Meningkatkan Takwa di Bulan Mulia


Goresan Pena: Irmaya, S.Pd.I

 

Tak terasa tamu yang agung kini telah datang. Tamu yang sangat istimewa, bulan Ramadhan. Pada bulan ini, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Bulan ramadhan, bulan umat muslim menjalankan ibadah puasa.  Mereka menahan lapar dan dahaga.Tak hanya itu, umat muslim pun menahan hawa nafsunya. Keimanan seorang muslim dalam kondisi tinggi-tingginya. Sebab, pada  bulan yang penuh berkah ini, umat muslim sedunia akan berlomba - lomba dalam beribadah untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Umat muslim memperbanyak ibadah, melakukan yang wajib, menambah yang sunah, dan menghindari yang makruh, mubah, serta haram. Sebab, semua pasti menginginkan ridho Allah SWT. Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.  Umat muslim semua dengan gembira menyambutnya. Dengan begitu kita tidak termasuk yang disabdakan Rasulullah saw., “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ahmad).

Begitulah keutamaan dalam bulan Ramadhan, umat muslim juga berlomba untuk meraihnya dan diupayakan dengan sungguh-sungguh. Keberhsilan meraih keutamaan Ramadhan diantaranya seperti, keberhasilan meraih ampunan Allah SWT . Rasulullah saw bersabda: 

“ Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadhan  berlalu dari dirinya sebelum dosa-dosanya diampuni (HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim).

Ampunan Allah SWT pada bulan Ramadhan bisa diraih dengan menunaikan puasa sebaik baiknya, mengetahui batasan –batasannya dan menjaga diri dari apa saa yang harus dijaga. Rasulullah saw pernag bersabda : “Siapa saja yang berpuasa Ramaadhan, mengetahui ketentuan-ketentuannya dan menjaga apa saja yang harus dijaga selama Ramadhan, akan dihapus dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Ahmad).

Begitu juga dengan kebaikan pada malam Lailatul Qadar. Rasul saw. bersabda: “ sungguh bulan (ramadhan) ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang tidak mendapatkan (kebaikan) –nya maka dia tidak mendapat kebaikan seluruhnya. Tidak ada yang terhalang dari kebaikan Lailatul Qafdar  kecuali orang yang bernasib buruk.” (HR Ibnu Maah).

 Dengan menghidupkan malam Lailatul Qadar, sholat malam di dalamnya akan diraih keutamaan sekaligus ampunan Allah SWT di dalamnya. Rasulullah bersabda:

“ Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena iman dan semata-mata mengharap Ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Siapa saja yang mengidupkan Lailatul Qadar karena iman dan semata-mata mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.Muslim,Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad).

Keutamaan Ramadhan itu bisa diraih, harus dengan upaya untuk meninggalkan apapun yang telah dilarang atau yang sia-sia, terutama meninggalkan apa saja yang membatalkan puasa dan hal-hal yang dapat menghilangkan pahala puasa. Rasulullah saw. bersabda:

“ Puasa itu perisai. Karena itu janganlah seorang berkata keji dan jahil.Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah, “sunguh akau sedang berpuasa, “sebanyak dua kali. Demi waku yang dalam genggaman-Nya, bau mulut orang yang sedang berpuasa lebih baik disisi Allah ketimbang wangi kesturi; ia meninggalkan makanannya, minumannya dan syahwatnya demi diri-Ku.Puasa itu milik-Ku. Akulah yang membalasnya. Kebaikan (selama bulan puasa) dilipatgandakan sepuluh kali dari yang semisalnya.” (HR Bukhori).

Umat muslim juga seharusnya menyadari dan melaksanakan dalam meraih keutamaan secara maksimal. Seperti, tadarus Al-Qur’an, memperbanyak sholat sunnah, membayar zakat dan meningkatkan sedekah, amar makruf nahi munkar, qiamul lail serta kebaikan yang lainnya.  Selalu taat menjalankan perintahnya dan meninggalkan segala yang di larang. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah SWT berfirman:  Tidaklah hamba-Ku bertaqarub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih utmaa daripada apa yang Aku fardhukan atas dirinya. Hamba-Ku terus bertaqarub kepada-Ku dengan amal-amal nawafil hingga Aku mencintai dirinya (HR al-Bukhari, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi). Oleh karena itu, amalan fardhu tentu lebih diutamakan.

Selain daripada itu, umat muslim juga harus mewujudkan ketakwaan, sebagaimana Firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa (TQS al Baqarah [2]:183).  Takwa yang sebenar benar taqwa. (memiliki rasa takut kepada Zat yang Maha Agung,mengamalkan Al-qur’an ).

Rasa takut kepada Allah SWT haruslah membuat orang meyakini seyakin-yakinnya bahwa kita harus berbuat , menjalani hidup dan mengatur kehidupan sesuai dengan aturan dan hukum yang diRidhoi-Nya; menjauhi aturan dan hukum manapun yang datang dari selain-Nya. Rasa takut kepada Allah juga haruslah membuat orang mengamalkan seluruh isi Al-qur’an atau menerapkan semua isi Al Qur`an. Maknanya, selalu terikat dengan syariat Islam dan menjadikan syariat Islam sebagai standar ucapan dan perbuatan dalam kehidupan. Dengan kata lain, melaksanakan dan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh . Takwa tentu harus diwujudkan tidak hanya dalam ranah individu belaka, tetapi juga dalam ranah masyarakat dan Negara. Inilah yang disebut dengan “ketaqwaan kolektif”. Penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh) hanya bisa diwujudkan melalui kekuasaan yang menerapkan sistem Islam yang berasal dari Allah SWT.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah SWT. Bermunajat penuh harap kepada-Nya. Semoga Allah mengabulkan do’a-do’a kita. Allahumma aamiin

Wallahu’alam Bi Ashowab

Post a Comment

Previous Post Next Post