Kebijakan Mandiri dalam Islam untuk Mengendalikan Wabah




Oleh Eviyanti
Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif

Wabah Covid-19 terus menyebar di sebagian besar wilayah dunia. Berbagai solusi yang telah ditempuh pun belum menunjukkan hasil, yang meniscayakan virus ini akan segera bisa dilumpuhkan dan hilang dari kehidupan manusia.
Korban terus berjatuhan, angka kematian juga kian bertambah sekalipun jumlah penderita yang sembuh selalu dilaporkan tapi sepertinya tak mampu menepis kecemasan masyarakat terhadap ancaman penyakit yang sudah menjadi pandemi ini.

Seperti yang dikutip oleh kompas.com, Ahad (02/05/2021), Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan virus corona SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19. Meskipun kurva kasus Covid-19 sudah melandai sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro dan berjalannya vaksinasi, Jokowi meminta seluruh pihak tak optimisme berlebihan.
"Jangan dulu berpuas diri, jangan optimisme berlebihan. Jangan merasa situasi sudah terkendali, jangan merasa sudah aman. Belum," kata Jokowi dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/5/2021). 

Presiden mengatakan, memang tren kesembuhan pasien Covid-19 terus meningkat belakangan ini. Sebaliknya, penambahan kasus harian pun terus menurun. Bahkan, pada hari ini jumlah kasus aktif berada di kisaran 100.000 orang. Namun, Jokowi menegaskan bahwa Covid-19 masih nyata ada di Indonesia. "Oleh sebab itu kita harus tetap benar-benar waspada, tetap tidak boleh lengah. Tidak boleh menyepelekan yang namanya Covid," ujar Presiden. Jokowi menyebutkan, upaya menekan kasus aktif Covid-19 harus terus dilakukan. Hal itu sangat bergantung pada kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Presiden meminta masyarakat tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, baik yang sudah divaksinasi maupun belum, baik yang berada di zona merah, oranye, kuning, ataupun hijau Covid-19. Kemampuan Indonesia dalam menekan penyebaran virus corona, lanjut Jokowi, juga sudah mulai menggerakkan aktivitas ekonomi di daerah.

Kebijakan yang ada sekarang ini ternyata masih belum mampu menyelesaikan wabah yang tengah melanda dunia ini. Terbukti dengan sering bergantinya kebijakan yang diterapkan tapi wabah masih terjadi.  Rakyat berharap kebijakan yang benar-benar mandiri, berbasis kepentingan publik untuk menghentikan virus. Sayangnya kebijakan selama ini lebih banyak  hanya mengikuti rekomendasi global yang terbukti gagal menghentikan virus.

Islam mewajibkan negara mengatasi wabah dengan basis konsep benar dari syariah dan mengikuti pandangan ilmiah yang mandiri, bukan mengikuti desakan global.

Sebagai bagian dari keimanan, muslim percaya bahwa seluruh peristiwa (termasuk pecahnya wabah penyakit) tidak mungkin terjadi tanpa kehendak Allah Swt.  Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa manusia (terutama kaum mukmin) bersikap fatalistik (pasrah terhadap nasib). Beberapa hadis penting terkait wabah justru berisi tuntunan bagaimana seharusnya muslim berupaya mengatasi wabah penyakit ini.

Nabi saw., bersabda:
Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Pemisahan unta adalah upaya manusia untuk menghindari meluasnya penyakit. Seperti dalam hal ini, ketika terjadi wabah maka yang harus di lakukan antara lain:
1. Tidak meninggalkan dan tidak memasuki wilayah wabah.
”Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, janganlah kalian keluar darinya.” (Muttafaq ‘alayh).
2. Mencari tahu mekanisme penyakit.
3. Antisipasi pencegahan penyakit berbasis bukti.
4. Bertawakal dan berdoa pada Allah Swt.
Keimanan seorang muslim akan menghantarkan pada keyakinan bahwa semua yang ada di dunia ini terjadi dengan iradah dan kekuasaan Allah Swt. sehingga di baliknya pasti ada hikmah manusia.

Demikian juga wabah Covid-19, salah satu pesannya adalah semakin membuktikan lemahnya manusia dan betapa Mahakuasanya Allah untuk meruntuhkan kesombongan para penguasa zalim.

Kemajuan ilmu teknologi yang mereka banggakan tidak ada artinya di sisi keagungan Allah. Selain mengembalikannya pada Allah yang Maha Pencipta, maka ucapan yang layak kita ungkapkan adalah seperti firman-Nya:
“Duhai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Karena itu peliharalah kami dari siksa Neraka.” (TQS Ali Imran [3]: 191).

Sinergi antara negara sebagai pelaksana hukum syara yang dipimpin oleh pemimpin yang berkarakter mulia dengan masyarakat yang melakukan amar makruf nahi mungkar yang ditopang oleh ketakwaan individu rakyat.

Kunci kesuksesannya adalah aturan yang diberlakukan hanya yang berasal dari Allah Swt., karenanya penerapan hukum syara merupakan sebuah keniscayaan. Pilar utamanya adalah negara yang siap sebagai institusi pelaksana syariah secara kafah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk penetapan kebijakan penanggulangan wabah.

Negara hadir sebagai penanggung jawab urusan umat. Negara senantiasa ada dan terdepan dalam setiap keadaan. Negara tidak menyerahkan urusan rakyatnya pada pihak lain. Keberhasilan pemerintahan Islam dalam menangani wabah tidak akan terulang kalau kunci kesuksesannya tidak diupayakan untuk dihadirkan. Kegemilangan Khilafah Islam hanya ada dalam catatan sejarah manakala tidak diperjuangkan untuk diterapkan kembali dalam kehidupan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post