Empat orang dari satu keluarga Muslim berusia antara 9 hingga 74 tahun
di Kanada
tewas akibat serangan truk terencana pada 6 Juni lalu, menambah panjang daftar
serangan terhadap penganut Islam di negara tersebut selama beberapa tahun
belakangan. Menurut polisi,
lima anggota keluarga sedang berjalan bersama di sepanjang trotoar. Mereka
tengah menunggu untuk menyeberangi persimpangan. Lalu, sebuah truk pick-up hitam menaiki trotoar dan
menabrak keluarga tersebut. Kemudian truk melarikan diri dengan kecepatan
tinggi. Dari lima orang anggota keluarga, sebanyak empat orang dinyatakan
tewas. (news.detik.com, 08/06/2021)
Detektif Kepolisian Kanada, Paul
Waight, mengatakan pelaku diduga sudah merencanakan insiden itu dari jauh hari
dan motif perbuatan tersebut dipicu oleh kebencian terhadap Islam. Pelaku, Nathaniel Veltman (20) mengenakan
rompi yang tampak seperti pelindung tubuh saat melakukan aksinya tersebut.
Kini pelaku telah ditahan
dan menghadapi empat dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan satu dakwaan
percobaan pembunuhan. (news.detik.com, 08/06/2021)
Serangan
itu adalah yang terburuk terhadap orang Muslim di Kanada sejak seorang pria
menembak mati enam anggota masjid Kota Quebec pada 2017. Walikota London, Ed
Holder, mengatakan serangan itu adalah pembunuhan massal terburuk yang pernah
terjadi di kotanya. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan di
Twitter bahwa kabar ini membuatnya ngeri dan menyatakan bahwa Islamofhobia tidak memiliki tempat di
komunitas Kanada. Kebencian ini berbahaya, tercela dan harus dihentikan.
Politisi Ontario, Doug Ford menuliskan twit bahwa keadilan harus ditegakkan
atas tindakan kebencian yang mengerikan.
Namun
jika kita analisis fakta yang terjadi, apa yang dibicarakan oleh Pemerintah
Kanada cukup bertolak belakang dengan peraturan yang berlaku di Kanada. Menurut
Psikolog Universitas Simon Fraser, Stephen Wright, menilai Islamofhobia bisa hadir karena adanya pemahaman yang mengaitkan
antara Muslim dengan kekerasan dan terorisme. Kesalahpahaman ini telah meresapi
dalam keyakinan masyarakat Kanada.
Menurut
Jasmin Zine, seorang sosiolog Universitas Wilfred Laurier yang telah
mempelajari Islamofhobia di Kanada
selama lebih dari satu dekade mengatakan, penyebab tragedi ini bukanlah hal
baru, seperti keputusan politik dan Undang-Undang Keamanan, seperti
Undang-Undang Anti-Terorisme Kanada, yang mulai berlaku setelah serangan 9/11.
Juga RUU Quebec 21, yang melarang orang memakai simbol agama –seperti jilbab
dan niqab – di tempat kerja. Pemikiran ini tak hanya dipercaya masyarakat,
tetapi terwakili dalam kebijakan pemerintah dan retorika politik arus utama.
(republika.co.id, 14/06/2021)
Bagi
orang Islam, persoalan darah kaum Muslimin bukanlah perkara yang remeh. Ada
banyak ancaman yang Allah ta’ala sebutkan baik dalam Al-Qur’an maupun di dalam
hadits nabi-Nya. Terhadap siapa saja yang melenyapkan nyawa kaum Muslimin tanpa
ada alasan yang dibenarkan di dalam syariat. Rasulullah SAW bersabda, “Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah, daripada
terbunuhnya satu orang Muslim” (HR Tirmidzi).
Begitu
juga dalam Al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 93 yang artinya, “Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
Kejadian
di Kanada ini membuat kita dapat melihat fakta bahwasanya seluruh manusia, tak
terkecuali umat Islam, saat ini tengah di persimpangan jalan. Peraturan yang
tidak memiliki keadilan dan gagal mewujudkan keadilan hanya membawa kepada
kesengsaraan. Kita tidak bisa merasakan ketentraman dan damai karena sistem
yang berlaku sekarang ini.
Ketiadaan kepemimpinan Islam saat ini
yang menimbulkan Islamofhobia. Sistem
buatan manusia tidak bisa mencapai keberhasilan sistem yang Allah buat. Hal ini
dikarenakan saat Islam memimpin peradaban, konflik bisa diminimalisir, sikap
santun dan lembut juga diberikan pada non Muslim. Kerukunan umat beragama nyata
bukan sekedar simbol. Salah satu buktinya adalah Islam Berjaya selama 800 tahun
di Spanyol pada masa kekhalifahan Bani Umayyah.
Islam, Nasrani dan Yahudi hidup
berdampingan dan penuh adab. Tidak ada tradisi penganiyaan agama. Selain itu
sejarah juga mencatat, warga Kristen Syam yang bahkan lebih memilih hidup di
bawah kekuasaan Islam dibandingkan pimpinan Kaisar Romawi yang sama-sama
beragama Kristen. Berdasarkan beberapa penggalan sejarah tersebut maka Islam
sangat jauh dari kata kekerasan, intoleran bahkan terorisme.
Khatimah
Islamofhobia hanya bisa dihentikan bila Islam
diterapkan secara kaffah, karena Islam berasal dari wahyu Allah yang membawa
rahmat atas sekalian alam dan hukum yang fitrah, menenteramkan, membawa damai.
Pun kehadiran Islam tidak hanya untuk orang Islam, tapi juga untuk non-Islam
bahkan semesta. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.[]
Post a Comment