PPKM Mikro dan Vaksinasi, Efektifkah Berantas Covid-19?

Oleh Unie Khansa
(Praktisi Pendidikan)

Covid-19 masih menjadi momok yang sangat menakutkan, padahal keberadaannya sudah hampir dua tahun. Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 semakin meningkat. Variannya pun semakin bervariasi. Gejala yang dialami oleh penderita juga makin banyak. Konon katanya penyebarannya pun sudah semakin cepat.

Sepertinya kondisi seperti saat ini tidak akan terjadi seandainya sejak muncul Covid-19 pemerintah sudah mengantisipasi dengan serius. Kita ingat awal munculnya Covid-19 pemerintah menganggap sepele. Para pemimpin menanggapinya dengan goyang ubur-ubur.  Beberapa pemimpin mengatakan untuk mengatasi Covid-19 cukup dengan meminum jamu, memakai kalung anticovid, dan beberapa statemen yang meremehkan Covid-19 ini.

Namun realitanya sekarang Covid-19 semakin merajalela, memakan banyak korban dan menyedot banyak dana yang semestinya dana ini dapat digunakan untuk hal lain.

Berbagai upaya telah diusahakan, mulai dari menerapkan 3M, PSBB, WFH, PJJ,  dan yang sedang hangat dibicarakan PPKM dan vaksinasi. Semua upaya  yang dilakukan masih belum menampakkan hasil yang memuaskan terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah kasus Covid-19 ini.

Berkenaan dengan vaksinasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi)  melakukan 'safari' peninjauan vaksinasi massal di sejumlah daerah. Salah satunya  kepala negara meninjau vaksinasi di kediaman Raja Hitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Dalam  sambutannya, Jokowi mengatakan bahwa program vaksinasi bertujuan agar tercapai sebuah kekebalan komunal (herd immunity). Saat 70% penduduk sudah divaksinasi, maka kekebalan komunal akan tercipta.
"Artinya apa? Yang namanya Covid mau dateng, bisa mental dan tidak menularkan lagi ke orang-orang, dari warga ke warga (CNBC Indonesia, 25/4/2021).

Ternyata sejauh ini ucapan Presiden Joko Widodo belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
Selain vaksinasi, pemerintah melakukan penebalan dan penguatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro selama 2 minggu, yaitu mulai tanggal 22 Juni hingga 5 Juli 2021. Kebijakan ini diambil mengingat perkembangan kasus Covid-19 menunjukkan tren kenaikan setelah lima pekan pasca libur Idul Fitri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyampaikan, Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk dilakukan penguatan PPKM Mikro sebagai upaya menekan laju penyebaran kasus Covid-19.
Dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/6/2021), Airlangga mengatakan bahwa   Presiden Joko Widodo memberikan penegasan terkait operasionalisasi dan lapangan dari pelaksanaan PPKM Mikro. (detiknews, 24/6/2021).

Sejalan dengan Intruksi Presiden  melalui Menko Bidang Perekonomian dan seiring dengan peningkatan kasus positif Covid-19, Pemprov DKI Jakarta menetapkan ketentuan baru untuk meningkatkan pengendalian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Mikro.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 796 tahun 2021 tentang Perpanjangan PPKM Berbasis Mikro selama 14 hari sejak 22 Juni - 5 Juli 2021.⁣
Poin-poin dari PPKM Mikro mencakup perkantoran, belajar mengajar, konstruksi, restoran, dan lain-lain.

Apakah kedua upaya terakhir untuk menangani Covid-19 berhasil?
Ternyata penanganan Covid-19 dengan vaksinasi dan PPKM tidak efektif terbukti dengan semakin melonjaknya jumlah kasus Covid-19 hampir di setiap daerah. Salah satunya di Kota Bogor.

Di tengah lonjakan kasus Covid-19, sebanyak 336 tenaga kesehatan (nakes) di Kota Bogor terpapar virus corona. Bahkan, delapan fasilitas kesehatan (faskes) terpaksa ditutup.
Pada saat yang sama, keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di ruangan perawatan dan ICU di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bogor telah mencapai 81,6 persen.
"Sekarang ini (nakes) yang terpapar 336 orang, dan ini kasus aktif. Presentasinya terus naik, kasus terkonfirmasi minggu ini sebesar 78 persen," kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Minggu (27/6/2021).

Bima khawatir bila kasus harian terus meningkat dan semakin banyak nakes dan tenaga pendukung di faskes maupun rumah sakit rujukan Covid-19 yang terpapar dan tidak ada langkah strategis, rumah sakit bisa lumpuh. Itu yang saya khawatirkan. (Liputan627/6/ 2021).

Melihat fakta saat ini, sebenarnya Islam jauh-jauh hari sudah memberikan solusi jitu dalam penanganan wabah. Di antaranya  Islam menetapkan penguncian wilayah sebagai tindakan pertama menghentikan sebaran virus.


Pada masa Rasulullah dan sahabat, umat Islam juga pernah menghadapi serangan wabah penyakit.

Cara Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menghadapi wabah penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19. Sebut saja, anjuran menjaga kebersihan .
Pesan untuk selalu menjaga kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad yang lalu, baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad saw. Tujuannya agar umat manusia menjadi orang yang sehat dan kuat, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah hadis disebutkan: “Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Muslim).

Nabi Muhammad SAW bukan seorang dokter, beliau atas bimbingan Allah Swt. selalu mengingatkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Caranya, kita bisa aktif melakukan aktivitas membersihkan diri dan lingkungan sekitar agar tetap bersih. Bisa juga hal ini dilakukan dengan cara pasif, yakni tidak mengotori lingkungan sekitar dengan cara berdiam diri.

Hadis yang ditulis berdasarkan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad Saw., telah menyarankan umat Islam rajin cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas. Ilmu pengetahuan membuktikan, cuci tangan pakai sabun adalah cara efektif mencegah infeksi virus Corona.


Rasulullah bersabda yang artinya: Rasulullah saw mengatakan, "Ketika kamu bangun tidur, dia seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari." (HR Muslim).

Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah saw. mengingatkan,"Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis: "Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi.

Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post