Salah Didik, Mental Anak Rusak


Oleh : Zulhilda Nurwulan, S. Pd 
(Relawan Opini Kendari)

Pendidikan seks merupakan salah satu pendidikan yang penting diajarkan kepada anak sedari dini. Hal ini untuk mencegah anak-anak dari pergaulan yang salah dengan lawan jenis maupun mencegah berbagai penyimpangan seks yang bisa saja menimpa anak-anak. Akan tetapi, haruskah mengajarkan pendidikan seks melalui konten porno?

Beberapa waktu lalu, seorang publik figur sempat viral di media sosial terkait pernyataannya dalam salah satu konten youtube milik kerabatnya mengenai caranya mendidik anak soal pendidikan seks dengan menemani anak-anaknya menonton konten porno. Ia mengungkapkan jika hal ini dilakukan demi menjalin hubungan kekerabatan dengan anak layaknya seorang teman. Bahkan, hal ini Ia katakan sebagai bentuk sikap saling terbukanya dengan sang anak. Menurutnya, ia tidak ingin menjadi orang tua yang kolot, melarang anak-anaknya berpikir terbuka terkait konten porno dan hubungan sosial yang lain. Oleh karena itu, daripada bermain kucing-kucingan dengan anak tentang konten porno Ia lebih memilih menemani sang anak menonton konten tersebut. Namun, benarkah tindakan yang Ia lakukan sebagai orangtua? 

Tindakan publik figur ini kerap disoroti oleh beberapa pemerhati anak salah satunya ketua KPAI, Susanto.
“Konten porno itu konten berbahaya. Dampak negatifnya serius bagi tumbuh kembang anak," kata Ketua KPAI, Susanto, Sabtu (26/6/2021).

Tambahnya, sekalipun ditemani oleh orang dewasa anak-anak tidak boleh menonton konten porno karena akan mebawa dampak buruk bagi perkembangan anak. Sehingga, jelas tindakan yang dilakukan oleh orangtua tersebut adalah tindakan yang merusak mental anak. susanto pun meminta agar orang tua hati-hati dalam mendidik anak dan tetap memperhatikan etika perlindungan anak. dengan demikian, perlu bagi orang tua mengenali kondisi tumbuh kembang anak agar tidak mudah mengambil langkah yang salh.



*Anak Aset Keluarga*

Anak merupakan titipan
 Allah Swt yang harus dijaga, dilindungi, dan dididik dengan benar. Pesan yang sangat indah dari Ali bin Abu Thalib, “ Didiklah anakmu sesuai jamannya, karena mereka bukan hidup dijamanmu.” Pesan ini mengandung makna yang mendalam untuk orangtua  dalam mendidik dan menemani si anak. selain itu, anak merupakan aset keluarga yang padanya tersimpan harap dan impian orang tua. Oleh karena itu, mendampingi anak dalam masa pertumbuhannya adalah moment berharga bagi orang tua namun bukan berarti membiarkan mereka berkembang sesuai dengan keinginan mereka sendiri.   

Anak adalah cerminan keluarga. Dari sikap seorang anak terpancar pola asuh dan didikan keluarga tempat mereka berasal. Pribadi yang ditunukkan seorang anak baik atau buruk adalah hasil didikan keluarga tempat ia dibesarkan. Sehingga, mendidik anak perlu etika, perlu akhlak dan iman agar anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai keinginan orangtua dan agama.
Disamping itu, selain mendidik anak dengan etika, orangtua perlu memperhatikan aspek-aspek penunjang tumbuh kembang anak, contohnya pemilihan nutrisi yang tepat dan halal. Islam menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Maidah:88, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu,...”

Ayat diatas bukan tanpa arti, anjuran memberi makan kepada anak dengan makanan yang halal dan baik juga merupakan cara mendidik anak untuk tumbuh dengan cara yang benar. Sebagaimana yang disampaikan oleh banyak ahli jika makanan yang sehat, baik, lagi halal akan menghasilkan sikap yang baik pula untuk seorang individu. Islam pun mengajarkan, salah satu syarat terkabulnya doa seseorang ialah ketika mereka makan dan minum dari sesuatu yang halal. Disamping itu, keluarga yang senantiasa menjaga makanan yang halal dan sehat akan melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas baik bagi fisik maupun mentalnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan aspek-aspek apapun yang menunjang tumbuh kembang anak agar mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik. Tak lupa pula sebagai orangtua untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi sang anak karena doa orang tua adalah obat yang mujarab bagi setiap sakit yang diderita sang anak.


*Membangun Generasi Gemilang*

Sebagaimana islam memandang anak sebagai anugrah dan amanah yang dititipkan Allah Swt maka orangtua memiliki kewajiban memenuhi hak-hak anak agar bisa berkembang sesuai keinginan Allah Swt. Dalam hal ini, orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak dan berkualitas agar tercipta karakter yang isalmi pada diri si anak. orangtua yang mampu mendidik anak menjadi pribadi yang berkualitas sejatinya telah melahirkan generasi yang siap mengemban amanah demi membangun masa depan yang cemerlang.

Kemudian, orang tua memiliki beberapa kewajiban untuk memenuhi hak-hak anak diantaranya memberikan perlindungan dan pengasuhan. Perlindungan yang dimaksud disini ialah perlindungan baik secara fisik maupun psikis. Seorang anak yang tumbuh dengan fisik yang baik akan menopang perkembangan psikisnya dengan baik pula. Sehingga, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dalam QS. Almaidah:88, wajib bagi orang tua memenuhi kebutuhan anak dari sesuatu yang halal dan baik.

Selanjutnya, masalah pengasuhan. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya, An-Nizhamu al-Ijtima’i fi al- Islam telah menjelaskan terkait pengasuhan anak sebagai bagian dari hak anak sekaligus kewajiban orangtua. Pengasuhan anak masuk dalam kategori penjagaan jiwa agar anaka terhindar dari kebinasaan, sekaligus diselamatkan dari berbagai hal yang bisa membinasakannya.

Dalam islam, pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Sejatinya, pendidikan berkualitas tidak semata-mata menjadi kewajiban orangtua melainkan ada kewajiban negara didalamnya. Sehingga dalam hal ini negara harus menjadikan pendidikan sebagai prioritas dan perlu memfasilitasi pendidikan tersebut dengan gratis tanpa syarat. Oleh karena itu, berharap hadirnya generasi yang gemilang bukan sekadar tugas orangtua melainkan ada kewajiban negara untuk membiayai, memfasilitasi dan mendukung segala aspek keberhasilan seorang anak tanpa membedakan kasta, status sosial maupun keluarga. Dengan demikian,  harapan generasi gemilang hadir dalam jiwa setiap anak bisa terealisasi dengan mudah. Allahu’alam biisowwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post