Merespon tingginya angka lonjakan kasus positif covid-19 di Indonesia, pemerintah menempuh kebijakan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Mulai dari PPKM darurat Jawa-Bali, PPKM Mikro, dan terkahir, pemerintah memutuskan memperluas PPKM darurat yang sebelumnya hanya di berlakukan untuk wilayah Jawa-Bali kini juga di berlakukan untuk 15 daerah di luar Jawa-Bali.
Namun, sangat di sayangkan, di tengah pemberlakuan PPKM beredar video masuknya tenaga kerja asing (TKA) Cina melalui Bandara Sultan Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan. Hal ini di benarkan oleh Stake holder Relation manager angkasa pura I sebagaimana dilansir dari Antaranews.com, Iwan Risdianto, mengenai kedatangan puluhan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok di Bandara International Sultan Hasanudin Makassar untuk membangun smelter di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Bandara Soekarno-Hatta mencatat sebanyak 24.594 warga negara asing (WNA) yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) dalam satu bulan terakhir. Data itu didapatkan sejak 1 Juni sampai 6 Juli 2021. Kabid Tikim Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Sam Fernando mengatakan, puluhan ribu penumpang WNA tersebut datang dari beberapa negara. Namun, ada lima negara yang mendominasi yakni China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Rusia.
Banyaknya TKA yang masuk ke Indonesia merupkan konsekuensi dari perjanjian regoinal yang di jalin oleh Indonesia dengan Negara lain. Selain itu, masuknya TKA mendapat legalitas yang di jamin dalam UU Cipta Kerja.
Kebijakan ini terlihat sangat paradoks. Pada saat rakyat di minta untuk membatasi mobolitas di luar rumah, pemerintah mengizinkan masuknya TKA ke wilayah Indonesia. Padahal, penyebab melonjaknya angka positiv covid termasuk di temukannya varian baru virus adalah tingginya mobilitas pergerakan masyarakat dan arus masuk serta keluarnya manusia ke dalam dan keluar negeri.
Hal ini pernah di sampaikan oleh Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute sebagaimana di kutip dari Antara news.com, Prof. dr., Amin Soebandrio. PhD. Menurutnya, munculnya varian-varian baru akibat mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covi-19 bisa terus terjadi selama mobilitas masyarakat tidak terkendali.
Indonesia saat ini sedang mengalami kedaruratan covid-19. Tidak ada yang menjamin masuknya TKA tidak membawa virus dengan varian baru. Meskipun pihak imigrasi mengklaim bahwa kedatangan TKA sudah memenuhi pemeriksaan kesehatan yang ketat. Buktinya, beberapa bulan lalu varian Delta yang berasaal dari luar negeri teridentifikasi pada 28 warga Kudus.
Dalam kondisi seperti ini, masyarakat membutuhkan kebijkan yang jelas. Jangan sampai dengan dalih pemulihan ekonomi, mengorbankan keselamatan rakyat. Namun, begitulah yang terjadi saat ini. Lalu, sebenarnya untuk siapa pemulihan ekonomi yang maksud pemerintah jika kebijakan yang diambil mempertaruhkan nyawa rakyat.
Kebijakan seperti ini hanya lahir dari pemimpin sekuler yang tidak memiliki kehati-hatian dalam memimpin. Tugas mereka adalah sebagai pelayan rakyat dan akan di mintai pertanggung jawaban atas rakyat yang di pimpin sebagaimana yang di sampaikan oleh Rasullah Sallallahu ‘alayhi wa Sallam ini
“Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya ....” (HR. Muslim)
Mereka juga tidak takut oleh do’a Rasulullah Rasullah Sallallahu ‘alayhi wa Sallam:
“Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia membuat susah umatku, maka susahkanlah dia. Dan siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia sayang pada umatku, maka sayangilah ia.” (HR. Muslim)
Pemimpin sekuler hanya lahir dari Sistem Kapitalisme. Sebuah sistem yang menjadikan akal manusia dengan sifat dhoifnya sebagai kaidah dalam bebuat. Sehingga wajar, hawa nafsu mendominasi jiwa-jiwa penganutnya.
Islam, adalah agama sekaligus Ideologi. Ia punya seperangkat aturan yang mengatur segala asfek kehidupan. Aturan yang di terapkan, berasal dari pemilik alam semesta ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga wajar, lahir pemimpin-pemimpin yang menjadi pelayan umat karena ketaaatan pada-Nya. Maka, sudah saatnya kita merapkan sistem Islam dan mencampakkaan sistem kapitalisme yang telah terbukti menyengsarakan rakyat. Yang demikian ini merupakan konsekuensi keimanan sekaligus kebutuhan.
Wallahu’allam
Post a Comment