(Pemerhati Masalah Sosial)
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Dalam surat resmi tersebut, Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka COVID-19 di Indonesia (https://news.detik.com/berita/di-5629856/mendes-imbau-masyarakat-doa-bersama-dirumah-agar-ri-bebas-covid-19).
Sementara di waktu yang lain, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengimbau warga desa untuk membatasi mobilitas di luar rumah. Imbauan itu disampaikan melalui cuitannya di akun Twitter @halimiskandarnu.
Halim Iskandar mengingatkan warga desa pandemi COVID-19 dapat dilalui jika masyarakat dapat mematuhi kebijakan yang diterapkan. Ia pun mengajak warga desa untuk selalu berdoa agar pandemi COVID-19 berlalu dan ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali. (https://news.detik.com/berita-5630879/covid-19-melonjak-mendes-meminta-warga-desa-doa-bersama-keluarga).
Fakta bahwa lebih dari setahun lamanya wabah covid-19 melanda negeri ini tentu membuat masyarakat semakin diselimuti kekhawatiran yang berkepanjangan. Sudah banyak jumlah orang yang terinfeksi varian baru covid-19 yang bermutasi dan sangat mudah menular. Tentu saja kita tak ingin lonjakan covid semakin tak terkendali.
Sebagaimana diketahui, berbagai bermacam cara sudah ditempuh untuk menekan laju virus tersebut, mulai dari 3T (testing, tracing and treatment) hingga 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi. Bahkan, segala upaya itupun dimaksimalkan dengan berdoa kepada Allah Swt. agar berkenan menghilangkan wabah ini.
Adanya himbauan doa bersama mengisyaratkan bahwa pengakuan manusia hanyalah mahluk lemah, terbatas dan pastinya sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Manusia hanya bisa berikhtiar, namun Allahlah penentu segalanya. Lantas sudahkah kita maksimal berusaha dalam menghadapi wabah ini?
Ajakan doa bersama yang digelar oleh keluarga-keluarga di negeri ini dalam mengatasi wabah merupakan salah satu bentuk usaha. Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab sahihnya (Al-Mustadrak) dari Aisyah radhiyallahu’anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Doa akan memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah itu turun, doa segera menghadapinya. Keduanya saling bertarung hingga tiba hari kiamat.”
Dalam riwayat lain Rasulullah Saw., juga bersabda, “Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain doa. Dan tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)
Namun perlu dipahami, tidaklah cukup himbauan doa bersama ditujukan pada masyarakat saja. Doa bersama seharusnya juga ditujukan bagi para penguasa sebagai pengambil dan penentu kebijakan. Merekalah yang bertanggung jawab bagaimana nasib negeri ini disaat wabah melanda.
Amanah yang diberikan tersebut akan dimintai pertanggung jawaban kelak diakhirat. Sehingga, dengan penuh kesadaran seharusnya para pemimpin juga berdoa sunguh-sungguh memohon diberikan petujuk dan pertolongan oleh Allah Swt, agar selamat serta tak menyusahkan rakyat.
Allah berfirman yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (TQS. Al-Baqarah: 186).
Jikalah benar mengharapkan pertolongan Allah Swt. Maka selayaknya penanganan wabah ini tidak sekadar doa, melainkan juga dengan tobatan nasuha yang dilakukan seluruh masyarakat dan pemerintah, yakni dengan kembali pada hukum Allah secara kaffah. Penerapanya tak hanya pada individu saja, tapi juga peran negara secara struktural mengimplikasikan hukum-hukum-Nya dalam kehidupan.
Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. adalah masyarakat yang menjalankan syariat Allah Swt secara menyeluruh (kaffah) dalam segala aspek kehidupan mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman karena malaikat Allah pun peduli memintakan ampunan-Nya bagi mereka, selama orang-orang yang beriman itu bertobat dan senantiasa mengikuti jalan Tuhan-Nya.
Allah Swt. berfirman, “Malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekitarnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepada-Nya, serta memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman seraya berkata, ‘Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu maka berikanlah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka Jahim.'” (TQS. Al-Mu’min: 7).
Selain masyarakat yang beriman, kita juga membutuhkan sosok pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Para pemimpin yang ahli ibadah, ahli zikir, amanah, serta menjadikan Alqur’an dan hadis Rasulullah Saw. sebagai sumber hukum tertinggi di atas hukum yang lain. Bukan sosok pemimpin yang melampaui batas, jauh dari syari’ah sebagaimana yang digambarkan Allah Swt. dalam berfirman, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar: 53-54)
Semoga dengan adanya wabah ini, menyadarkan kita segera melakukan tobatan nasuha dan kembali pada aturan Allah Swt, agar pertolongan-Nya segara tiba. Dan mudah-mudahan doanya orang-orang yang beriman dan pemimpin yang beriman dikabulkan Allah. Sehingga Allah segera mengangkat wabah pandemi di dunia ini serta mengampuni dosa-dosa manusia yang lalai dari melaksanakan aturan-Nya. Aamiin. Wallahu’alam.
Post a Comment