Idul Fitri, Sudahkah Meraih Kemenangan Hakiki?


Oleh: Hafizatul Dwi Maulida, S.Pd
(Aktivis Muslimah Tanah Bumbu) 



Allah akbar Allah akbar Allah akbar
Laillahaillahallahwalallah akbar 
Allah akbar walillahilham

Gema takbir kemenangan dikumandangkan. Seluruh dunia merayakan hari yang fitri setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Bulan terbaik dari 11 bulan lainnya, yang mana pada bulan itu seluruh amalan perbuatan dilipatgandakan. Dibulan yang fitri ini adalah kemenangan bagi umat muslim setelah melewati segala hal yang membatalkan puasa dengan menjaga hawa nafsu. Semua umat muslim seluruh dunia merayakan kemenangan dengan penuh sukacita, baik itu berkumpul dengan keluarga  maupun tidak, karena umat muslim saat ini masih mengalami wabah virus corona. Duka kaum muslim saat ini seakan tidak mau pergi. Tersiar  kabar yang sangat menyakitkan hati kaum muslim, saudara kita di Palestina kembali diserang olah Israel, ditengah mereka sedang melaksanakan ibadah salat tarawih.

Adapun penyerangan pasukan Israel  bermula dari pengerahan polisi Israel untuk membubarkan warga Palestina yang tengah melaksanakan ibadah salat tarawih di masjid Al Aqsa. Polisi Israel yang dilengkapi dengan perlengkapan antihuru-hara membubarkan paksa jamaah dan menembakkan peluru berlapis karet.

Rekaman video memperlihatkan, jamaah mencoba mempertahankan diri dengan melemparkan kursi, sepatu dan batu ke arah polisi Israel. Kerusuhan yang pecah di masjid Al Aqsa, merupakan buntut dari upaya Israel mengusir warga Palestina yang tinggal di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Sedikitnya 200 warga Palestina dilaporkan terluka akibat aksi kekerasan yang dilakukan polisi Israel di nasjid Al Aqsa pada Jumat malam(Tribunnews.com/Senin.10/05/21). 

Dari media menyiarkan kebrutalan pasukan Israel yang menyerang kaum muslim saat melaksanakan tarawih menunjukkan bahwa kondisi umat muslim saat in belumlah meraih kemenangan hakiki. Terbukti adanya sebagian kaum muslim mengalami penjajahan yang tidak hanya di Palestina tapi di negari lainnya juga mengalami penjajahan. Baik itu penjajahan fisik maupun non fisik berupa pemikiran. Adanya serangan ini tentu menambah deretan duka kaum muslim dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan suka cita. Padahal umat muslim adalah umat terbesar tapi faktanya sungguh menyedihkan, menjadi umat terjajah. Seperti sabda Rasulullah ;
عَنْ ثَوْباَنَ قَالَ : قََالَ رَسُوْلُ الله  : (( يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا)) فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِدٍ؟ قَالَ  : (( بَلْ أَنْتُمْ  يَوْمَئِدٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعنَّ الله ُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ الله ُ فِي قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ )) فَقَالَ قَائِلٌ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟  قَالَ  : (( حُبُّ الدُّنْيَا وَكرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. ))
Dari Tsauban , (dia) berkata: “Rasulullah  telah bersabda: ‘Umat-umat hampir saja mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang kelaparan mengerumuni sebuah hidangan (lezat).’ Lalu seseorang bertanya : ‘Apakah kami ketika itu sedikit?’ Rasulullah  menjawab : ‘Justru kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi keadaan kalian seperti buih di tengah lautan. Allah  benar-benar mencabut kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian dan Allah lemparkan ke dalam hati-hati kalian sifat Wahn.’ Lalu orang tersebut bertanya lagi: ‘Wahai Rasulullah  apakah Wahn itu?’ Rasulullah menjawab : ‘(Wahn) adalah cinta dunia dan takut mati.’” [Hadits Shohih Riwayat Abu Dawud (4297), Ahmad (23037), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul `Auliya (I/182)]

Dari hadits tersebut jelas kaum muslim saat ini sedang kehilangan jati dirinya dan hak-haknya direnggut. Sedang diadu domba oleh para munafik dan musuh-musuh Islam. Seperti sekarang umat muslim tidak bebas menjalankan ibadah puasa, apalagi  menjalankan  seluruh syariat Islam. Sungguh miris melihat keadaan umat muslim.

Bercokolnya sistem Sekuler Kapitalis di negeri-negeri muslim dimana memisahkan agama dari kehidupan menjadi penyebab kerusakan tatanan kehidupan saat ini. Halal haram tak jadi persoalan. Artinya halal ditabrak, haram dilakukan. Tidak takut lagi dengan murka Allah. Padahal identitasnya muslim. Sehingga jauh dari sosok muslim sejati. Wajar saja predikat khairu ummah (umat terbaik) seperti sabda Rasullullah saw kepada kaum muslim belum terwujud. Pemimpin yang menjadi tameng atau perisai umat musim saat ini tidak ada. Kemana umat mengadu ketika dilecehkan, disakitidisakiti bahkan dibunuh? 

Berakhirnya bulan Ramadan sebagai bulan penuh ketaatan kepada Allah seharusnya ada pada diri umat muslim. Yaitu taat dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di hari yang Fitri ini semoga umat muslim benar-benar meraih kemenangan yang hakiki, bukan sekedar memakai baju baru, tas baru, menyantap hidangan yang enak-enak. Kemenangan hakiki hanya bisa diraih jika manusia diatur dengan syariat Islam. Sehingga tidak ada lagi melihat saudara muslim lain berdarah-darah menghadapi musuh-musuh Islam.

Post a Comment

Previous Post Next Post