Kau memberikanku hidup
Kau memberikanku kasih sayang
Tulusnya cintamu, putihnya kasihmu
Takkan pernah terbalaskan
Hangat dalam dekapanmu
Memberikan aku kedamaian
Eratnya pelukmu, nikmatnya belaimu
Takkan pernah terlupakan
Penggalan lirik lagu Doa Untuk ibu di atas yang dipopulerkan oleh band Ungu, merupakan sekilas gambaran tentang kasih sayang dan kehangatan seorang ibu terhadap anaknya. Begitu besar pengorbanan seorang ibu, hingga surga berada di bawah telapak kakinya. Segala jasanya tidak bisa terbalaskan walaupun dengan langit dan bumi beserta isinya. Tidak ada cinta dari sesama makhluk yang tulus dan murni selain cinta kasih orang tua pada anaknya, lebih-lebih seorang ibu (dan cinta Rasulullah kepada umatnya). Namun, kini kehangatan itu seolah kian memudar pada beberapa sosok seorang ibu. Bahkan sama sekali tak melekat lagi. Sehingga, sosok ibu seperti itu bukan lagi sumber kehangatan dan kedamaian bagi anak. Melainkan nyawa seorang anak bisa melayang secara tragis di tangan seorang ibu. Sebagaimana yang terjadi di Nias Utara seorang ibu membunuh ketiga anak kandungnya.
Terlansir di Viva.co.id, diduga stres karena kondisi ekonomi, seorang ibu inisial MT gelap mata sehingga tegah membunuh ketiga anak kandungnya. Pembunuhan terjadi di rumahnya di Dusun II Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara. Ketiga korban masing-masing berinisial YL (5 tahun), SL (4 tahun), dan DL (2 tahun). Peristiwa terjadi pada Rabu 9 Desember 2020.
"Terjadi saat ayah para korban sedang menggunakan hak pilihnya ke TPS [Rabu] kemarin," ungkap Paur Humas Polres Nias, Aiptu Yadsen Hulu, kepada wartawan, Kamis siang 10 Desember 2020.
Usai membunuh, wanita berusia 30 tahun itu sempat beberapa kali coba bunuh diri, namun berhasil digagalkan. Setelah kejadian MT tidak mau makan. Hingga meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli, Sumatera Utara pada Minggu pagi 13 Desember 2020, sekitar Pukul 06.10 WIB.
Kasus pembunuhan dengan pelaku seorang ibu bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Kasus serupa telah sering menghiasi situs berita. Berubahnya watak seorang ibu dari penyayang menjadi pembunuh brutal. Bukan semata-mata karena faktor lemahnya keimanan dan dangkalnya pemahaman agama. Melainkan, ada faktor mendasar yang membentur nurani seorang ibu yakni sistem yang diberlakukan di negara ini. Demokrasi sekular dengan sistem ekonomi kapitalismenya telah membuat Si kaya semakin kaya, Si miskin semakin miskin. Si Kaya semakin leluasa euforia dengan kekayaannya dan Si miskin semakin terpuruk dengan kemiskinannya.
Alhasil, tingkat depresi dan kekerasan fisik hingga kasus pembunuhan pun meningkat. Masyarakat ekonomi rendah mengalami depresi dalam menghadapi tuntutan kebutuhan ekonomi yang kian meningkat. Sedangkan, di sisi lain lapangan pekerjaan tidak tersedia. Walaupun tersedia lapangan pekerjaan, sebagian besar telah dimonopoli oleh sekelompok elite. Negara tidak lagi berfungsi sebagai tempat untuk rakyat bernaung. Melainkan, sebagai wadahnya kaum kapital mengumpulkan pundi-pundi keuntungan. Di tengah keputusasaan dalam menghadapi beban ekonomi, mengakhiri hidup menjadi salah satu jalan buntu yang ditempuh oleh sebagian orang di negeri ini.
Sistem yang diterapkan di negeri ini, tidak sedikit pun membawa keberkahan melainkan setiap detiknya menyuplai kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Kegagalan demi kegagalan dalam mengurusi negara dan rakyat nampak jelas di setiap kebijakannya. Kasus pembunuhan yang akhirnya mengorbankan ibu dan anak adalah salah satu dari kegagalan sistem, dalam memberikan perlindungan fisik dan psikis terhadap rakyat. Dan, sungguh memilukan saat Sang suami menyoblos dengan harapan mendapat pemimpin baru, istri dan anaknya justru kehilangan harapan hidup. Ironisnya, siapa pun yang menjadi pemimpin dan seberapa seringnya pun diganti pemimpin, wajah Indonesia tidak berubah. Masih dengan kesenjangan dan kemiskinan.
Oleh karena itu, untuk menampilkan Indonesia dengan wajah baru yang terlepas dari kesenjangan dan kemiskinan. Maka, menerapkan Islam secara kaffah menjadi kebutuhan pokok untuk negara ini. Dalam Islam, setiap kebutuhan seluruh rakyat, baik Muslim maupun nonMuslim merupakan tanggung jawab negara (negara Islam/Khilafah). Untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, negara menerapkan beberapa kebijakan yakni:
Negara memastikan bahwa pria dewasa yang berakal dan mampu, menjalankan kewajibannya sebagai pencari nafkah baik bagi dirinya maupun keluarganya. Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Islam bahwa seorang laki-laki dewasa, berakal dan mampu bekerja diwajibkan untuk mencari nafkah. Jika laki-laki yang sudah memenuhi kriteria tersebut, namun tidak menjalankan kewajibannya, atau menjalankan dengan ogah-ogahan. Maka, negara menjatuhkan sanksi berupa dalam bentuk ta'zir.
Kemudian, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya. Memberikan modal bagi yang tidak memiliki modal. Membuka ruang pelatihan baik di bidang industri, bisnis, jasa dan perdagangan sehingga rakyat bisa memenuhi kebutuhannya. Dan juga negara melakukan pembinaan sehingga rakyatnya bisa mengelola hartanya dengan benar.
Adapun, khusus bagi anak-anak telantar, orang tua renta, orang cacat, dan orang yang tidak memiliki kerabat. Negara menganjurkan orang-orang kaya yang berada di sekitar mereka untuk turut membantu baik dalam bentuk infak, sedekah maupun zakat. Jika tidak ada orang kaya, maka negara sendiri yang akan memberikan jaminan hidup rutin per bulan.
Negara juga menjamin pendidikan setiap warga negaranya, baik Muslim maupun nonMuslim secara gratis. Demikian pula dengan kesehatan, negara menjamin biaya pengobatan rakyatnya tanpa membedakan agama, status sosial, dll. Keamanan dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat pun tak luput dari jaminan negara. Hal ini bisa terlaksana karena negara Islam memastikan dengan jelas bahwa produksi dan distribusi dilakukan dengan baik dan benar.
Demikianlah cara negara Islam menyejahterakan rakyatnya. Sedetailnya diperhatikan. Maka dari itu, merupakan kekeliruan bagi rakyat Indonesia yang tidak ingin ataupun menghalangi penerapan Islam secara kaffah di negeri ini. Wallahu a’lam bishshawaab.
Post a Comment