Arogansi Zionis Israel Serang Al-Aqsa di Bulan Ramadan

Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Ideologi Bela Islam AMK

Jumat terakhir Ramadan (7/5/2021), kembali berulang tragedi berdarah di Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya. Polisi Israel secara brutal dan biadab menembaki jamaah yang melaksanakan ibadah dengan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut. Menurut petugas medis sedikitnya 285 korban warga Palestina luka dan 17 petugas terluka dalam bentrokan di malam hari. Kepulan asap memenuhi masjid, suasana sangat mencekam dan genting. (Portal-Islam.id, 10/5/2021)

Sejatinya sejak awal Ramadan setiap malam di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, merupakan kawasan tempat keluarga Palestina yang rumahnya digusur, pemiliknya diusir, kemudian secara paksa ditempati oleh warga Israel laknatullah. Lebih dari itu, wanita-wanitanya dilecehkan, kerudungnya dibuka paksa, anak-anak kecil diperlakukan kasar dan disiksa. Mereka membabi buta, biadab. Masjid Al-Aqsa porak poranda, ambulan keluar masuk membawa korban berjatuhan. Zionis Israel berambisi menguasai Masjid Al-Aqsa. Sungguh memprihatinkan. Rakyat Palestina dibiarkan berjuang sendiri puluhan tahun untuk mempertahankan tanah suci ketiga milik kaum muslimin.

Seharusnya umat Islam seluruh dunia membuka mata lebar-lebar. Sungguh, urusan Palestina bukan masalah kemanusiaan seperti yang diframing kafir penjajah Amerika dan sekutunya. Melainkan, tragedi Palestina adalah urusan akidah dan urusan agama.

Palestina adalah tanah Kharajiah yakni zatnya milik seluruh kaum muslimin.Tanah yang berhasil dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab r.a. pada tahun 15 H (637 M) langsung mendapat kunci dari Safruniyus, yang dikenal dengan perjanjian 'Umariyah' merupakan usulan orang-orang Nasrani, di antaranya berbunyi, "Agar orang Yahudi tidak boleh tinggal di dalamnya."

Secara historis, Palestina ada di bawah kekuasaan Islam (khilafah). Namun, sejak tahun 1924 khilafah diruntuhkan oleh Mustafa Khemal Atatturk agen Yahudi Inggris. Khilafah yang semula merupakan negara kesatuan negeri muslim seluruh dunia, sejak itu dikerat-kerat oleh penjajah menjadi lima puluh lebih negara bangsa-bangsa. Berawal dari sinilah hancurnya persatuan negeri-negeri muslim. Selanjutnya kafir penjajah mencekoki dengan ide-ide kufur di antaranya sekularisme dan nasionalisme, agar mudah diadu domba dan menghadang khilafah tegak kembali.

Lebih dari itu, pada 1948, zionis Yahudi atas restu Inggris mendirikan negara Israel dengan menduduki 77 persen tanah Palestina dengan mengusir dua pertiga (2/3) rakyatnya.

Sudah 73 tahun Palestina terjajah, hidup bagaikan di neraka. Terhitung sejak 1967, zionis Israel telah menyerang Masjid Al-Aqsa lebih dari seratus kali, membunuhi rakyat Palestina ketika salat. Sungguh biadab.

Di mana Suara Negeri-Negeri Muslim dan PBB?

Sekat nasionalisme berhasil mengungkung umat Islam di negerinya, sehingga tidak peduli dengan penderitaan saudaranya. Lupa akan firman Allah: (QS. al-Hujurat [49]: 10), "Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara." 
Sayangnya bentuk kepeduliannya hanya sebatas mengutuk, mengecam, memberikan bantuan logistik, dan doa.

Tidak ada satu pun kepala negara negeri-negeri muslim yang mengerahkan kekuatan militernya. Ironis memang, seperti Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia, tetapi presidennya diam seribu basa. Bahkan asik promo Bipang (babi panggang), apa ini bentuk pengalihan isu? Adapun Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan kepada seluruh negara untuk menekan Negara Israel dengan dijatuhi sanksi internasional. Menyeru dan mendorong Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengambil langkah responsif dan konsolidasi secara efektif

Begitu pula Presiden Turki Racep Tayyip Erdogan, menyebut Israel sebagai 'negara teroris'. Erdogan meminta semua negara muslim dan komunitas internasional untuk mengambil tindakan 'efektif' dan mereka yang tetap diam adalah pihak yang melakukan kekejaman. (dikutip dari Reuters, 9/5/2021)

Berharap kepada PBB? Fakta sudah berbicara bahwa selama ini PBB diam jika tragedi mendera umat Islam. Hal ini wajar, karena PBB adalah bentukan penjajah AS yang berada di belakang zionis Israel. Inilah yang membuat Israel berani bertingkah, berbuat kurang ajar dan brutal.

Semua itu, karena ada hubungan akrab (konspirasi) antara zionisme Israel dan imperialisme Barat (AS), ini dapat dilihat dari pernyataan para presiden, Bill Clinton (14/8/2000) berkata, "Kami harus menjalin hubungan erat dengan Israel, sebagaimana telah terjalin 52 tahun lampau." Kemudian politik luar negerinya diteruskan oleh presiden berikutnya yakni George W. Bush, Barack Obama, yang intinya sama yakni menjalin hubungan erat dengan Israel. Bahkan, Donald Trump memberikan dukungan yang sangat kuat, dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Jadi sangat jelas, tidak mungkin masalah Palestina dibawa ke ranah perundingan yang diprakarsai oleh AS dan PBB. Tentu mereka berpihak pada zionis Israel. 
Jangan tertipu lagi, itu bentuk akal-akalan mereka. 
Ujungnya, bisa jadi Masjid Al-Aqsa dibagi dua. Apabila hal ini terjadi, sungguh predikat 'umat terbaik', tak layak disandang lagi.

Fenomena yang memprihatinkan, justru negeri muslim seperti Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania, dan Turki malah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Ini merupakan bentuk pengkhianatan.

Padahal sebelum khilafah runtuh, pada tahun 1901 M, pemuka Yahudi Doktor Hertz memanfaatkan krisis keuangan Khilafah Utsmani. Yakni dengan menawarkan bantuan keuangan kepada khalifah Abdul Hamid II, sebagai kompensasi penempatan orang-orang Yahudi.  Namun, dengan tegas ditolak.

Dengan lantang dan penuh wibawa menyampaikan pernyataan kepada Hertz melalui perdana menterinya.

"Sesungguhnya aku tidak akan melepaskan bumi Palestina meskipun hanya sejengkal. Tanah Palestina bukanlah milikku, tetapi milik kaum muslim. Rakyatku telah berjihad untuk menyelamatkan bumi ini dan mengalirkan darah demi tanah ini. Hendaknya kaum Yahudi menyimpan saja jutaan uangnya. Jika suatu hari nanti khilafah terkoyak-koyak maka saat itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang sedikitpun. Selagi aku masih hidup, maka goresan pisau di tubuhku terasa lebih ringan bagi diriku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi."

Itulah bukti penegasan bahwa Palestina (Syam) adalah milik kaum muslim. Karena beberapa keistimewaan dan kemuliaan di antaranya:

1. Baitul Maqdis merupakan kiblat pertama bagi Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin (QS. al-Baqarah [2]: 144).

2. Masjid Al-Aqsa merupakan masjid suci ketiga. Rasulullah bersabda, "Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah), dan Masjid Al-Aqsa." ( HR. Bukhari dan Muslim)

3. Tempat persinggahan Nabi saw. saat Isra Mikraj. (QS. al-Isra [17]: 1)

Oleh sebab itu, tragedi Palestina adalah merupakan tragedi umat muslim. Jadi, hukumnya wajib menghentikan kebiadaban zionis Israel dengan jihad fii sabilillah.
Sebagaimana firman Allah Swt.:

"Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (QS. an-Nisa [4]: 75)

Presiden Turki Erdogan dan Pemimpin Hamas Ismail Haniyah, menyerukan agar umat Islam memperkuat posisi politik, bersama-sama menghadapi zionis Israel. Ismail Haniyah mempunyai keyakinan bahwa negara-negara Arab dan dunia Islam akan bersatu. Hal ini, mulai membuahkan hasil karena Presiden Erdogan dan Presiden Yordania menyatakan siap perang melawan Israel. Telah dibuktikan tentara Turki sudah tiba di Palestina.

Begitu juga kaum muslimin di berbagai penjuru dunia terus bersatu dan berjuang untuk membebaskan Baitul Maqdis yang diberkahi. Pekikan khilafah membahana dalam Masjid Al-Aqsa. Menggetarkan jiwa-jiwa kaum muslimin yang merindukan khilafah tegak kembali. Hal ini, tentunya tidak bisa dilepaskan dari khilafah yang merupakan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw. Inilah yang mendorong umat Islam gigih berjuang menegakkan kembali khilafah. Hanya khilafah yang bisa mengubur arogansi AS dan kebiadaban zionis Israel. Allahu Akbar.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post