No title



Basa-basi Hidup dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Siti Hajar (Aktivis Dakwah Islam) 

Baru-baru ini pemerintah menyerukan ajakan ke masyarakat agar mencintai produk lokal, dan membenci produk asing. Bahkan diserukan agar produk asing ditaruh di tempat yang sepi pembeli.

"Produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk luar negeri, bukan hanya cinta tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri. Sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal untuk produk-produk Indonesia," ujar Jokowi dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kemendag secara virtual, Kamis (4/3)." Dikutip dari KumparanBISNIS (06/03/21).

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mencintai produk lokal dan membenci produk asing ? mencintai dan membenci tentu memerlukan sebab, apakah karena produk lokal berkualitas lalu kita dapat mencintainya dan produk asing mahal sehingga kita dapat membencinya?

Faktanya selama ini adalah masyarakat lebih cinta dan lebih bangga dengan memakai produk asing, barang branded katanya dan memang kualitasnya sesuai dengan harganya yang mahal, lebih lagi bagaimana masyarakat akan membenci sementara pemerintah sendiri masih melakulan impor besar-besaran.

"Pemerintah akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras dalam waktu dekat ini.  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan itu dilakukan demi menjaga ketersediaannya di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali" CNN Indonesia, Kamis 04 Maret 2021.

Dari berita tersebut pasti kita bertanya-tanya "dengan begitu banyaknya petani yang ada di Indonesia, mengapa Indonesia masih memerlukan beras impor ?". Jelas ada yang keliru dalam pengelolaan SDA dan SDM dalam negeri ini.

Nampaknya seruan benci produk asing hanyalah retorika politik untuk memikat hati rakyat, pasalnya pemerintah sendiri hingga kini masih melakukan impor besar-besaran. Dan juga seruan cinta produk lokal dan benci produk asing ini tidak diimbangi dengan jalan yang serius untuk memandirikan kemampuan dalam negeri.

Masih sangat minim peningkatan kuliatas Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, tidak ada dukungan penuh untuk belajar, biaya pendidikan mahal, tidak ada sarana dan prasarana yang berkualitas untuk mengembangkan potensi diri, walaupun ada harus bayar dan mahal.

Maka sulit bagi pengusaha lokal untuk memproduksi barang-barang berkualitas, karena sulitnya mengembangkan kemampuan diri dalam negeri ini yang sering terkendala biaya dan sarana prasarana untuk belajar, berlatih, dan menemukan bakat-bakat yg baik dalam diri.

Rata-rata masyarakat selama ini belum bisa mencintai dan bangga dengan produk lokal adalah karena produk lokal cenderung masih kurang inovasi, banyak produk lokal yang merupakan tiruan dari produk luar. Seperti tas, baju, sepatu dan lain-lain.

Alasan lain adalah karena produk lokal yang harganya terkadang mahal namun kualitas barang rendah, tidak sebanding dengan harganya dan juga karena kemasan dari produk lokal yang masih kurang menarik, sedangkan produk luar mereka rela mengeluarkan biaya lebih untuk kemasan produk yang menarik.

Oleh karena itu, Hanya dengan seruan dan tanpa dukungan penuh terhadap pengembangan industri lokal, serta tanpa contoh bagaimana cara membenci produk asing, sedang yang selama ini ada hanyalah contoh mencintai. Bagaimana masyarakat akan membenci ?

Sudah sangat banyak hal-hal kontradiktif yang selama ini kita temui, menyerukan bebas narkoba nyatanya miras sempat dilegalkan, menyerukan anti korupsi nyata korupsi masih terus terjadi, menyerukan benci produk luar nyatanya impor terus dilakukan bahkan investasi asing dibuka dengan lebar.

Menghadapi berbagai kesulitan hidup dan rancunya aturan-aturan dalam negara, semua itu terjadi adalah karena belum diterapkannya sistem Islam yang sempurna ditengah-tengah ummat, aturan Islam yang paling memahami fitrah dan kebutuhan manusia.

Negara Islam yakni Khilafah yang menerapkan seluruh aturan Islam, memperhatikan setiap individu rakyat atau masyarakatnya, diberikan fasilitas dan sarana prasarana untuk setiap individu belajar, menggali potensi dirinya, disediakan media belajar yang murah bahkan gratis.

Khilafah menerapkan sistem Islam yang aturannya jauh dari kepentingan individu dan kelompok, semua aturan didalamnya diterapkan dengan hak dan adil, seluruh ummat muslim ditempa menjadi pribadi yang taat dan unggul sehingga kecerdasan dan keahliannya tampil diatas rata-rata.

Maka untuk bangkit kembali ummat muslim harus berjuang menegakkan Khilafah kembali dengan belajar Islam lebih dalam, belajar dan memahami sejarah Islam secara menyeluruh lalu mendakwahkannya sehingga pemikiran Islam bisa kembali kedalam pikiran seluruh ummat muslim.

Wallahu ‘alam bushowab. 

Post a Comment

Previous Post Next Post