Ngotot Pembangunan IKN, Antara Prioritas Riayah dan Potensi Bahaya




Oleh Rizkika Fitriani

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan proses pembangunan ibu kota negara yang baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur akan tetap berjalan. Meskipun saat ini Indonesia masih harus menghadapi pandemi Covid-19.

"Agenda untuk ibu kota baru ini tetap dalam rencana," kata Jokowi dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Senin (27/9/2021). Jokowi menyebutkan untuk saat ini pembangunan ibu kota baru sedang dalam tahap pembangunan infrastrutktur. (Tribunnew.com, 27/9/2021)

Di tengah pandemi yang kian mencekam dan mengancam penduduk negeri. Negara bahkan masih sempat-sempatnya memikirkan pembangunan yang konon katanya sangatlah penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Ribuan korban berjatuhan akibat Covid-19 seakan masih tidak menyadarkan pemerintah bahwa rakyat butuh keseriusan dalam penanganan. Karena bagaimana pun juga situasi sekarang menyangkut nyawa masyarakat.

Namun apalah daya, pemerintah sudah salah dalam memperioritaskan. Yang menjadi penilaian hal mendesak adalah bagaimana caranya mendapatkan keuntungan. Bahkan tidak segan-segan mengeluarkan modal menciptakan kebijakan baru demi meraih keuntungan. Padahal sangat tidak layak jika mengeluarkan dana yang begitu banyak untuk hal yang belum penting untuk di situasi sekarang. Untuk di situasi sekarang, yang paling penting adalah memberikan dana untuk dana menghadapi pandemi. 

Akibat pandemi menyerang, sangat banyak problem yang masyarakat hadapi. Khususnya masalah standar ekonomi yang kian menurun, masalah pendidikan yang minim fasilitas, serta minimnya fasilitas kesehatan. Kalau dilihat dari faktanya, pembiayaan untuk pandemi lebih penting dibandingkan mengeluarkan pembiayaan untuk pembangunan IKN. 

Jika pemerintah saja sanggup mengeluarkan biaya untuk IKN, lantas masihkah pantas pemerintah tidak mengeluarkan biaya untuk pemenuhan pandemi dengan dalih ekonomi negeri yang tidak mencukupi?

Lagipula, pembangunan IKN ini memiliki potensi bahaya. Karena menambah keterikatan negara dengan negara asing. Karena ketidakmampuan negara untuk mandiri. Apalah daya jika selama ini lebih mengandalkan swasta yang berorientasi keuntungan. Apalagi kalau ditambah terlibatnya swasta asing. Maka otomatis akan menambah ladang untuk asing menguasai negeri.

 Inilah bahaya yang akan mengancam negeri, karena selalu berada dibawah kendali asing. Karena memang faktanya secara tidak langsung pihak negeri ini menyerahkan sebagian wilayah satu persatu. Pantas saja banyak SDA yang dikuasai asing. Rakyat hanya mampu gigit jari ketika SDA negerinya sendiri tidak bisa untuk dinikmati.

Dalam hal ini, tidaklah diherankan lagi. Yang namanya sistem kapitalis, tentu saja yang dijadikan standar adalah untung dan rugi, tanpa peduli apa yang dikorbankan dan dampak apa yang akan di hadapi. Kalau untuk dan rugi sudah dijadikan prioritas, tentu akan melupakan segalanya, Hinga cara yang dilakukan pun tidak memandang halal dan haram, contohnya saja mengenai masalah permodalan. Negeri ini memiliki kebiasaan meminjam, menumpuk utang sana-sini yang tentu saja mengandung unsur ribawi.

Ironis, ujung-ujungnya masyarakat terancam, situasi semakin mencekam. Masalah pandemi saja belum dituntaskan, negara seakan merasa kurang puas menerima semua masalah baru, seakan menggambarkan 'hidup terasa hampa tanpa membuat masalah'. Sudah hilang fungsi negara yang mampu menyejahterakan, kalau caranya saja terus dilakukan seperti ini, mna mungkin bisa merasakan kesejahteraan.

Kesejahteraan hanya mampu kita dapatkan jika kembali pada aturan yang sebenarnya. Yaitu aturan Islam dalam naungan khilafah Islamiyah. Hanya sistem Islam yang mampu mengurusi masalah umat. Apalagi jika berada di situasi sulit seperti saat ini, tentu Islam akan hadir dan serius menangani pandemi dengan cara memberikan solusi tepat. Mengambil kebijakan kebijakan lockdown sehingga pandemi tidak meluas, serta pemenuhan kebutuhan selama lockdown. 

Masalah pendidikan pun Islam akan hadir memfasilitasi baik itu pada saat sekolah offline maupun online. Begitupun juga dengan fasilitas kesehatan, tentu Islam akan menjamin untuk memfasilitasi semua kebutuhan dibidang kesehatan.  Segala kesulitan yang dihadapi saat pandemi akan dituntaskan oleh negara, karena bagaimanapun juga masalah umat adalah masalah negara juga yang seharusnya diselesaikan. 

Islam akan selalu berprioritas memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Mendahulukan hal yang lebih mendesak. Karena pandemi ini mengancam keselamatan dan nyawa manusia, justru inilah yang seharusnya butuh perhatian lebih untuk segera dituntaskan terlebih dahulu. Masalah pembangunan infrastruktur seperti IKN ini, bukanlah suatu hal yang penting untuk disituasi sekarang. Tentu Islam tidak akan tega berhura-hura mengeluarkan biaya untuk mencari keuntungan sedangkan masyarakat nya berada dalam masalah besar.

Sudah saatnya menambah kesadaran kita untuk bersegera kembali pada solusi yang sebenarnya. Yaitu kembali pada sistem Islam yang mampu membawa perubahan.

Wallahu a'lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post