Derita Palestina yang Tak Kunjung Usai


Oleh Ummu Nadiatul Haq
Member Akademi Menulis Kreatif

WAFA News Agency pada 14 April 2021 melaporkan polisi Israel menyerang warga Palestina sepulang dari salat tarawih di masjid. "Mereka mengatakan bahwa polisi menolak untuk mengizinkan makanan masuk ke dalam kompleks suci bertembok, yang menampung Masjid Al Aqsa dan Kubah Batu, bagi jamaah yang menjalankan puasa Ramadan untuk berbuka puasa saat matahari terbenam," lapor WAFA, dikutip 16 April 2021.

Selama dua hari berturut-turut, polisi Israel melarang warga Palestina buka puasa di Masjid Al Aqsa, Yerusalem, menurut kantor berita Palestina. (tempo.co, 16/4/2021)

Media Palestina melaporkan pada Jumat pagi bahwa tentara Israel melancarkan serangan artileri dan udara di Jalur Gaza.

Beberapa pejabat Zionis mengatakan kepada jaringan Arab Sky News bahwa sebuah roket telah menghantam Jalur Gaza di sebuah daerah di Sderot, selatan wilayah pendudukan.Tentara Israel Serang Jalur Gaza
(Konfirmasitimes.com,16/4/2021).

Sungguh sangat menyedihkan, di bulan yang mulia yakni bulan untuk memperbanyak ibadah, warga Palestina tidak bisa melakukannya dengan khusyuk dan penuh ketenangan. Mereka ibadah di tengah kekhawatiran konflik dengan Israel yang tak kunjung reda. Gangguan terhadap mereka jelas terjadi karena tidak adanya pelindung umat Islam sedunia. Mereka seperti anak ayam kehilangan Induknya. Harus melindungi diri sendiri, tidak ada Ibu yang menjaga dan melindungi sejak tahun 1924 Masehi. Kaum muslimin kehilangan sang Ibu.

Oleh karena itu, sejak tidak ada Ibu/pemimpin umat Islam seluruh dunia, khususnya Palestina mulai digerogoti Israel, Yahudi yang di masa kepemimpinan Islam selalu ingin menghancurkan Islam. Mereka selalu punya rasa iri dengki dengan kejayaan Islam. Padahal nyatanya mereka diurusi oleh Islam saat itu. Sampai sekarang, setiap Ramadan, Israel secara demonstratif mengganggu kekhusyukan ibadah kaum muslim. Melarang menggunakan Masjidil Aqsa, mengebom jalur Gaza untuk memancing serangan balik dari Hamas.

Israel, yang mengklaim dirinya sebagai negara Yahudi itu, saat ini adalah penjaga bagi kepentingan kampiun kapitalisme Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.

Respons Pemerintahan Biden terangkum dalam kampanye Pilpres AS 2020 lalu, Joe Biden memang pernah mengatakan bahwa sangat penting untuk menghentikan Israel mencaplok Tepi Barat yang dapat membahayakan peluang perdamaian Israel-Palestina (tempo.co, 8/5/2020).

Dan kini, Biden memenuhi janji kampanyenya itu. Pemerintahannya mengumumkan akan menghidupkan kembali dana bantuan untuk badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina dan lainnya dengan total uang mencapai US$ 235 juta atau Rp 3,4 triliun (tempo.co, 8/4/2021).

Namun, jika solusi Biden sebatas upaya perdamaian dua negara (Israel-Palestina) serta pengucuran dana untuk membantu krisis Palestina, maka sesungguhnya itu hanya lip service. Dengan kata lain, bukan solusi fundamental. Karena mereka paham mana yang menguntungkan mereka dan mana yang membahayakan keeksisan sistem kapitalis yang diemban AS agar tetap tegak.

Biden selaku representasi negara utama pengemban ideologi kapitalisme, tentu tak akan sedemikian murah hati kepada Palestina. Terlebih AS, sebagai bagian dari dunia Barat, pasti selalu meyakini bahwa Timur Tengah adalah pusat kebangkitan ideologi Islam. Yang oleh karenanya, potensi tegaknya Islam yang kedua di Timur Tengah, juga diyakini oleh Barat sebagai sesuatu yang niscaya. Atas landasan ini, tentu AS tidak akan pernah memberi ruang bebas bagi warga Palestina. Alih-alih jaminan kesejahteraan dan keamanan.

Ironisnya, kaum Muslim saat ini dalam kondisi tertidur. Padahal sesungguhnya kehormatan dan kemuliaan kaum Muslim terletak pada pengembalian fungsi Islam sebagai ideologi negara. Islam adalah pandangan hidup, bukan sekadar agama ritual. Saatnya umat sadar, bangun dari tidur pulasnya untuk memahami bahwa kita sedang tidak baik-baik saja dan bukan berada pada sistem yang disyariatkan Allah, sistem yang melindungi umat Islam.

Firman Allah Swt. dalam Surat an-Nuur ayat 55, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur [24]: 55) 

Semoga ini Ramadan terakhir tanpa kepemimpinan Islam. Islam kembali menjadi pelindung umat dan keamanan dan kekhusyukan ibadah akan dirasakan semua umat Islam sedunia.

Wallahu 'alam bishshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post