesantren. Bagi desa, pesantren menopang pencapaian tujuan SDGs Desa ke-4 (Pendidikan Desa Berkualitas) serta tujuan SDGs Desa ke-18 (Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif). Pesantren menunjang dinamika kelembagaan desa dan menopang budaya desa. (inews, 22/10/2021) .
Melalui momentum peringatan hari santri, kaum Muslim harusnya berupaya mewujudkan profil generasi Muslim sebagai duta Islam hakiki yang berpola pikir dan sikap Islam. Karena tidak bisa dipungkiri generasi muda adalah tonggak perubahan bangsa yang ditangannya ada tanggung jawab dalam mengantarkan umat pada kebangkitan hakiki.
Penetapan Hari Santri Nasional, sebagai mana kita ketahui, berdasarkan tanggal keluarnya Resolusi Jihad yang merupakan seruan K.H. Hasyim Asy'ari kepada para Santri dan Ulama pondok Pesantren seluruh Indonesia. Pada 22 Oktober 1945 sebagai instruksi untuk membulatkan tekad melakukan jihad membela tanah air. Beliau menyebut sebagai perjuangan melawan penjajah yang hukumnya fardu ain. Ini adalah cita-cita besar dan utama dalam perjuangan di jalan Allah dalam melawan kezaliman dan kesewenang-wenangan penjajahan.
Tentu kita tidak ingin resolusi jihad ini hanya sebagai nostalgia sejarah masa lalu. Yang kehilangan makna dan bahkan dibajak ke arah perjuangan yang miskin makna semisal urusan perut. Sebagai pelaku wirausaha sebagai pendongkrak ekonomi sistem kapitalis warisan penjajah.
Menurut tuntunan syariat mengubah kondisi ekonomi yang buruk adalah dengan menggantinya dengan sistem ekonomi Islam. Yang hanya bisa dilakukan dengan penerapan syariat secara totalitas melalui Islam kafah.
Dapat kita bayangkan, jika saat ini para santri berorientasi atau diarahkan untuk menggerakkan ekonomi dengan berbagai program kewirausahaan. Tentu ini adalah bentuk pembajakan atas potensi besar yang mereka miliki. Padahal ditangan mereka. Potensi perubahan dan kebangkitan umat dalam mewujudkan peradaban gemilang pada masa mendatang.
Santri adalah calon ulama dimasa mendatang. Yang menjadi rujukan umat dalam penerapan syariah kafah, dan yang akan berdiri bersama umat dalam melawan penjajahan dalam berbagai bentuk.
Santri seharusnya menyadari hakikat kebangkitan sejati yang menjadi kekuatan luar biasa bagi kemajuan umat Islam. Santri yang paham akan agamanya, lurus akidahnya, sekaligus terikat dengan hukum-hukum syariat, merupakan aset berharga yang akan membangkitkan umat Islam menuju tegaknya peradaban agung yang Allah ridai.
Kekuatan santri inilah yang ditakuti oleh kaum kafir Barat, yang membenci tegaknya Islam. Mereka dengan ide Kapitalismenya tidak menginginkan generasi Muslim paham hakikat kebangkitan dan berjuang meraihnya. Kesadaran akan hakikat kebangkitan Islam adalah lonceng kematian bagi peradaban Barat. Maka musuh-musuh Islam berupaya membuat berbagai makar demi menjauhkan generasi muslim dari agamanya yang hakiki.
Wallahu a'lam
Post a Comment