Oleh : Yeyet Mulyati
(Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)
Pandemi Covid-19 merupakan mimpi buruk bagi dunia. Kondisi sosial dan ekonomi yang buruk di Indonesia sebelum pandemi, membuat kondisi selama pandemi semakin bertambah buruk. Penulis, seorang Emak yang berperan sebagai ibu rumah tangga sangat merasakan itu semua. Tuntutan biaya hidup yang tidak bisa dikontrol dan dikendalikan, sementara itu pendapatan hanya mengandalkan dari suami. Seandainya pendapatan suami cukup, kita sebagai ibu rumah tangga tinggal mengatur saja, akan tetapi ketika penghasilan suami tidak cukup bahkan sangat kurang, bagaimana nasibnya? Alhasil, banyak dari para perempuan yang akhirnya bekerja untuk mencari tambahan penghasilan dalam rangka pemenuhan hajat hidupnya. Persis seperti apa yang pernah emak alami dulu.
Dengan alasan kesetaraan gender, apa yang telah emak lakukan seperti mendapat dukungan dan payung hukum, bahwa perempuan berhak untuk disejajarkan dengan kaum pria, terutama dalam hak bekerja. Walaupun emak terkadang harus bisa membagi waktu antara bekerja dan mengurus rumah tangga. Dan tidak jarang untuk urusan rumah tangga malah sering terabaikan.
Kesetaraan gender ini pula-lah yang telah banyak menyebabkan banyak perempuan abai dalam urusan rumah tangga, karena Ide kesetaraan gender dianggap memberikan solusi berbagai persoalan yang mendera kaum perempuan.
Secara historis, ide feminisme ini lahir dari kaum perempuan kelas menengah ke atas (golongan elit) yang ingin membebaskan diri dari pekerjaan-pekerjaan rutin rumah tangganya di negeri-negeri barat (terutama AS) pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Pada tahun 1963, Betty Friedan menerbitkan bukunya berjudul The Feminine Mystique.
Dari sinilah dimulai kampanye persamaan kekuasaaan dan peran perempuan di segala bidang. Gerakan feminisme ini terus digencarkan hingga disebarluaskan tak terkecuali negeri-negeri Muslim yang menjadi sasaran. Mereka berpandangan peran domestik kaum perempuan adalah bentuk penindasan terhadap perempuan. Perempuan dianggap pihak yang terjajah dalam hubungannya dengan laki-laki sebagai pihak penjajah. Kaum perempuan harus bekerja keluar dari peran domestiknya demi mewujudkan kebebasan dan kemandirian ekonomi. Tak melulu bergantung kepada lelaki. Akibatnya peran Ibu sebagai pendidik dan pengurus rumah tangga ditinggalkan, anak terancam masa depannya dan tidak terdidik dengan benar. Sebuah upaya global untuk menghancurkan tatanan masyarakat terkecil yaitu keluarga atas nama kebebasan dan kemandirian.
Islam Memuliakan Perempuan
Islam telah menetapkan kedudukan laki-laki dan perempuan secara adil dan sama dalam kapasitasnya sebagai hamba, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surat At Taubah : 71,
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Islam juga menempatkan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan sesuai sifat dan karakter khususnya dalam rangka saling mengiringi bukan menyaingi. Islam meletakkan peran domestik dan publik kepada perempuan secara seimbang. Dalam ranah domestik, kewajiban perempuan sebagai "Al Umm Warabatul Bayt" tak bisa disepelekan. Pasalnya, di tangan kaum perempuan (Ibu) kualitas generasi ditentukan. Tatkala tugas dan kewajibannya sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga diabaikan, maka generasi tak akan terurus dan terdidik dengan baik.
Sebagai Istri, mereka wajib taat kepada suami, bukan berarti segala perintah suami dituruti, namun perintah suami wajib ditaati selama tak menyalahi hukum Ilahi. Adanya kehidupan suami istri bukan dalam rangka saling menentangi, akan tetapi saling melengkapi. Hubungan suami istri yang terjadi bukan ajang unjuk kekuatan, namun saling menguatkan. Adapun dalam ranah publik, perempuan dalam Islam diwajibkan beramar makruf nahi munkar seperti halnya laki-laki. Amar makruf nahi munkar bisa diartikan berdakwah melakukan muhasabah kepada penguasa, mengoreksi kebijakan yang dzalim, menyeru diterapkan hukum Allah ini menjadi tugas laki-laki dan perempuan. Karena kewajiban berdakwah berlaku umum.
Selain itu, Islam tak pernah memberikan pengekangan dalam perkara-perkara umum yang berlaku pula untuk laki-laki. Semisal, menuntut ilmu, mengajar, bekerja dan sebagainya. Islam membolehkan setiap Muslimah bekerja dalam keahliannya semisal, menjadi guru, dokter, perawat, dosen dan sebagainya dengan syarat tak melalaikan kewajiban utama sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Karena bekerja dalam pandangan Islam adalah perkara mubah, sedang tugas utama sebagai ibu dan pengurus rumah tangga adalah perkara wajib. Fitrah laki-laki dan perempuan itu berbeda, Itulah mengapa Allah ciptakan mereka agar saling bersanding bukan bertanding.
Sebagaimana siang dan malam, fungsi mereka berbeda namun menciptakan sinergitas yang luar biasa. Bila laki-laki cenderung bertindak mengikuti nalar, maka hal itu diimbangi dengan sosok perempuan yang cenderung mengikuti perasaaan. Keteraturan peran laki-laki dan perempuan itu sudah Allah gariskan sesuai fitrah dan kemampuan masing-masing. Tak perlu mencari contoh yang lain. Apalagi mengadopsi ide feminisme yang sejatinya lahir dari pemikiran Barat. Dengan Islam sudah cukup menjadi teladan dalam kehidupan.
Agar peran tersebut berjalan dengan baik, Islam menerapkan sejumlah aturan yang mengatur pola relasi antara laki-laki dan perempuan agar terwujud keselarasan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Aturan-aturan tersebut meliputi hukum tentang pernikahan, penyusuan, jaminan nafkah, pendidikan anak, dll.
Semua aturan itu hanya bisa terwujud dengan diterapkannya Islam dalam bingkai daulah khilafah.
Maka dari itu jelaslah bahwa keberadaan Khilafah adalah kebutuhan seluruh umat manusia bukan hanya perempuan, berjuang untuk menegakkannya adalah kewajiban. Karena tegaknya Khilafah merupakan janji Allah SWT. Sebagaimana yang sudah diterangkan di dalam QS. An-Nuur : 55 yang artinya, "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang diridhoi."
Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment