Kapitalisme dan Anak Durhaka Menyengsarakan Orang Tua



Oleh Nina Marlina, A.Md
Muslimah Peduli Umat


Begitu besarnya jasa orang tua terhadap anaknya. Jasanya tak akan bisa dihitung dan tak mungkin bisa terbalas. Perjuangan dan pengorbanannya semestinya dibalas oleh anak dengan berbakti kepadanya. 

Namun saat ini tidak sedikit anak yang berani membuang atau menitipkan orang tuanya ke panti di jompo. Sebagaimana yang sudah viral seorang ibu di Magelang dititipkan ke panti jompo oleh ketiga anaknya. Bahkan yang semakin menyesakkan dada, mereka menyerahkan segala urusan pemakaman jika ibunya meninggal (Suarajawatengah.id, 01/11/2021)

Bukan kali ini saja, hal serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu. Apalagi di luar negeri yang mengagungkan kebebasan. Berbagai alasan dikemukakan oleh mereka untuk tak mengurus orang tua. Mulai dari kemiskinan, kesibukan atau lelah dalam sulitnya mengurus orang tua. Alasan kemiskinan memang tak bisa dimungkiri karena sulitnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Baik untuk makan atau mengakses kesehatan. Hal ini bisa kita rasakan bersama dengan mahalnya berbagai sembako dan biaya berobat apalagi jika harus masuk rumah sakit. 

Penyebabnya negara berlepas tangan dari mengurus rakyatnya. Rakyat dibiarkan sendiri memenuhi kebutuhannya. Tak peduli mempunyai uang atau tidak. Jeritan rakyat tak pernah didengar. 

Selain itu, kapitalisme telah melahirkan anak durhaka. Mereka tak peduli dengan kesehatan, keselamatan bahkan nyawa orang tuanya. Dengan alasan kemiskinan dan lainnya tega membuang orang tua. Padahal orang tualah yang sangat berjasa dalam membesarkan dan mendidik mereka. Kemiskinan atau apapun semestinya tak lantas membuat orang tua untuk dititipkan di panti jompo.

Seperti yang disampaikan oleh Buya Yahya bahwa menitipkan orang tua ke panti jompo merupakan budaya barat.  Hal tersebut sangat bersebrangan dengan perintah Islam yang harus memuliakan orang tua hingga akhir hayatnya. Beliau berpesan kepada siapapun selagi diberikan kesehatan jangan sampai menelantarkan orang tua. Sebab hukumnya dosa dan amal ibadahnya selama di dunia jadi sia-sia (Suarajawatengah.id, 01/11/2021).

Dalam Islam, seorang anak wajib untuk berbakti kepada orang tua. Tidak boleh menyakiti dan mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Isra ayat 23 yang artinya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".

Selain itu dalam sistem Islam negara akan bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya. Kebutuhan per individu akan terpenuhi dengan baik. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas. Rakyat tidak akan bingung mencari pekerjaan. Alhasil mereka dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Baik kebutuhan pangan, sandang dan papan. 

Sistem yang shahih ini juga akan melahirkan anak-anak shalih yang memuliakan orang tua. Mereka akan ikhlas dan bertanggung jawab dalam mengurus orang tua. Terlebih orang tua yang lemah dan sudah tak mampu bekerja menjadi tanggung jawab anaknya. Mereka akan sabar dan merawat orang tua dengan penuh rasa kasih sayang. 

Dalam Khilafah pun tidak akan ada panti-panti jompo karena para orang tua akan dirawat oleh anaknya. Negara pun akan menjamin kebutuhan para orang tua dengan baik. Sebagaimana halnya Amirul mu'minin Umar bin Khattab ra. yang memenuhi kebutuhan seorang lelaki kafir dzimmi yang telah lanjut usia dan tidak menarik pungutan jizyah lagi kepadanya.

Demikianlah indahnya penerapan hukum syariat Islam dalam negara. Kesejahteraan akan terwujud kepada rakyat termasuk para orang tua. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post