Cahaya Kegemilangan dalam Peradaban Langit


Oleh: Erni Yuwana (Aktivis Muslimah)

Peradaban langit pernah terhampar di muka bumi. Peradaban agung yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW dan dilanjutkan oleh para khalifah bertahan selama empat belas abad. Hal ini  membuktikan bahwa peradaban istimewa dan sempurna pernah berjalan. Peradaban tersebut bernama peradaban Islam.

Tinta emas peradaban Islam pernah mencatat kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan masyarakat. Peradaban Islam tersebut tercipta tatkala  Islam menjadi pedoman dalam segala lini kehidupan rakyat dengan kesempurnaan aturan yang ada di dalamnya dan tegak dalam satu institusi politik bernama Khilafah Islamiyyah.

Rekam jejak peradaban Islam pun diakui oleh sejarawan non-muslim. Will Durant mengatakan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka”

Mary McAleese, Presiden ke-8 Irlandia yang juga merupakan anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke North Commission on Contentious Parades pada 1996,  berkata:
“Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini. Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola kita.”

Jacques C. Reister mengatakan, “Selama lima ratus Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.”

Montgomery Watt mengungkapkan, “Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” Hal yang sama pernah dikatakan oleh Barack Obama. Dia mengatakan. “Peradaban (barat) berhutang besar pada Islam.”

Lavis dan Rambou mengatakan bahwa di Eropa pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M seperti di Inggris Anglo-Saxon merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Pada masa itu Eropa masih menggunakan sistem pertanian terbelakang. Mereka juga tidak mengenal kebersihan. Aktivitas mandi dianggap yang berbahaya. Kotoran dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk dan mengundang wabah penyakit yang mematikan.

Pada masa itu, kondisi Eropa bertolak belakang dengan peradaban Islam. Pada masa Bani Umayyah, ibu kota Cordoba dikelilingi oleh taman-taman hijau. Pada malam harinya jalanan diterangi dengan lampu-lampu sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Kondisi jalan menggunakan batu ubin dan bersih.

Di Cordoba, tempat mandi umum berjumlah 900 buah dan masjid ada 600 buah serta luas kota Cordoba adalah 30.000 hasta. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah menjulang berdiri di atas batang-batang kayu terukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai marner.

Di Granada terdapat bangunan di dalam Istana Al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban dari masa ke masa. Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur mengelilingi kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia.

Jika beralih ke Baghdad akan dijumpai bahwa terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah. Bukti majunya peradaban Islam dalam hal bangunan tentu tidak terbatas dalam tempat tersebut.

Dalam bidang pendidikan, khilafah Islam sangat memperhatikan kecerdasan rakyatnya. Pendidikan gratis dengan fasilitas mumpuni. Selain 80 sekolah umum Cordoba yang didirikan Khalifah Al-Hakam II pada 965 M, masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap hari ransum makanan yang cukup serta satu stel baju untuk musim dingin dan satu stel baju untuk musim panas.

Bahkan untuk orang-orang badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.

Seribu tahun yang lalu, universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya.

Dalam bidang kesehatan, pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan, yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, yang di perkotaan padat penduduk akan menciptakan kota yang kumuh. Kebersihan kota menjadi salah satu modal sehat selain kesadaran sehat karena pendidikan.

Tenaga kesehatan secara teratur diuji kompetensinya. Dokter Kekhalifahan menguji setiap tabib agar mereka hanya mengobati sesuai dengan pendidikan atau keahliannya. Mereka juga harus diperankan sebagai konsultan kesehatan.

Negara membangun rumah sakit di hampir semua kota di seantero Khilafah Islam. Bahkan pada tahun 800 M di Bagdad sudah dibangun rumah sakit jiwa yang pertama di dunia. Sebelumnya pasien jiwa hanya diisolasi dan paling jauh dicoba diterapi dengan ruqyah. Rumah-rumah sakit ini bahkan menjadi favorit para pelancong asing yang ingin mencicipi sedikit kemewahan tanpa biaya, karena seluruh rumah sakit di dalam Khilafah Islam ini bebas biaya.

Dalam bidang pertanian, dikenal dengan ‘revolusi pertanian Muslim’ yang menyinergikan semua teknologi baik cuaca, peralatan untuk mempersiapkan lahan, teknologi irigasi, pemupukan, pengendalian hama, teknologi pengolahan pasca panen hingga manajemen perusahaan pertanian.

Dengan adanya revolusi ini menaikkan panen hingga 100% pada tanah yang sama. Kaum Muslim mengembangkan pendekatan ilmiah yang berbasis tiga unsur: sistem rotasi tanaman; irigasi yang canggih; serta kajian jenis-jenis tanaman yang cocok dengan tipe tanah, musim dan jumlah air yang tersedia. Inilah cikal-bakal “precission agriculture“. Revolusi ini ditunjang juga dengan berbagai hukum pertanahan Islam sehingga orang yang memproduktifkan tanah mendapat insentif. Tanah tidak lagi dimonopoli kaum feodal yang menyebabkan banyak penindasan sebagaimana pernah terjadi di Eropa.

Dalam bidang industri, khilafah ternyata memiliki  industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi. Dalam sebuah kota yaitu Sevilla terdapat 6.000 alat tenun untuk sutera. Setiap penjuru kota dikelilingi pohon-pohon zaitun sehingga di situ terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota peninggalan Islam yang sekarang masuk Spanyol di dalamnya terdapat pabrik-pabrik baju besi, topi baja dan alat perlengkapan baja lainnya.

Salah satu bentuk keagungan khilafah yang tidak dimiliki peradaban lainnya adalah kesempurnaan dan jaminan kehidupan terbaik bagi rakyatnya. Sejarah telah membuktikan secara jelas akan hal ini yang bertahan hingga seribu empat ratus tahun lebih yang pada akhirnya diruntuhkan pada 03 Maret 1924 M. Wallahu'alam bi shawab. 

Post a Comment

Previous Post Next Post