KIBLAT EKONOMI SYARIAT, JANGAN HANYA KAPITALISASI

Oleh : Junari, S.I.Kom

Dalam mengembangkan pemasukan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi. Indonesia menyadarkan masyarakat akan ekonomi syariah menjadi kunci utama, ketua umum Masyarakat Ekonomi syariah (MES) dan Mentri BUMN Erick Thohir mengajak seluruh pihak untuk gotong royong pendukung industry syariah dalam negeri.

"Kini kita sudah memiliki BSI yang masuk tujuh bank terbesar di Indonesia yang modern, berdaya saing global, serta mewujudkan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan umat, perbankan syariah tumbuh 22,71 pada 2020, sedangkan Bank Konvesional yang hanya tumbuh 7,7 persen, pendanaan syariah tentunya mendapat dorongan untuk mendukung industri halal Indonesia." ujar Erick saat Halal Trade Forum di Jakarta, Jumat. (REPUBLIKA.CO.ID, 22/10/2021).

Erick menambah, mari kita berjamaah dan saling gotong royong untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia sekaligus mencapai Indonesia tangguh.

Selain itu Presiden Joko Widodo ingin Indonesia menjadi pemain utama sektor ekonomi syariah dan industri halal dunia. Hal ini mengingat RI merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. "Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah dunia," kata Jokowi dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat. (KOMPAS.com, 22/10/2021).

Kecacatan dalam pengamatan akan menghasilkan kesalahan total dalam menentukan kebijakan. Hal ini harus di luruskan, namun standarnya bukan hanya pada kacamata satu atau dua orang. Melainkan, melibatkan kacamata para tokoh, ulama, kiai serta orang-orang yang mampu membedakan antara yang haq dan batil. Sehingga, akan menghasilkan pandangan yang benar.

Namun, jika diamati kondisi negara sekarang yang masih jauh dari standar syariat. Maka, kemungkinan kebijakan seperti ini adalah lahir dari cara pandang kapitalisme. Sebab, pemerintah melihat peluang keuntungan terhadap sektor ini.

Maka dari itu, pemerintah mendorong Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah. Melabelkan kata syariah, merupakan taktik mereka agar masyarakat tergiur. Sehingga, masyarakat akan berbondong-bondong berpartisipasi terhadap kebijakan ini. Padahal, faktanya roda pertumbuhan ekonomi yang dijalankan tetap berstandar pada sistem ekonomi kapitalisme. Label syariah hanya sekadar umpan untuk rakyat.

Sebagaimana, kata syariah yang dilabelkan di Bank-Bank. Itu merupakan cara untuk memperhalus aktifitas riba. Karena, aktifitasnya tetap serangkai dengan bunga pinjaman. Maka, diberikan label seislami apapun aktifitas riba tetap haram. Dipoles seislami apapun kebijakan ekonomi kapitalisme, standarnya tetap pada untung-rugi. Bukan pada kemaslahatan rakyat.

Padahal, kekuatan ekonomi bukan dilihat dari banyaknya berbagai program pemerintah. Seperti halnya, memfasilitasi rakyat dengan Bank Syariah. Walaupun, negara memberi pinjaman, namun hal itu menandakan bahwa rakyat menanggung sendiri beban hidupnya. Akan tetapi, kesejahteraan rakyat akan didapati apabila pemerintah pemberi jalan keluar dalam menyelesaikan setiap permasalahan rakyat. Baik tentang kebutuhan primer maupun sekunder.

Demikianlah, ketika pemerintah telah mengadopsi sistem ekonomi kapitalisme. Maka, segala cara akan dilakukan. Bahkan, tidak tanggung tanggung mencampuradukkan antara kebatilan dengan kebenaran. Mereka tidak akan peduli terhadap halal dan haram, asal keuntungan bisa diperoleh.

Jika kembali pada pandangan syariah, sesungguhnya ekonomi pada saat ini belum memenuhi kriteria syariah. Walaupun mengatasnamakan syariah. Namun, pada ranah aktifitasnya tetap yang di untungkan adalah yang memiliki modal itu sendiri.

Padahal, Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim. Semestinya pemerintah tidak ragu mengimplementasi seluruh syariat. Termasuk sistem ekonomi Islam. Namun, hal ini dilakukan semata-mata karena dorongan iman. Dengan itu, maka Allah akan menurunkan keberkahan. Negara dan rakyat akan mendapatkan keuntungan. Sehingga, kata sejahtera bukan fatamorgana semata. Melainkan akan menjadi predikat. Alhasil, Indonesia akan menjadi gravitasi/kiblat ekonomi global.

Karena, Allah akan mengazab orang-orang yang menjalankan apa yang dilarang oleh-Nya. Sebagaimana, firman-Nya, “Orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka, sebab itu kami timpakan atas orang orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.” (TQS Al-baqarah :[2]:59)

Maka dari itu, Indonesia harus mengambil syariat Islam secara menyeluruh. Bukan hanya sebatas label saja. Karena, Indonesia akan berkah dengan syariah. Apabila penerapan syariah secara menyeluruh maka umat islam akan merasakan kesejahteraan yang sebenarnya.

Sebab, kesejahteraan dalam pandangan islam adalah sesuatu yang tidak mencekik. Kesejahteraan rakyat lahir dari pemerintah yang mengerti kondisi umat, serta memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ada dengan standar syarit. Pemerintah yang mengerti kondisi umat adalah pemerintah yang menerapkan syariat secara sempurna.

Wallahualam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post