(Pemerhati Keumatan)
.
.
Nama sebuah jalan tak hanya sekedar nama, tetapi memiliki filosofi. Pun demikian setiap nama jalan di pusat kota akan dipilih sosok yang memiliki sejarah yang inspiratif, sehingga sangat wajar untuk dikenang dan diabadikan.
Begitupun tokoh dunia Islam yang sangat berjasa dalam membangun peradaban bangsa dan agamanya, bilkhusus tokoh Islam di masa Turki Utsmaniyah, banyak yang bisa kita ambil semangat juangnya dalam menegakan kalimat tauhid meraih kemenangan Islam.
Apa sebab menjadikan Mustafa Kemal Ataturk akan dijadikan salah satu nama jalan di DKI Jakarta?
Apakah tidak ada nama pahlawan lainnya yang pantas dikenang serta diabadikan perjuangannya di negeri Islam terbesar ini?.
Alih-alih faktor kedekatan antara dua negari Islam yaitu Indonesia dan Turki, hingga saling bertukar nama tokoh bapak bangsa dijadikan nama jalan.
Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu M. Iqbal di Ankara menjelaskan bahwa bapak bangsa Indonesia yaitu Ahmet Sokarno (nama yang dikenal di Turki) juga menjadi nama jalan di Ankara. Sesuai tata krama diplomatik, kita akan memberikan nama jalan di Jakarta dengan nama jalan Bapak Bangsa Turki,"demikian penjelasan Duta Besar RI di Turki, Lalu M. Iqbal, dikutip Selasa (liputan6.com 19/10/2021).
Penggunaan nama Mustafa Kemal Ataturk ditentang pihak seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Alasannya, Mustafa Kemal Ataturk dinilai sekuler.
Dilansir Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menolak rencana pemerintah mengganti nama salah satu jalan di Jakarta dengan nama tokoh sekuler sekaligus pendiri Turki modern, Mustafa kemal Ataturk.
Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus) Abraham Lunggana atau Lulung dalam keterangan tertulis menyatakan Jalan Turki Usmani bisa menjadi pilihan lantaran memiliki sejarah bagi peradaban dunia, khususnya Islam, ketimbang Mustafa Kemal Ataturk yang kontroversial.( Tempo.co 21/10/21)
Umat Islam harus melek sejarah, siapa sejatinya Mustafa kemal Ataturk tersebut, agar tidak keliru menilai mana pahlawan, mana penghianat bagi umat Islam?
Teringat masa putih biru saat pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI), saya mengetahui Mustafa Kemal Ataturk memang lebih dikenal sebagai bapak Republika Turki. Ya sebatas itu sejarah yang saya ketahui, ternyata sosok Ataturk lebih kepada tokoh Islamophobia.
Sejarah telah dikaburkan, banyak yang tidak diketahui oleh umat Islam. Dibalik julukannya ia memiliki reputasi yang buruk terhadap kondisi umat islam. Ia telah memiliki andil besar dalam mengakhiri era kekhilafahan Utsmaniyah yang semakin otoriter dengan kekuatan politik sekulernya. Hal inilah yang melukai hati kaum muslimin saat itu hingga sekarang.
Nama asli Kemal Ataturk adalah
Ghazi Mustafa Kemal Pasha.
lahir di Thessaloniki pada 12 Maret 1881 dan meninggal di Istana Dolmabahce, Istanbul, Turki pada 10 November 1938.
Ia juga dijadikan penentang aktif Kekhalifahan Ottoman. Pada 1907 ia didudukkan di Selânik dan bergabung dengan Komite Kesatuan dan Kemajuan yang disebut sebagai kelompok Turki Muda.
Pada tahun 1908 kaum Turki Muda merebut kekuasaan khalifah Abdul Hamid II.
Melalui pengaruh dan pengalaman inilah yang menjadikan Mustafa Kemal berhasil menggulingkan kekhalifahan Ottoman.
Menurut hukum nama keluarga, Majelis Agung Turki memberikan kepada Mustafa Kemal nama belakang "Atatürk" (yang berarti "Bapak Bangsa Turki") pada 24 November 1934.
Menuju akhir hayatnya, dia didiagnosis menderita sirosis hati. Sepanjang sebagian besar hidupnya, dia telah menjadi peminum berat, sering mengkonsumsi setengah liter rakı sehari. Selama tinggal di Istanbul, ia berusaha mengikuti gaya hidup regulernya untuk sementara waktu. Dia meninggal pada 10 November 1938, pada usia 57, di Istana Dolmabahçe (Wikipedia.org)
Kebijakan Ataturk yang dianggap memoderenisasi Turki dan kental dengan sekulerismenya diantaranya wanita tidak diizinkan menggunakan hijab saat berada di ruang publik.
Hagia Sophia yang dulunya masjid di zaman Ottoman, kemudian di zaman Ataturk dikonversi jadi museum.
Di zaman pemerintahan Ataturk, hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan sangat dibatasi.
Hal ini disebabkan oleh pandangan Ataturk saat itu, di mana jika ingin “maju”, maka berkacalah dengan negara-negara Barat. Jika ingin “mundur”, lihatlah Timur Tengah.
Memahami kebijakan Ataturk yang sangat membatasi urusan agama bahkan menghilangkan tuntunan syariat, sangat wajar jika namanya yang diwacanakan sebagai nama jalan di DKI Jakarta menuai kontroversi.
Mengapa tidak memilih Muhammad Al-Fatih (Sang Pembebasan Konstantinopel), Sulaiman Al-Qonuni (Sang Penakluk Eropa Tengah) dan tokoh islam laninnya yang sangat berjasa terhadap peradaban dunia dan sangat menginspirasi generasi terhadap kecintaan dirinya kepada Islam ? Wallahu'alam bish-showab
Post a Comment