Pengadian Sang Inspirator, di Sungai Batang, Tanjung Raya.

Idris, Sang Inspirator, Pengabdian tiada batas meski di usia senja.



Agam, Nusantaranews,- Berawal dari 40 tahun, silam hingga kini meski di usia senja Idrus 73 warga Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, masih mengabdikan diri sebagai Pahlawan Tanpa Jasa (Guru Mengaji-red)  di Daerahnya.

Saat di temui awak media Nusantaranews, Minggu (14/3) di Kediyamqnnya, sang inspirator ini terlihat bugar dan bersemangat di usia senjanya ini, penuh keramahan yang mengindpirasi.

Sisi lain, selain seorang Guru Ngaji, Idris adalah seorang Inspirator, yang mana meski di usia senja nya kakek 8 cucu ini masih mengabdikan diri sebagai Guru Ngaji, dan eksis di salah satu  Madrasah Tsanawiyah yang ada di Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.

 MTs Muhammadiyah Sungai Batang adalah Sekolah Swasta berbasis agama yang didirikan tahun 1975 sebelum menjadi Tsanawiyah, Perguruan ini bernama Ihya Ulumudin, yang mana Perguruan berbasis islami ini didirikan pada tahun 1908, silam.

Pada Nusantaranews, Rudi Yudistira, seorang tokoh pemuda setempat, Minggu (14/3) mengatakan, di gedung inilah Tokoh tokoh Reformis Islam Indonesia dengan Organisasinya Muhammadiyah, yang didirikan Yogjakarta, pada tahun 1912 mengadakan pertemuan pertama. 

Notabene mereka antara lain H. Abdul Karim Amrullah (Inyiak DR), Yusuf Amrullah, AR.St.Mansur, yang terakhir adalah Ipar Imam Besar, "Buya Hamka", di
Sekolah itulah Idris menjadi Guru, terangnya.

Lanjut, dia mulai jadi Guru ngaji di Sungai Batang, ini tahun 1983, yang lalu, menurutnya Idris  Datang ke Sungai Batang, ini atas permintaan para tokoh masyarakat setempat berhubung pada waktu itu zaman "Bagolak" Guru mengaji sangat langka , ungkap tokoh muda ini.

Idrus ke Sungai Batang, ini tidak sendirian, melainkan berdua dengan temannya Dasri, yang notabene juga guru mengaji,

Pada Nusantaranews, Idrus, juga menerangkan, "Saya kesini diminta untuk jadi guru mengaji, bersama isteri kami merantau , dan sekarang kami menjadi warga Sungai Batang, termasuk Pak Dasri” terang sang inspirator ini.

Sejak menjadi guru, “Alhamdulillah mantan murid saya sangat banyak, dan banyak pula yang sudah jadi orang” hubungan saya dengan mereka (Para Mantan Murid-red) sampai saat ini masih terjalin dengan baik, artinya, Idris sukai orang orang sekelilingnya.

Kunci keberhasilan sebagai guru kata Idris adalah dengan memperlihatkan rasa empati kepada murid, “Caranya kita tidak mengukur kemampuan murid dengan kemampuan kita, bahkan sesama mereka kita tidak boleh membandingkan kemampuan mading masing mereka” ujar Idris.

Prinsip lain yang dipegang oleh Idris, adalah tidak menjastis, murid yang lemah daya tangkapnya dengan sebutan "Bodoh", intinya  tidak boleh ada kita anggap anak itu "Bodoh ” katanya lagi.

Terkait sikap empati yang dimiliki Idris, diakui Kepala Tsanawiyah Muhammadiyah, Ramdhani, yang mana juga mantan murid Idris, “Memang beliau sangat baik, tidak pernah marah, sikap peduli dan rasa memiliki dengan penuh kasih sayang yang beliau pada kami lah sampai kami bisa menguasai apa yang beliau ajarkan, seperti Alquran dan Hadist disuruh menghafal” ungkap Kepala Madrasah ini mengakhiri. (Bagindo)

Post a Comment

Previous Post Next Post