TENAGA KERJA ASING MENDARAT KETIKA PPKM DARURAT ?


Oleh : Ni’mah Fadeli
 (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam )

Puluhan TKA asal China mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Sulawesi Selatan pada Sabtu, 3 Juli 2021. Para TKA tersebut adalah pekerja kontrak dari PT. Smelter. Kedatangan TKA ini tentu menuai kontoversi mengingat lonjakan covid yang semakin meningkat akhir-akhir ini hingga pemerintah memberlakukan PPKM darurat antara tanggal 3-20 Juli 2021. Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai kedatangan TKA China ini menunjukkan ketidaktegasan pemerintah dalam mengatasi pandemi karena inkonsisten terhadap aturan yang dibuat.

Lonjakan kasus covid belakangan diyakini berasal dari varian mutasi luar negeri yang tersebar luas di Indonesia. Maka sudah sepatutnya pemerintah seharusnya menutup celah masuknya warga asing, baik dengan alasan bekerja atau berwisata. (CNN Indonesia,5/7/2021).

Sementara itu, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo meminta Direktorat Jenderal Imigrasi agar mengkarantina TKA tersebut utuk kemudian mendeportasi kembali ke negeri asalnya. Menurut Bambang, PPKM darurat yang diterapkan di Indonesia tidak akan ada artinya jika masih diberikannya izin TKA masuk ke Indonesia. Pemerintah harus mempertimbangkan penutupan sementara penerbangan, baik domestik maupun internasional agar terjadi pembatasan pergerakan warga dan diharapkan mampu memutus rantai penularan dan penyebaran covid 19 di Indonesia. ( Antaranews, 5/7/2021).

Lonjakan covid 19 di Indonesia belakangan ini memang sangat mengkhawatirkan. Pada Kamis, 1 Juli 2021 tercatatat rekor baru sepanjang sejarah pandemi dalam negeri. Ditemukan 24.836 kasus baru dalam sehari yang menjadikan total 2.203.108 kasus terkonfirmasi covid 19. Begitu juga angka kematian, hari-hari ini menjadi hari-hari yang muram dan menyedihkan. Berita kematian datang silih berganti baik itu dari warga sipil maupun nakes yang bertugas.

Ya, Indonesia saat ini telah memasuki corona gelombang kedua. Indikator datangnya gelombang kedua ini adalah banyaknya zona yang kembali berwarna orange bahkan merah setelah sebelumnya sempat kuning atau hijau. Kondisi ini diperparah dengan masuknya corona varian baru yang lebih cepat menular dan menuntut perhatian lebih, yaitu varian delta yang diperkirakan masuk dari warga India.

Pemerintah menyatakan tidak menyangka akan terjadi corona gelombang kedua. Di luar prediksi, begitu dalih pemerintah. Padahal dari sejak jauh-jauh hari para ahli sudah mengingatkan, dengan kebijakan longgar dan terkesan tebang pilih maka gelombang kedua corona tinggal menunggu waktu dan itulah yang terjadi saat ini. Krisis kepercayaan rakyat kepada pemerintah memang sudah lama terjadi. Dana bansos diadakan lagi tapi adakah jaminan tidak lagi dikorupsi?

Indonesia sebagai negeri dengan mayoritas muslim, pemegang kebijakan juga sebagian besar muslim namun dalam prakteknya memang masih jauh dari Islam. Pemimpin seolah tidak memiliki ketakutan kepada Tuhan, Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Dalam demokrasi yang saat ini dijalankan, pemerintahan adalah dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat namun yang terjadi adalah penguasa dipilih dari pemilik modal, untuk pemilik modal dan oleh pemilik modal. Maka adalah hal biasa ketika kebijakan yang diambil penguasa berpihak pada para pemilik modal bahkan dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Sektor kesehatan dan ekonomi rakyat menjadi urutan ke sekian selama para pemilik modal dapat terus mendapat keuntungan.

Tentu hal ini berbeda ketika Islam dijadikan sebagai landasan dalam bernegara. Pemimpin memiliki amanah menyelesaikan segala permasalahan, termasuk wabah yang sedang melanda. Kebijakan yang diambil pemimpin dalam Islam adalah menjaga jiwa (hafdz an nafs). Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar rakyat yang mutlak menjadi tanggung jawab negara. 

Upaya menghilangkan wabah akan dilakukan semaksimal mungkin, memisahkan yang sakit dan yang sehat, mengupayakan obat-obatan terbaik, fasilitas kesahatan dan memastikan tercukupinya kebutuhan ekonomi ketika dilakukan lockdown. Pemimpin Islam akan melindungi warganya dengan menerapkan cara-cara yang dicontohkan Rasulullah, menutup pintu yang menjadi peluang bertambah luasnya virus, senantiasa mengajak warganya mendekat kepada Allah dan meninggalkan segala kemungkaran. 

Kebijakan pemimpin Islam akan sangat memperhitungkan segala aspek penanggulangan wabah  berdasar Al Qur’an dan as sunnah. Pemimpin yang takut Allah sangat menyadari bahwa rakyat yang dipimpinnya adalah amanah dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanallau Wa Ta’ala. Pemimpin Islam yang demikian akan dapat kita miliki ketika negara menerapkan syariat Islam secara kaffah.

 Wallahu a’lam bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post