Pemilihan presiden masih jauh di tahun 2024. Namun, para bakal kandidat sudah mulai ancang-ancang dengan memasang baliho, banyak yang menunjukan dirinya adalah calon untuk pemilihan nanti serta mempersiapkan berbagai tempat srategis agar masyarakat bisa memperhatikan baliho, yang bahkan baliho banyak di pasang di jalan, untuk menunjukan partisipasi dalam jabatan calon presiden nanti, hal ini yang menunjukan sikap apatis masyarakat dan tidak percayanya lagi terhadap kandidat atau orang yang merebutkan kursi kekuasaan.
Banyak kreatif para pendukung maupun calon untuk sebagaimana bisa agar haliho yang mereka usahan itu di lirik oleh rakyat, untuk di jadikan iklan dan menjadi focus rakyat terarah pada baliho, perang baliho ternyata bukan saja di jalan-jalan tetapi sosial mediapun ikut untuk dijadikan fokus rakyat.
Disisi lain perang baliho para politik yang saling memasang baliho dengan mencari tempat yang trategis serta banyak versi dan kreasi yang lebih besar dan unik, masing masing para calon dan pendukung mebuat baliho seindah untuk di lihat di tempat yang trategis.
"Secara umum billboard/baliho/media luar ruang memiliki keunggulan: mudah dilihat, karena diletakkan di jalan-jalan yang terbukti banyak dilalui kendaraan. Ukurannya yang besar, secara struktural 'memaksa' orang untuk melihatnya. Apalagi kalau diletakkan di kawasan yang strategis pasti tak terhindarkan orang lewat tak bisa mengelak," kata Firman kepada wartawan, Rabu (04/08) malam.
Pemasangan baliho ini membuat rakyat muak, dikarenakan sudah tidak adanya percaya terhadap calon lagi, bukan menuai simpati malah makin dan protes rakyat, karena para politisi yg menawarkan diri menjadi pemimpin adalah sosok yang tak punya kepekaan terhadap kondisi rakyat dan hanya bertarung demi mendapat kursi yang ingin di raih semata, banyak janji-janji yang tidak ditepatin oleh kekuasaan yang bahkan janji janji di anggap hal yang lumrah, yang di anggap sepele, sehingga tidak ada wujudnya dari janji janji hanya sedikit sekali porsen yang di wujudkan,
Hal ini terlalu sering membuat rakyat muak dengan janji yang menyimpan harapan rakyat banyak demi meraih kursi kekuasaan, tidak benar memfokuskan diri untuk menyejahterakan, hanya fokus dengan kekuasaan semata, hal ini sudah terbiasa yang di lihat masyarakat, awal awalnya meyakinkan rakyat, setelah meyakinkan malah tidak di hiraukan.
Inilah buah dari pemikiran sekuler dan kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan yang mementingkan diri sendiri tanpa rakyat, hal ini sudah menyebar ke pemahaman rakyat sehingga, walaupun ingin berusaha semaksimal mungkin di kursi kekuasaan ingin adil tidak di dapati sebab sistem yang mendorong yang di anut oleh negeri saat ini, sehingga harapan untuk menyejahterakan rakyat jauh berbeda dengan harapan visi maupun misi.
Kesadaran rakyat fokus pada orang yang menjabat kekuasaan, padahal ada hal yang banyak yang mendorong untuk penguasa berkhianat setelah duduk di kursi peradilan karena sistem yang di adopsi oleh negara saat ini, adalah buah dari penjajahan kapitalisme dan sekuler yang menyebar ke pemikiran negara.
Semestinya menjadi cambuk bagi rakyat untuk sadar keburukan sistem demokrasi yang di adopsi oleh negara akan merambat ke pemikiran semua kalangan, hal ini apabila rakyat masih mempercayai demokrasi yang niscaya hasilkan politisi pengabdi kursi bukan pelayan rakyat.
Maka dari itu apabila mewujudkan kesejahteraan yang adil dan makmur tidak akan bisa, semasih campur tangan manusia dalam aturan karena sangatlah terbatas, akal dan pemikiran manusia itu yang menciptakan di luar nalar manusia, maka manusia butuh lebih yaitu Allah yang maha menciptakan segalanya.
Walhasil kesejahteraan adil dan makmur hanya di raih bagi negara yang menerapkan syariatnya ALLAH SWT, maka apabila ada harapan di sistem demokrasi dengan mencalonkan diri sebagai pengendali kekuasaan, tidak ada titik temu yang melahirkan solusi, hanya dengan islam solusi akan di dapati, aturannya pun hanya penerapkan syariatnya ALLAH SWT secara kaffah, tidak ada lagi aturan yang standarnya kepada manusia, karena sifat lemah manusia pasti menghasilkan ketidakseimbangannya.
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapa yang lebih baik daripada (Hukum) ALLAH bagi orang yang meyakini (agamanya)”. (QS AL-Ma’idah [5]:50)
Maka dari itu rakyat bukan saja agama nya yang islam,.peraturanpun harus ikut andil dari yang maha kuasa ALLAH SWT, karena manusia harus berstandar pada syariatnya ALLAH, sebab baik maupun buruk perbuatan hanya ALLAH yang tahu, bukan ukuran kaca mata manusia, maka wajib bagi manusia untuk kembali kepada syariat agar tercipta kesejahteraan adil dan makmur. Wallahu a’lam bi ash-shawab
Post a Comment