Oleh : Afra Mumtaza Rahmah, M.Pd
(Pengamat Kebijakan Politik dan Sosial Kemasyarakatan)
Kondisi Kian Memburuk
Demikianlah satu kalimat yang dapat diungkapkan untuk mengggambarkan kondisi crowded di tengah masyarakat hari ini. Bagaimana tidak, jika gelombang pandemi justu semakin mengganas pada hari ini. Data pada Minggu 27/6/21 menunjukkan lonjakan kasus positif C-19, dimana jumlah per hari ada sebanyak 21.342 orang dari jumlah akumulatif sebanyak 2.115.304 orang di negeri ini yang terkonfirmasi positif C-19. (Merdeka.com, 27/06/21). Sungguh bukan angka yang sedikit, dan hal ini harus menjadi perhatian publik terutama pihak pemerintah dalam mengambil langkah kebijakan yang cepat dan tepat sehingga ujian pandemi ini dapat segera teratasi.
Kondisi pandemi yang jelas mengancam nyawa rakyat, seolah bukan persoalan penting oleh sebagia pihak. Hal ini diungkap bukan tanpa alasan, bagaimana bisa jika ternyata pihak penguasa yang memiliki otoritas kebijakan penyelamatan nyawa rakyat tetap bertahan pada solusi dengan pendekatan kepentingan pemulihan ekonomi.
Ganti Istilah, Tak Kunjung Menuntaskan Masalah
Sudah sering berganti “istilah” upaya penyelamatan rakyat di masa pandemi yang dilakukan, mulai dari karantina wilayah, darurat sipil, new normal, hingga yang terbaru ini PPKM darurat dan PPKM mikro, atau Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Seolah hanya berganti nama tapi tak kunjung memberikan harapan ketuntasan solusi pasti, karena nyatanya rakyat masih banyak yang harus berjuang agar dapur rumah tangga mereka tetap mengepul setiap hari, anak dan istri tetap bisa memiliki bahan makanan yang cukup untuk mengganjal perut mereka, walau porsi gizi harus terpangkas pendapatan yang minim dimasa pandemi.
Penguasa Kapitalisme Abaikan Nyawa Rakyat
Orientasi pemulihan pandemi yang seharusnya menjadi prioritas agar banyak nyawa rakyat terselamatkan, ternyata tidak lebih penting untuk dilakukan oleh penguasa daripada pemulihan kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Anggaran penanganan covid-19 disinyalir sudah mencapai 1.000 T, tepatnya Rp. 1.035,25 triliun yang digelontorkan sebagaimana diungkapkan oleh BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan, Bambang Pamungkas sebagai Auditor Utama BPK Negara III. (cnbcindonesia.com, 30/12/20).
Dana yang besar tersebut nyatanya tak memberikan dampak berarti, karena disaat yang sama fokus penguasa juga melakukan penggenjotan kebijakan stabillitas ekonomi yang dianggap makin terpuruk dimasa pandemi ini. Hal ini nyata terlihat dari apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada acara tahunan CNBC Indonesia Economic Outlook 2021 pada Kamis, 25 Februari 2021 yang disampaikan secara virtual. Salah satu poin yang disebutkan akan menjadi fokus program pemulian ekonomi ini adalah dorongan pergerakan ekonomi sektor swasta,dimana pemerintah telah melakukan keluaran beragam insentif dan kemudahan agar dapat menarik investor hadir dalam aktivitas ekonomi negara dan hal ini diharapkan berdampak pada perbaikan kondisi keterpurukan ekonomi akibat pandemi.
Ironis memang, karena inilah kenyataan yang harus diterima rakyat saat penguasa dengan watak Kapitalis memimpin sebuah negara, terbukti bahwa orientasi pemulihan di masa pandemi masih difokuskan pada kegiatan ekonomi dan bukan pada upaya bagaimana melakukan backup system agar jutaan nyawa rakyat dapat terselamatkan dari dampak wabah, dan bagaimana rakyat yang sudah terpapar bisa tetap survive bertahan hidup dengan adanya supporting system dari negara yang menjamin kebutuhan mereka selama penyembuhan akibat dampak pandemi ini.
Kepemimpinan Islam Memberikan Jaminan Tuntas
Dampak pandemi yang sudah tak bisa di bendung lagi semestinya menjadi prioritas utama adanya kebijakan yang mampu tegak dengan kokoh memberikan jalan solusi. Ketika peradaban Kapitalisme hari ini nyata tidak mampu bertahan pada ujian wabah, maka jelas tak bisa lagi diandalkan sebagai sistem kehidupan yang layak mengatur masyarakat hari ini.
Masyarakat denggan mayoritas muslim, tentunya rindu diatur oleh sebuah kepemimpinan Islam yang terbukti kokoh, mampu menyelamatkan kesulitan hidup termasuk di tengah ujian wabah seperti hari ini. Sistem kehidupan Islam yang berasal dari Sang Pencipta manusia, kehidupan dam alam semesta, Allah SWT, sudah tentu akan mampu menjadi jalan solusi terbaik bagi setiap problem kehidupan manusia dan tempat hidup mereka. “katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu”. (Qs.Al Ikhlas: 1-2).
Islam sebagai sistem kehidupan dengan segala perangkat yang paripurna tentu memiliki solusi bagaimana melewati ujian saat wabah seperti ini, Perangkat sistem pemerintahan Khilafah Islamiyyah sebagai institusi pelaksana hukum syariat-Nya jelas akan mengatur secara komprehensif dan holistic ujian pandemi ini.
Kebijakan pemerintahan Khilafah secara tegas akan menutup pintu-pintu yang memungkinkan terjadnya celah menyebarnya wabah, seperti lalu lintas WNA ke dalam negeri, meminimalisir kegiatan yang berpotensi terjadinya kerumuman, serta tak lupa akan disiapkan tempat-tempat isolasi yang didukung oleh pemenuhan kebutuhan pengobatan dan keperluan pokok masyarakat dengan pelayanan terbaik.
Post a Comment