Oleh Marsitin Rusdi
(Praktisi Klinis )
Bicara tentang Covid-19 memang seolah tidak ada habisnya. Mulai dari karut-marut kebijakan, dampaknya dalam segala bidang, bahkan hal-hal yang di luar nalar pun ikut mewarnai.
Baru-baru ini pubkik di kejutkan oleh olah beberapa oknum yang seolah mengambil keuntungan dari pasien korban Covid-19. Mereka meraup pundi-pundi yang fantastis dari pemakaman jenazah korban keganasan Covid-19. Bahkan peristiwa ini bisa duga pemalakan secara legal karena tertuang SK Bupati Nomor 188.45/107/1.12/2021 tertanggal 30 Maret 2021 tentang struktur tim pemakaman jenazah Covid-19.
Kepala daerah beserta tiga jajarannya di duga kuat menerima honor dari pemakaman jenazah Covid-19 masing-masing sebesar Rp.70.500.000
Besaran honor tersebut dihitung dari banyaknya kematian pasien Covid-19.
Mati Simpati Kala Pandemi
Hal ini tentu saja membuat gera. Ketika masyarakat terpuruk akibat pandemi yang berlarut-larut para pejabat justru seolah menari di atas penderitaan rakyat. Ketika masyarakat harus jungkir-balik memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah keterpurukan ekonomi, para pejabat justru mempertebal kantong dari korban pandemi. Sungguh ironis, seolah mati simpati, mereka bahkan terkesan acuh dengan rakyatnya yang semakin menderita karena pandemi melanda. Sibuk menumpuk materi untuk kesenangan mereka sendiri.
Hal ini terjadi karena sistem kapitalis yang diadopsi negeri ini memang menitik beratkan pada materi. Semua dihitung berdasarkan untung dan rugi. Bahkan ketika mengemban amanah sebagai pengurus rakyat.
Padahal semestinya para pejabat berada di garda depan dalam menjamin keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Sistem Islam Menjaga Keselamatan Rakyat
Hal.imi berbeda mana kala sistem Islam yang diterapkan. Seorang pejabat (penguasa) akan menjalankan amanah berdasarkan ketakwaan. Mereka akan takut terhadap azab Allah manakala lalai dalam mengurusi urusan umat.
Hal ini seperti yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang bahkan bersumpah tidak akan makan daging, susu dan samin ketika terjadi paceklik.
Pemimpin dalam Islam benar-benar dipilih dari orang-orang yang amanah dan cakap dalam menjalankan tugasnya. Di dorong oleh ketakwaan dalam dirinya mereka benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pengayom yang mengurusi urusan rakyat.
Pemimpin seperti inilah yang seharusnya mengurusi umat. Meskipun kedudukannya tinggi namun tidak pernah mengambil tindakan sewenang-wenang yang menambah derita rakyatnya sedang dalam musibah. Tidak mengambil kesempatan saat kesempitan melanda.
Seorang pemimpin tidak mungkin dapat memperjuangkan hak-hak rakyatnya kalau tidak merasakan apa yang dirasakan rakyat. Hanya pemimpin Pemimpin yang memiliki jimanan dan ketakwaan lah yang memahami betul posisin, tugas, dan kewajiban yang telah diamanahkan kepadanya.
Pemimpin seperti nitu hanya bisa kita temukan dalam negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah.
Tidakkah kita rindu dengan hadirnya pera pemimpin yang amanah? Untuk itu kita harus hijrah sistem bersama- sama meninggalkan sistem kapitalis-sekuler menuju sistem Islam yang diterapkan secara kafah.
Wallahu a’lam bisshawab
Post a Comment