Mewujudkan Generasi Muda Melek Politik



Oleh Umniyatul Ummah
(Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah)

Berbicara soal perpolitikan di negeri ini memang tiada habisnya. Semakin menggali lebih dalam semakin membuat hati ini geregetan. Mungkin saja karena partai politik atau para politisi yang ada seringkali memberikan janji semu usai mereka sukses menuju kursi kekuasaan.

Tidak hanya itu, aroma politik yang kerap diwarnai kecurangan dan ketidakadilan membuat sebagian orang menjadi kurang percaya dan enggan melibatkan dirinya untuk terjun ke panggung politik. Sebagian dari mereka juga ada yang menganggap politik di Indonesia tidak berpihak dan mewakili aspirasi rakyat.

Salah satunya datang dari kalangan anak muda. Sebagaimana hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan sebanyak 64,7 persen anak muda yang menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Lalu sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mewakili aspirasi rakyat. ( Merdeka.com, Minggu 21 Maret 2021)

Masih dari laman yang sama disebutkan hasil survei juga menunjukkan hanya 3 persen anak muda yang sangat percaya pada partai politik. Sebanyak 7 persen sama sekali tidak percaya. Sebanyak 54 persen anak muda masih percaya pada partai politik. Tingkat kepercayaan anak muda lebih besar kepada TNI. Sebanyak 77 persen anak muda cukup percaya dengan TNI dan 12 persen sangat percaya pada TNI.

Dari hasil survei tersebut dapat kita lihat betapa anak muda masih galau dan gamang antara melihat perlunya perubahan politik dan ketidak fahaman terhadap sistem politik alternatif yaitu Islam. Meski demikian mereka masih berharap pada penyempurnaan praktek demokrasi sebagai solusi atas segala permasalahan negeri ini.

Sampai saat ini bagi sebagian kalangan masih menganggap sistem demokrasi adalah sistem terbaik yang bisa diharapkan mampu merubah kondisi negeri. Namun realitas demokrasi justru menuai banyak permasalahan dan tidak mampu memberikan solusi yang cepat dan tepat. Slogan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat nyatanya hanya isapan jempol belaka.

Dalam politik demokrasi praktek persaingan menjadi sebuah keniscayaan. Halal haram juga tidak dijadikan sebagai standar dalam perbuatan. Politik demokrasi hanya didefinisikan sebagai cara untuk meraih kekuasaan yang menjadi puncak kebanggaan sekaligus cara untuk meraih materi keduniawian. Segala cara dilakukan demi memenangkan sebuah persaingan. Platform perjuangan seketika berubah menjadi kepentingan. Tidak ada kawan dan lawan yang abad, yang ada hanyalah kepentingan abadi.

Maka dari itu wajar jika muncul para penguasa yang tak sungguh-sungguh memperdulikan rakyatnya. Kepentingan diri dan kelompoknya menjadi hal yang diutamakan. Kebijakan publik pun cenderung mengikuti kehendak dirinya atau partai pengusung yang telah mensponsorinya hingga berhasil duduk di kursi kekuasaan. Sementara kepentingan rakyat masih terpinggirkan. Parpol dan elit politik tak jarang menyakiti hati umat dengan berbagai janjinya saat kampanye, yang pada faktanya jauh dari kenyataan dan harapan. Oleh karena itu tidak sedikit yang menganggap politik itu kotor dan harus dihindarkan.

Itulah potret buram politik demokrasi yang lahir dari sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Agama dipandang hanya sebatas urusan ibadah ritual semata. Sementara pengaturan urusan kehidupan tidak diatur oleh agama. Maka dari itu, generasi muda sebagai garda terdepan sebuah negara wajib melek politik agar mendapat gambaran dan harapan perubahan yang hakiki.

Islam memandang bahwa politik itu adalah riayah su-unil ummah (pemeliharaan dan pengurusan urusan umat) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mulai dari akidah, ibadah, akhlak, muamalah, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Semua itu dijalankan sesuai dengan ketentuan Islam, diatur menurut Al-Qur'an dan sunah serta Ijma' sahabat dan Qiyas. Segala permasalahan umat dipecahkan sesuai pandangan Islam.

Sejarah pernah mencatat para pemuda yang berhasil dan menjadi kebanggaan umat. Di antaranya ada Mush'ab bin Umair yang menjadi utusan Rasulullah untuk mengajarkan Islam di Madinah dan ia mampu membangkitkan masyarakat Madinah dengan kecerdasannya. Muhammad Al Fatih juga tidak kalah hebatnya. Di usianya yang masih sangatlah muda ia berhasil menaklukkan Konstantinopel yang sangat kokoh.

Semua itu karena mereka ditempa dengan ilmu keislaman yang mumpuni dan dinaungi oleh institusi yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Oleh sebab itu sudah saatnya generasi muda saat ini harus paham politik Islam agar dapat menghadapi tantangan kekinian yang bisa membelokan mereka dari perubahan hakiki. Disamping harus memperjuangkan sistem Islam, dan melakukan amar ma'ruf nahi munkar agar kehidupan Islam dapat terwujud dan keberkahan akan dapat diraih.

Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya:

"Dan hendaknya ada diantara kalian segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan (Islam) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (TQS Ali Imran [3]104)

Wallahu a'lam bi ash-shawab.









Post a Comment

Previous Post Next Post