Penulis Ideologis Bela Islam AMK
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, pertempuran Palestina dan Israel sejak (10/5/2021), selama sebelas hari menewaskan 243 orang di Gaza termasuk 66 anak, dan melukai 1.900 orang. Kerusakan akibat gempuran Israel untuk dibangun kembali butuh biaya puluhan juta dolar Amerika dan akan memerlukan waktu bertahun-tahun.
Presiden Amerika, Joe Biden mengakui bahwa dirinya yang meminta diakhirinya pertempuran antara Palestina dan Israel. Dalam konferensi pers, Biden berjanji akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk membantu membangun kembali Gaza. Timbal baliknya, mereka harus mengakui hak Israel untuk eksis sebagai negara Yahudi merdeka. Lebih lanjut, Biden mengatakan bahwa Palestina juga harus mengakui hak keberadaan Israel.
Biden mengharapkan gencatan senjata Palestina-Israel bertahan lama. Biden mempercayai Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
"Saya mendoakan agar gencatan senjata akan bertahan. Saya percaya pada PM Netanyahu, saya memegang kata-katanya. Dia tidak pernah mengingkari kata-kata kepada saya," ujar Biden. (detikNews, 22/5/2021)
Ternyata, gencatan senjata hanya bertahan beberapa jam saja. Zionis Israel mengkhianati perjanjian. Sungguh licik dan culas, tepatnya mencari lengahnya musuh. Di saat masyarakat Palestina bergembira dan bersukacita,
secara tiba-tiba militer zionis Israel merangsek masuk menyerang dengan menembakkan senjata, gas air mata, dan melemparkan granat ke masyarakat yang berkumpul di kompleks Masjid Al Aqsa. Sontak, kegembiraan berubah menjadi jeritan ketakutan dan panik. Betapa tidak, ledakan terdengar dari penjuru Al Aqsa. Sungguh keji dan biadab.
Itulah karakter zionis Yahudi yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka keras kepala, selalu membuat kerusakan di muka bumi, licik, culas, membantai orang-orang tidak berdosa. Mengusir penduduk lain dan menghancurkan kemakmuran bangsa lain. Bahkan, nabinya pun mereka bunuh.
Telah tercatat sejak tahun 1967, zionis Yahudi Israel sudah melakukan penyerangan ke Madjid Al Aqsa lebih seratus kali. Mereka melakukan pembantaian secara brutal, sadis, dan bengis. Pembantaian itu lebih tepatnya disebut genosida, dimana para zionis menganggap pembersihan etnis sebagai hal penting untuk mendirikan negara Israel.
Jadi, tidak ada istilah gencatan senjata bagi Israel laknatullah. Sebab, zionis Israel berambisi mengangkangi Masjid Al Aqsa yang diyakini bahwa di bawahnya ada Haikal Sulaiman. Yakni tempat peribadatan bangsa Yahudi yang dulunya dihancurkan Babilonia. Haikal Sulaiman merupakan simbol kejayaan bangsa Yahudi. Itulah alasannya dia membuat terowongan di bawah Al Aqsa. Sesungguhnya yang mereka yakini tidak lebih hanyalah ilusi yang berasal dari dongeng-dongeng Talmud yakni kitab yang dianggap suci atau kitab Taurat yang sudah diacak-acak oleh kaumnya, merupakan bagian dari ajaran Yahudi.
Sementara, penduduk Palestina tidak rela jika Masjid Al Aqsa dikuasai zionis. Sebab, Palestina adalah tanah wakaf milik kaum muslim sedunia. Tempat lahirnya para nabi, merupakan kiblat pertama, dan tempat berpijaknya Nabi Muhammad saw. mikraj ke sidratulmuntaha. Serta merupakan tempat suci ketiga yang dimuliakan dan diberkahi Allah Swt. Oleh sebab itu, penduduk Palestina lebih bangga dan memilih mati syahid demi mempertahankan dan melindungi Al Aqsa.
Cukuplah Al-Qur'an mengingatkan janganlah kalian menjadikan Yahudi sebagai teman, sahabat atau mitra penolong. Mereka tidak boleh dipercaya. Amerika serikat yang selama ini berdiri setia mendukung di belakang zionis Israel nyatanya juga dikhianati tentang gencatan senjata. Sehingga panen hujatan, cibiran, dan cemoohan bangsa-bangsa sedunia, termasuk negara rivalnya yakni China.
Melalui media pemerintah China, The Global Times menyerang AS habis-habisan. Akibat pembelaannya terhadap Israel. Biden menampar wajahnya sendiri.
"Washington yang sesumbar membela hak asasi manusia (HAM) yang teraniaya, tapi menutup mata atas HAM rakyat Palestina yang diinjak-injak. Lebih dari itu AS sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia, yang sangat egois bertindak atas kemauannya sendiri, mengacaukan tatanan dunia mengorbankan keadilan internasional. Akibatnya memicu protes global di seluruh dunia. Anehnya, China sendiri juga merupakan negara komunis yang keji dan bengis kepada umat Islam Xinjiang, dan Uyghur lucunya ikut-ikutan menghujat.
Sebelumnya, akibat berita hoaks netizen yang mendukung Israel 60-70%. Kini, dukungan berbalik untuk Palestina yang membanjiri dunia. Tidak hanya negeri-negeri muslim, negara yang penduduknya nonmuslim juga ikut demo menentang kebiadaban Israel.
Akibatnya, orang-orang Yahudi ketakutan, terjadi pro dan kontra. Ironisnya sampai ada baku hantam di dalam Sinagog.
Hentikan Mengemis
Percuma berharap pada penguasa-penguasa muslim yang menjadi boneka Amerika, atau yang telah menjalin hubungan diplomasi dengan zionis Israel. Apalagi berharap kepada PBB yang notabene di bawah pengaruh AS. Tentu semuanya memihak Israel. Seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, Sudan, Buhtan, dan lainnya berdamai dengan Israel. Indonesia, mendorong Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggiring untuk bernegosiasi menginginkan kembali ke perjanjian tahun 1967. Dimana solusinya Palestina dibagi dua. Artinya penjajah (Israel) yang merebut paksa tanah milik Palestina, justru digiring agar mendapat pengakuan internasional. Ini betul-betul bentuk pengkhianatan dan penjajahan. Jangankan dibagi dua, segenggam tanah pun akan dipertahankan dan umat Islam tidak rida (Khalifah Abdul Hamid II).
Di sinilah pentingnya dakwah. Tragedi Palestina bukan masalah kemanusian, melainkan urusan akidah. Umat harus dipahamkan bahwa hukumnya wajib membantu saudaranya seakidah membela agama Allah. Bukannya membantu penjajah.
Diriwayatkan dari Imam Thabrani dalam kitabnya Al-Kabir, Nabi saw. bersabda, “Barang siapa yang berjalan bersama penzalim untuk membantunya, dan tahu bahwa orang itu penzalim, maka sungguh dia telah keluar dari Islam.”
Umat juga harus dipahamkan, bahwa yang menyebabkan umat Islam dizalimi, terpuruk, dihinakan, dijajah, dan dijarah kekayaannya, karena ketiadaan khilafah. Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk menghentikan semua bentuk penjajahan hanyalah khilafah. Bukan dengan cara negosiasi. Jadi, semua umat Islam wajib memperjuangkan tegaknya kembali khilafah.
Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah, untuk mempersatukan umat Islam seluruh dunia, menerapkan Islam secara kafah, dan dakwah, serta jihad ke seluruh penjuru dunia.
Khalifah inilah yang berfungsi sebagai Junnah (perisai), sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْØ¥ِÙ…َامُ جُÙ†َّØ©ٌ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَرَائِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ بِÙ‡ِ
”Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)
Dengan bersatunya negeri-negeri muslim seluruh dunia di bawah naungan khilafah, maka khilafah akan menjadi negara adidaya, dengan jihad fii sabilillah dapat menandingi dan menaklukkan AS dengan sekutunya, termasuk eksistensi zionis Israel akan terkubur selamanya.
Wallahu a'lam bish shawab
Post a Comment