Sekolah Tatap Muka Masih Berisiko Tinggi?
Oleh : Durrotul Hikmah (Aktivis Dakwah Remaja)
Wacana sekolah tatap muka kini kembali mencuat, pasalnya Publik merasakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak berdampak baik bagi siswa dan orang tua.
Ini pun tak dipungkiri banyak siswa depresi hingga bunuh diri karena tugas yang menumpuk. Tak sedikit pula yang memilih putus sekolah, belum lagi masalah jaringan internet bermasalah dan kuota belajar yang tidak dimiliki. Orang tua juga ikut stres sebab beban mendampingi pembelajaran daring.
Akhirnya, publik pun mendesak pemerintah untuk membuka sekolah tatap muka. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai bulan April dan Juni 2021 bukanlah momentum tepat untuk melakukan uji coba terbatas sekolah tatap muka.
KPAI mengatakan seharusnya bulan-bulan tersebut digunakan untuk mempersiapkan infrastruktur dan protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Menurut dia, penyiapan infrastruktur dan protokol kesehatan Covid-19 tak bisa berjalan secara paralel dengan pembukaan sekolah tatap muka.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, 96 sekolah akan mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka pada 7/4/2021. Puluhan sekolah tersebut terdiri dari SD hingga SMA yang tersebar di wilayah ibu kota. (liputan6.com, 3/4/2021).
Sementara itu, hasil pengawasan KPAI pada Juni—November 2020 menunjukkan hanya 16,3 persen sekolah yang sudah siap PTM dari 49 sekolah di 21 kabupaten/kota pada 8 provinsi. Sekolah yang mengisi daftar periksa PTM Kemdikbud hanya 50 persen sekolah dan hanya sekitar 10 persen yang sangat siap PTM. (nasional.kontan.co.id, 4/4/2021).
Keputusan untuk membuka sekolah tatap muka tidaklah mudah, apalagi dimasa pandemi sekarang ini. Disatu sisi, ada resiko penularan disekolah, namun sistem pendidikan sekuler kapitalis yang hanya beriorentasi pada materi semata, yang membuat pembelajaran dari rumah beresiko. Seperti penurunan kualitas pendidikan jika terus saja dilanjutkan.
Terlebih lagi saat ini kapitalisme menjadi corak kepemimpinan, yang hanya akan membuat penguasa malah mencukupkan diri untuk sekedar ketuk palu, buka atau tutup sekolah tatap muka, dan setelahnya lepas tangan dengan keputusan PTM kepada pemerintah daerah, kantor wilayah, dan orangtua melalui komisi sekolah.
Namun nyatanya yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan Infrastruktur dan fasilitas sehingga sekolah untuk melaksanakan KBM dimasa pandemi dengan aman dan berkualitas.
Semua hal ini tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah sebagai penjamin terselenggaranya pendidikan bagi masyarakat. Perlu adanya koordinasi yang baik dan terarah dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah. Tidak menyerahkan tanggung jawab secara mutlak pada pemerintahan daerah saja.
Begitulah, publik masih meragukan kesungguhan pemerintah dalam menyiapkan sekolah di tengah pandemi. Sebab, PJJ saja masih menyisakan berbagai masalah yang tak kunjung bisa diselesaikan dengan baik.
Khalifah sebagai pemimpin tertinggi akan menyandarkan setiap kebijakannya pada perintah Allah dan Rasul-Nya. Tidak hanya mengandalkan kecerdasan dan kemampuan manusiawi, apalagi fokus karena desakan masyarakat.
Setiap kebijakannya menjamin keselamatan manusia di atas pertimbangan kemudahan. Khilafah akan tampil terdepan dalam setiap keadaan. Dalam diri Khalifah tidak ada keraguan untuk mengambil kebijakan berdasarkan syariat, bukan hasil uji coba kecerdasan akal semata.
Setiap kebijakan pemimpin dalam Khilafah dipastikan akan penuh pertimbangan matang, bahkan menggratiskan seluruh fasilitas pendidikan. Uang yang diperuntukkan bagi pendidikan, sepeser pun tidak dikorupsi pejabat Khilafah. Segala kebutuhan masyarakat akan terpenuhi dan keselamatannya akan terjamin.
Inilah kebijakan yang membantu masyarakat memperoleh pendidikan. Biaya pendidikan tak menjadi beban, keselamatan juga diperhatikan, generasi Islam terjamin masa depannya.
Wajarlah Islam menjadi peradaban yang gemilang hingga terdepan di segala bidang. Kembalilah pada Islam, kembali pada syariat dengan tegaknya Khilafah menjadi solusi dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Allah SWT berfirman :
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat". (Q.S Al Baqarah : 17).
Wallahu alam bis showab[]
Post a Comment