JERATAN KAPITALISME, PEJABAT KHIANAT,RAKYAT MAKI


Penulis:Miratul  Hasanah 
(Pemerhati  Masalah  Kebijakan  Publik)

Warga Banyuwangi, Jawa Timur gempar, Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) atau BLT UMKM diduga dipotong oleh oknum tidak bertanggung jawab.Disebutkan, pemotongan bantuan sosial untuk penanggulan Covid-19 itu terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Mirisnya nilainya yang dipotong tidak main-main, antara Rp300-500 ribu.

Makin Kapitalistik

Pejabat Memperkaya Diri disaat  rakyat  tambah sekarat akibat pandemi yang berkepanjangan, serta gagalnya  pemerintah dalam  mengambil kebijakan  demi menyelamatkan nyawa rakyatnya. Penguasa saat ini lebih  fokus untuk memperkaya diri dan memanfaatkan kesempatan untuk  bisa  memalak harta rakyatnya.Bahkan, tidak punya rasa malu melakukan korupsi dana bansos yang seharusnya menjadi hak bagi rakyat kecil yang lagi terhimpit perekonomiannya. 

Alangkah mirisnya  kondisi negri ini, sebuah negri yang berlimpah sumber daya alamnya, akan tetapi justru pengelolaannya diserahkan kepada manusia-manusia yang tidak amanah.Tidak hanya itu, kekayaan hari ini hanya bisa dinikmati oleh  segelintir orang yang memiliki kekuasaan yaitu penguasa oligarki.Para pejabat yang tidak lagi memiliki rasa empati terhadap nasib rakyat, yang ada justru sebaliknya, mereka  senantiasa mencari celah  bagaimana supaya bantuan untuk rakyat bisa disunat dan dikorupsi.

          Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem  ekonomi neoliberal telah menjadikan  kekayaan pejabat negara naik drastis saat kemiskinan rakyat makin menghimpit. Pejabat seperti  ini bukan hanya oknum,akan tetapi  fenomena sejenis terjadi secara sistematis dan menimpa pada banyak orang di berbagai  level jabatan.

Akibat salah sistem?

           Inilah potret pemberlakuan sistem demokrasi yang digadang menjamin keadilan dan melahirkan aparatur serta pejabat yang mewakili rakyat.Mereka yang duduk di kursi kekuasaan telah  berlaku  sewenang-wenang dengan mengkhianati amanah rakyat.Sangatlah wajar,sebab  di dalam sistem kapitalisme tidak mengenal halal dan haram, yang ada hanyalah asas manfaat. 

Inilah juga bukti sejatinya  sistem  demokrasi membuka lebar pintu bagi  pejabat dan segelintir elit memperkaya diri. Sedangkan rakyat tertutup akses sekedar memenuhi kebutuhan dasarnya.

Islam  sebagai problem solving 

Dikisahkan tentang delegasi sang Khalifah Amirul Mukminin Umar bin Khattab, Muhammad bin Musallamah berangkat ke Mesir menjalankan tugasnya. Sesampainya di sana, dia dijamu oleh Gubernur Mesir Amr bin Ash dengan berbagai macam makanan yang lezat. Utusan khalifah Umar enggan mencicipinya. Melihat tingkahnya itu, Amr bertanya dan berbincang dengannya."Apakah makanan ini haram bagi kalian?" tanya Amr."Kalau saya datang sebagai tamu, dan disajikan makanan, pastilah saya akan mencicipinya. Tetapi sekarang ini, engkau sedang menyajikan makanan sebagai pembuka dari keburukan. Demi Allah, saya tidak akan meneguk setetes air darimu. Kalau begitu, cepatlah berikan laporan keuangan dan catatan hartamu, serta jangan ada yang engkau tutup-tutupi," kata utusan itu.

Tanpa memperpanjang bicara, Muhammad bin Musallamah mengaudit semua aset dan harta milik Amr bin Ash. Setelah dipilih-pilih dan dihitung, yang tersisa hanya dua pasang sandalnya. Muhammad bin Musallamah mengambilnya sepasang, dan sepasang lagi untuk dipakai Amr bin Ash. Melihat tindakan itu, Amr bin Ash semakin geram dan marah sambil bertanya kepadanya.

Hal ini juga dipertegas dengan firman  Allah Ta'ala;َ

Artinya :"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui".(Qs.Albaqarah:188)

Syariah Islam sangat tegas dan sangat teliti dalam memilih seorang pemimpin, entah sebagai penguasa ataupun pegawai negara. Sebab kepemimpinan merupakan sebuah amanah yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban,dan siapa saja yang menyalahgunakan amanah tersebut maka konsekwensinya akan menjadi penyesalan yang tiada akhir.

Maka dari itu, sudah saatnya  kaum muslimin meninggalkan sebuah sistem yang membuka peluang lebar-lebar adanya  korupsi dan  kedholiman yang memang tidak dapat dihilangkan kecuali  dengan mennggantinya dengan  aturan dari Sang pencipta yaitu sistem  Islam yang akan melahirkan pemimpin yang amanah dan yang hanya takut kepada  Allah SWT semata. 

WaAllahu'alam bi ash-showwab.


Post a Comment

Previous Post Next Post