(Ibu Rumah Tangga)
Sudah hampir setahun lebih corona belum juga usai di negeri ini, bahkan sekarang ada corona varian baru yang menghampiri. Dan pencapaian virus corona kini semakin meningkat serta hampir tiap hari merenggut nyawa kepada kalangan kaya, menengah, bawah. Corona menghampiri tidak mengenal lagi dari kalangan pejabat, tokoh, ustadz, ustadzah, guru, dosen, pelajar, pedagang, pekerja dan lain-lainnya. Sehingga kegiatan apapun mulai dibatasi yaitu yang bernama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat demi menghindari corona. PPKM Darurat Jawa-Bali telah melewati pekan pertama. Kebijakan ini dianggap belum membawa perubahan dalam menekan laju penyebaran virus Corona. Tak terkendali, jauh dari kondisi aman!. Pertambahan kasus positif Covid-19 dan kematian harian terus meningkat. Fasilitas kesehatan dan rumah sakit rujukan nyaris kolaps. Namun, Indonesia hingga saat ini masih menyumbang jumlah kasus Covid-19 yang terus mencetak rekor baru dari hari ke hari.
Belakangan, isu PPKM Darurat diperpanjang pun semakin kencang sehingga ada sejumlah elemen masyarakat yang menjerit, menggaungkan penolakan atas perpanjangan PPKM Darurat. Bagaimana rakyat akan hidup, jika mereka dipaksa tinggal dirumah, tapi dapurnya tak terisi, anak-anaknya teriak kelaparan, uang sekolah terus menunggak padahal mereka tak merasakan tatap muka di sekolah, belum lagi uang listrik dan air.
Ditambah lagi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Rakyat kita bukanlah semuanya pekerja yang bisa bekerja menggunakan sistem online, ada jutaan yang harus berjualan, keliling menjajakan makanan dan barang bahkan harus turun menjajakan tenaganya. Bagaimana sistem Work From Home berlaku dalan pekerjaan yang menuntut mereka untuk menjemput rezekinya di luar rumah.
Sekali lagi pemerintah gagal, dan mungkin akan seterusnya gagal dalam memahami ingin dan mau rakyat, jika kebijakan hanya menambal peraturan bukan menambal kesejahteraan. Lucunya lagi, semua kesalahan pasti dituduh pada rakyat. Dituduh tak patuh prokes jika berani keluar, jika tetap didalam rumah mereka mati kelaparan.
Aturan yang dikeluarkan terbaru oleh Pemerintah ini, dirasa sangat merugikan bagi masyarakat menengah kebawah. Terlebih para pedagang yang senantiasa mencari penghidupannya saat berjualan, betapa tidak, para pedagang disuruh berdiam diri dirumah sementara dirumah ada penghidupan yang harus dinafkahi sehari-hari. Sementara bantuan pun tak kunjung segera diberikan, dan itupun tidak merata dalam pembagiannya.
Masyarakat di hadapkan kepada para petugas yang dalam penertibannya, tak jarang disertai dengan tindak anarkis aparat. Seperti kasus pemukulan seorang pedagang perempuan oleh Pol pp yang sedang Viral saat ini, sungguh miris sekali.
Adakah solusi dari rezim ini? Berbagai solusi yang dilakukan pemerintah untuk menangani Pandemi selama ini, dirasa telah gagal dalam penanganannya. Kita dapat lihat dari kasus Pandemi ini yang semakin hari semakin menjadi, terakhir kasus terbesar positif Covid di negeri ini mencapai diatas 50 ribu orang per bulan juli, tentunya ada suatu hal yang salah dalam penanganan pandemi ini.
Pemerintah juga diharapkan mengevaluasi strategi kebijakan PPKM Darurat agar tidak melulu bersifat aturan, melainkan solusi. Pemerintah bukan hanya mengidentifikai rakyat yang terpapar Covid-19 tetapi juga mengidentifikasi rakyat yang terdampak pandemi Covid-19 secara ekonomi dengan alat ukur yang tepat.
Sebagai seorang muslim, tentunya ini semua harus kita sikapi sebagai sebuah cobaan yang harus di hadapi dengan Sabar, sembari bermuhasabah atas apa yang kita lakukan selama ini. Dan seorang pemimpin harus bisa mengembalikan permasalahan apapun ke hukum Alloh karena bila seorang pemimpin bertakwa kepada Alloh, maka akan takut kepada-Nya, sebagaimana dalam hadits yaitu "Ya Allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu mempersulit mereka, maka persulitlah baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya. (HR Muslim).
Wallahua'alam bisowab []
Post a Comment