Palestina Dijajah Zionis Israel, penderitaan Palestina dari Masa ke masa

Oleh: Halida
 (aktivis muslimah peduli umat)

Apa yang dialami  rakyat Gaza saat ini bukanlah yang pertama kali. Sejak jatuhnya Palestina dari kaum muslimin, mulailah penderitaan rakyat Palestina. Runtuhnya khilafah Turki Utsmani setelah kalah dalam keterlibatannya pada perang dunia pertama menjadikan tiada lagi institusi negara yang menjadi pembela Palestina. 

Akar Masalah Palestina di jajah 
Dunia tidak akan pernah bisa bernapas lega dengan krisis Israel dan Palestina sebulan belakangan ini. Kendati sempat ada wacana gencatan senjata, tetapi perguliran opini harus tetap diupayakan untuk memperjuangkan kedaulatan Tanah Palestina. Pasalnya, Israel adalah masalah di Dunia Islam yang tidak akan pernah usai.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel memiliki dukungan kuat dari negara-negara adidaya. Kelahirannya yang begitu hina dibantu oleh tangan nista Inggris melalui Deklarasi Balfour. Kini, di era yang lebih modern, Israel didukung oleh negara Paman Sam, Amerika Serikat.
Dikutip dari republika.co.id (10/10/2020) yang menyajikan berita tentang KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, PM Malaysia ketika itu, Mahathir Mohamad, sudah mengingatkan, Yahudi memerintah dunia dengan proksi, melalui tangan negara-negara besar.
Padahal, dari segi jumlah, dibandingkan Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Dalam Atlas of The World’s Religions disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000 orang. Meskipun demikian, mereka adalah para pekerja tangguh dan memiliki perencanaan jelas dalam pergerakan mewujudkan “negara” Israel.
Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodor Herzl sudah mencanangkan berdirinya “negara” Yahudi 50 tahun kemudian. Rancangan itu terwujud dengan berdirinya Israel pada 14 Mei 1948.
Tak ayal, bangsa kecil yang telah mengalami penindasan selama 2.000 tahun ini berhasil bertahan, bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power).
Penting untuk diketahui, Yahudi selamat lebih karena menggunakan “otak” (licik), bukan hanya kekuatan fisik. Mereka sedikit “lebih pintar” melobi negara-negara besar untuk mendukungnya demi tetap bertahan di muka bumi.
Bukti Dukungan Negara Adidaya kepada Israel
Di tengah ketegangan konflik Israel dan Palestina tempo hari, Presiden AS Joe Biden menelepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Biden meminta Mahmoud Abbas agar kelompok Hamas menghentikan serangan ke Israel. Biden juga menekankan perlunya memikirkan solusi antarnegara tersebut, sehingga dapat mencapai resolusi yang adil dan abadi bagi konflik Israel-Palestina. (detik.com, 16/5/2021)

PBB dan OKI mandul
Serangan Israel ke Gaza Palestina tidak hanya menyasar pejuang Hamas dan tempat-tempat yang diduga sebagai markas mereka, namun juga sekolah milik PBB. Sekolah PBB juga dijadikan tempat penampungan pengungsi menjadi sasaran serangan israel. sedikitnya 15 orang tewas di tempat.
Dewan keamanan PBB juga telah menerbitkan resolusi untuk Israel dan Palestina agar mereka menghentikan serangan dalam rangka kemanusiaan dan menghormati idul Fitri. Namun demikian, resolusi ini tidak memiliki ketegasan dan kekuatan hukum untuk menghentikan tindakan Israel di Gaza.
Bahkan Tak tanggung-tanggung, Biden pun berjanji akan menambah lagi sistem pertahanan udara Iron Dome untuk Israel. Pasalnya, selama ini Israel memang sangat bergantung pada Iron Dome untuk mencegat ribuan roket yang ditembakkan ke wilayahnya, baik dari Gaza maupun tempat lain. (cnnindonesia.com, 21/5/2021)
Meski pada akhirnya, Iron Dome juga sempat kewalahan menghalau serbuan banyak roket yang diluncurkan oleh Hamas. Beberapa roket Hamas menembus sistem persenjataan itu dan akhirnya masuk dan merusak sejumlah bangunan di Israel, serta menyebabkan korban.
Tapi bagaimanapun, dukungan AS tentu membuat Israel makin besar kepala. Mereka dengan mudahnya makin memainkan opini. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan pongahnya memperingatkan para penguasa Hamas agar tidak melakukan serangan roket lebih lanjut setelah gencatan senjata. Bahkan, Netanyahu memuji pemboman 11 hari Israel terhadap Gaza sebagai “kesuksesan luar biasa”.
Namun demikian, di sisi lain Biden mengatakan pihaknya tetap berkomitmen bekerja dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemangku kepentingan internasional lainnya untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang cepat dan dukungan internasional bagi rakyat Gaza, juga upaya rekonstruksi Gaza setelah konflik antara Hamas dan Israel.
Namun, menghancurkan kaum muslimin, khususnya yang ada di Palestina.
Itu sebenarnya hanya beberapa bagian dari bagian panjang pembunuhan, pemerkosaan, pengusiran dari daerahnya sendiri, perampokan dan berbagai kebiadaban yang dilakukan oleh Yahudi Israel sejak tahun 1920-an. Inilah yang tidak boleh kita lupakan.
Lebih-lebih, syaratnya adalah pemberlakuan solusi dua negara. Bagaimana mungkin syarat ini pantas untuk dipenuhi? Sementara faktanya, Israel adalah penjajah dan perampas tanah Palestina. Bukankah yang lebih pantas enyah adalah Israel itu sendiri?
Al-Quran Tidak Pernah Salah Memberitakan tentang Yahudi, Palestina Butuh Perisai Pewujud Khairu Ummah
Lebih dari itu semua, dari sudut pandang Al-Qur’an, keberadaan Yahudi bagaimanapun adalah untuk senantiasa menjadi ujian bagi kaum muslimin selaku khairu ummah (umat terbaik). Tentu di sini yang juga menjadi PR besar bagi Dunia Islam adalah mempertahankan kelayakan gelar sebagai umat terbaik tersebut, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Swt..
Allah Swt. berfirman,
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina.’ [65]. Maka, Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. [66]” (QS Al-Baqarah [2]: 65—66)
Dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman,
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 120)
Di samping itu, sejak keruntuhan Khilafah pada 1924, Palestina hingga kini tiada pembela, tiada perisai. Ini memang seperti prediksi Sultan Abdul Hamid II, Khalifah yang sedemikian keras berjuang mempertahankan Palestina dari perampasan Yahudi.
Sultan Abdul Hamid II mengingatkan, merupakan bahaya yang sangat besar dengan dibukanya Tanah Palestina untuk Yahudi. Pada tahun 1882, pemerintah Khilafah mengeluarkan dekret yang melarang didirikannya pemukiman permanen Yahudi di Palestina, sekaligus menolak izin perpindahan bangsa Yahudi ke Palestina.
Berbagai upaya pun dilakukan tokoh Zionis, antara lain Theodor Herzl. Herzl membujuk Sultan Abdul Hamid II agar mau mengizinkan kedatangan imigran Yahudi ke Palestina.
Tahun 1902, delegasi Herzl kembali mendatangi Sultan Abdul Hamid II. 
Sultan pun berkata kepada Herzl,
“Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal Tanah Palestina. Sebab tanah ini bukan milik pribadiku, melainkan milik kaum muslim. Mereka telah berjuang untuk memperolehnya dengan darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang miliaran itu. Jika pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, meskipun tubuhku terpotong-potong, maka itu adalah lebih ringan daripada Palestina terlepas dari pemerintahanku.”
Benar saja, ketika Khilafah runtuh pada 1924 melalui tangan agen Inggris keturunan Yahudi, Mustafa Kemal, Yahudi dengan segera menggerogoti Palestina, hingga detik ini. Bahkan, Israel yang mengklaim dirinya sebagai negara Zionis Yahudi itu, adalah penjaga bagi kepentingan kapitalisme Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.
Khatimah
Demikianlah, Palestina selama ini merana akibat tiada pembela, alih-alih perisai. Problem krisis Palestina bukan hanya bisa diselesaikan dengan menghapus eksistensi entitas Israel Zionis dari tanah kharajiyah Palestina. Sementara, negeri-negeri muslim hanya sibuk mengecam dan mengutuk aksi brutal Israel tanpa sedikit pun kemauan menurunkan aksi secara militer. Padahal, semestinya negeri-negeri muslim itu mampu mengupayakan pengiriman militer mereka.
Jelas sekali, pembelaan terhadap Palestina membutuhkan kesatuan kekuatan politik dan militer seluruh negeri Islam. Bertolak dari kisah Sultan Abdul Hamid II selaku Khalifah di era modern, jika memang keberadaan Khilafah saat itu nyata menjadi perisai yang menciutkan nyali Zionis Yahudi, oleh karena itu, tidak ada solusi yang bisa menuntaskan masalah Palestina selain dengan pengerahan tentara dari negeri-negeri kaum muslimin hingga Zionis Israel keluar dari tanah wakaf milik kaum muslimin tersebut. Menjadi solusi tuntas adalah dengan khilafah dan Jihad!!!! 
Wallahu 'alam bis showwab

Post a Comment

Previous Post Next Post