SWF Tarik Investor Asing, Buah dari Sistem Kapitalisme
Oleh : Siti Hajar (Aktivis Dakwah Kampus)
SWF (Sovereign Wealth Fund) Indonesia yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA) telah resmi dibentuk, secara sederhana SWF ini adalah kolam dana pemerintah yang digunakan untuk berbagai kepentingan negara, yang sumber dananya bermacam-macam tergantung karateristik negara yang bersangkutan.
Indonesia sendiri sumber dananya berasal dari para investor, oleh karena itu Indonesia berusaha keras agar banyak investor luar negeri tertarik menginvesatsikan dananya ke Indonesia, berbeda dengan negara lain seperti Norwegia dan Singapura yang sumber dananya berasal dari pendapatan negara sendiri.
“Memang visi dan misi SWF itu luar biasa luasnya dan yang pertama yang ingin saya tekankan adalah kami ingin menciptakan sebuah iklim investasi sehingga para investor bisa masuk ke Indonesia dengan lebih nyaman dan lebih yakin,” kata Ridha Wirakusumah CEO Indonesia Investment Authority. (Bisnis.com, 16/02/21).
Banyakanya investor yang masuk ke Indonesia bukanlah pertanda baik, meski dikatakan bahwa dengan banyaknya investor yang tertartik akan lebih memudahkan dan mempercepat pembangunan dalam negeri. Namun secara tidak langsung hal itu menunjukkan bahwa negara sudah tidak lagi bisa membiayai dirinya sendiri.
Banyaknya investor asing yang masuk sangat berisiko bagi kedaulatan negara, pasalnya investor pasti akan menuntut banyak hal atas uang yang sudah diinvestasikannya. Misalnya saja meminta agar bahan bangunan infrastruktur dibeli dari produk negaranya, dengan itu produk pendapatan dalam negeri sendiri akan semakin rendah.
Mengutip dari CNBC Indonesia, Ekonom senior Faisal Basri menyebutkan "Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dibentuk Indonesia berbeda dengan SWF umum global, seperti Singapura dimana sumber dana SWF diambil dari pendapatan negara yang digunakan untuk investasi menggerakkan ekonomi sementara SWF Indonesia mengajak investor asing, sehingga risikonya sangat besar. (12/10/20).
Sebenarnya sistem kapitalisme sampai kapan pun tidak akan pernah benar-benar mampu memberikan kebaikan untuk rakyat dan negaranya, kapitalisms yang memberikan kewenangan individu dan kelompok untuk bisa memiliki harta milik umum seperti tanah, air dan Sumber Daya Alam lainnya membuat negara kehilangan sumber pemasukannya.
Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan terbukti telah gagal dalam membangun negara, banyaknya Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia tidak mampu mensejahterakannya karena keuntungannya yang sudah diraup habis oleh kelompok dan invidu tertentu yang diberi kewenangan untuk mengeruk habis seluruh SDA yang ada.
Maka ditengah rendahnya pendapatan negara, membuat dana gelontoran asing menjadi solusi untuk menopang perekonimian negara agar tidak tumbang. Dana asing seolah sudah sangat disukai dan dianggap mampu mengembangkan ekonomi negara, meski nyatanya hingga kini tidak ada perubahan yang berarti.
Tentang kolam dana pemerintah atau SWF, Islam sebenarnya sudah dangat lama memiliki dan menggunakan sistem serupa yang jauh lebih bagus dan terbukti mampu membuat negara Islam kuat berjaya menaungi seluruh rakyatnya, sistem itu adalah baitul mal.
Bait al-maal barasal dan bahasa arab bait yang berarti “rumah”, dan Al-Mal yang berarti “harta”. Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul mal juga diartikan secara fisik sebagai tempat untuk penyimpanan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan Negara.
Islam melarang harta milik umum seperti tanah, air, padang rumput dan sejenisnya dimiliki dan dikelola oleh individu atau kelompok tertentu, karena semua itu adalah milik rakyat bersama dan negara lah yang harus bertanggungjawab untuk mengelolanya dengan baik.
Hasil dari pengelolaan sumber daya alam dimasukkan kedalam baitul mal yang kemudian digunakan untuk berbagai kepentingan rakyat dan negara, dengan itu negara Islam tidak akan memerlukan suntikan dana dari negara lain yang membuat ekonominya terbebas dari segala pengaruh luar.
"Serupa dengan barang tersebut, yaitu barang yang zhahir seperti minyak, asphalt, sulfur, batubara, atau batu yang zhahir yang tidak dimiliki seseorang. Barang-barang itu seperti air dan padang gembalaan; manusia memiliki hak yang sama atasnya" (Imam Syafi'i).
Maka, sangat penting bagi kita untuk kembali berjuang menegakkan negara Islam yakni Khilafah Islamiyyah agar ummat Islam bisa kembali bersatu dalam satu negara dan syariat Islam bisa diterapkan seluruhnya dan seluruh alam dapat merasakan manfaat kebaikannya.
Wallahu ‘alam bishowab. [].
Post a Comment