Corona Belum Usai, Varian Baru Virus Corona Mengintai


Oleh: Rengga Lutfiyanti
Mahasiswi dan Pegiat Literasi

Setahun sudah, virus Corona  mewabah di Indonesia. Tepatnya pada 2 Maret 2020, Indonesia pertama kalinya mengkonfirmasi ada 2 orang yang terjangkit Covid-19. Hingga saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Melansir data Satgas Covid-19, hingga Sabtu (13/3) ada tambahan 4.607 kasus baru yang terinfeksi Corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 1.414.741 kasus positif Corona. (kontan.co.id, 13/3/2021)

Belum juga kasus Covid-19 usai, kini muncul lagi varian baru virus Corona. Varian baru yang paling mengkhawatirkan bagi peneliti AS adalah varian B.1.1.7 yang pertama kali dikonfirmasi di Inggris. Virus Corona varian baru atau biasa disebut Corona B117 ini sudah memasuki enam wilayah di Indonesia. Total kasus yang sudah ditemukan dan dilaporkan di GSAID atau lembaga nirlaba pengumpul data genome virus influenza dan Corona di dunia, dua kasus berasal dari Karawang, satu kasus dari Sumatera Utara, satu kasus dari Sumatera Selatan, satu kasus dari Kalimantan Timur dan satu kasus di Kalimantan Selatan. (ayojakarta.com, 12/3/2021)

Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menyebut ancaman virus Corona B117 ini cukup serius. Menurut Dicky, virus Corona B117 lebih cepat menular ketimbang Covid-19 yang sudah lama menyebar di Indonesia. Tingkat kematiannya pun cukup tinggi. (news.detik.com, 4/3/2021)

Munculnya varian baru virus Corona tersebut, tentu membuat masyarakat resah. Meskipun jumlah kasus harian menurun, tetapi dengan masuk dan menyebarnya varian baru Corona di Indonesia bisa menjadi pemicu naiknya kasus harian pasien terinfeksi virus Corona. Fasilitas kesehatan pun menjadi lumpuh. Rumah sakit akan kelabakan menangani pasien. 

Jika keadaannya terus seperti ini, maka harapan masyarakat bahwa Corona akan segera berakhir menjadi pupus. Hal ini wajar, karena sejak awal penanganan pandemi, solusi yang diterapkan di masyarakat jauh panggang dari api alias tidak tepat sasaran. Misalnya saja tidak segera menerapakan karantina wilayah atau lockdown lokal di wilayah pertama terdeteksi pasien Covid-19. Pariwisata masih dibuka lebar, bahkan orang asing masih bebas keluar masuk. Penerapan new normal tanpa melakukan tracing dan testing secara masif dan gratis. Hingga impor tenaga asing masih dilakukan di masa pandemi. 

Semua ini memperlihatkan bahwa perlindungan terhadap keselamatan masyarakat seolah dinomorduakan. Sementara kepentingan yang bersifat materi atas nama menyelamatkan ekonomi yang sedang resesi lebih diutamakan. Inilah wujud sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang secara sadar diterapkan di tengah masyarakat dan menjadikan keuntungan materi di atas segalanya. 

Oleh karena itu, selama sistem kapitalisme masih dijadikan pijakan dalam dalam beraktifitas dan membuat kebijakan, maka semua permasalahan masyarakat termasuk masalah pandemi tidak akan terselesaikan dengan tuntas. Justru, akan menimbulkan permasalahan baru. 

Hanya Islam yang terbukti mampu mengatasi persoalan pandemi. Islam menggambarkan negara (pemimpin) sebagai penggembala dan rakyat sebagai yang digembalakan. Seorang penggembala tentu punya tanggung jawab atas gembalaannya. Mulai dari memberi makan, menjaga kesehatan, menyediakan tempat tinggal, mengobati jika sakit, dan melindunginya dari pemangsa. 

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka." (HR. Abu Dawud)

Para pemimpin seyogyanya menjadi perisai bagi rakyatnya. Rakyat yang terjamin kebutuhan hidupnya, terjaga kesehatannya, tersedia tempat tinggalnya, terlindungi dari musuh yang nyata maupun tidak akan merasa tenang dan nyaman. Mereka tidak akan mudah stres. Sehingga rakyat akan mempercayai dan mencintai pemimpinnya. 

Perlindungan pada musuh, dapat diartikan juga melindungi rakyat dari serangan penyakit. Maka, pemimpin yang menjamin keselamatan dan kesehatan rakyat akan melakukan berbagai cara untuk melindunginya. Misalnya, melakukan lockdown lokal sejak awal kemunculan virus. Hal ini bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran virus. Kemudian, melarang WNA masuk ke dalam negeri dengan alasan apapun, menjamin seluruh kebutuhan hidup rakytat, serta melakukan tes massal secara gratis. 

Contoh kebijakan ini pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Pada masa Umar bin Khattab, saat di negeri Syam terjadi wabah, khalifah Umar melarang orang masuk ke sana. Sekaligus melarang orang Syam keluar dari wilayahnya. Kebijakan ini dilakukan berdasarkan hadis Rasulullah saw. 

Rasulullah saw. bersabda, "Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Begitulah solusi yang diberikan oleh Islam dalam mengatasi wabah. Islam sangat memperhatikan keselamatan rakyatnya. Karena dalam Islam, nyawa seorang muslim lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Maka, apapun akan dilakukan untuk menjamin keselamatannya. Tanpa memandang masalah ekonomi ataupun kepentingan lainnya. Hanya Islam yang mampu memberikan perlindungan terbaik kepada rakyatnya.

Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post