Ibu Bunuh Anaknya: Kegagalan Rezim di Sistem Demokrasi

Oleh: Herma Maryati

Muslimah Pembelajar di Kota Depok

 

Sungguh miris. Beberapa hari terakhir ini, seperti yang diberitakan sumut.inews (10/12/2020), kita dikejutkan dengan sebuah berita seorang ibu  muda di Namohalu Esiwa, Nias Utara tega membunuh tiga anak kandungnya dengan cara sadis. Tersangka berinisial MT berdalih karena faktor himpitan ekonomi hingga tega membunuh ketiga anak lelakinya menggunakan parang. Pembunuhan ini terjadi saat seluruh keluarga pergi ke TPS untuk mencoblos kepala daerah dalam Pilkada serentak di Nias Utara.

Fenomena ini seperti gunung es, karena kasusnya serupa juga  marak terjadi di beberapa daerah. Seperti di Lebak Banten, seorang ibu membunuh anaknya dengan alasan susah diajarin ketika belajar online. Sebenarnya, masalah ini cukup sederhana pemicunya hanya karena susah diajarin belajar online, tapi ketika ini terjadi  secara terus menerus dan ada faktor lain yang memengaruhinya, salah satunya himpitan ekonomi yang membuat emosi seorang ibu tidak stabil. Ketidakpedulian masyarakat dan abainya negara terhadap pemenuhan kebutuhan rakyatnya juga semakin memperparah fisik maupun psikis seorang sang ibu.

Sungguh sangat disayangkan tatkala suaminya ikut nyoblos/memilih wakil rakyat dengan harapan dapat pemimpin baru, yang bisa menyejahterakan hidupnya, namun di sisi lain setiap pergantian pemimpin tetap tidak membawa perubahan signifikan terhadap kehidupan ekonominya. Malah, kondisi ekonomi keluarganya makin terpuruk dan makin sulit akibat pandemi yang berkepanjangan. Itulah kondisi  rakyat saat ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Namun, hal ini sangat wajar terjadi, ketika sistem yang diterapkannya adalah sistem demokrasi (kekuasaan dan kedaulatan ada di tangan rakyat) yang konsekuensinya bahwa hak legislasi (penetapan hukum) berada di tangan rakyat (yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat, seperti DPR). Karena itu, kebijakan yang diterapkan akan berpihak kepada kepentingan segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan. Sehingga yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan lebih miskin lagi.

Jadi, kasus seorang ibu yang membunuh anaknya merupakan kegagalan rezim yang  menerapkan sistem demokrasi dalam melindungi dan mengurusi rakyatnya. Rakyat dibiarkan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa ada peran negara yang sepatutnya harus memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Berbeda bila hidup dalam sistem Islam. Kebutuhan dasar merupakan masalah asasi manusia yang wajib dipenuhi. Islam mewajibkan negara menyediakan lapangan kerja yang layak dengan mudah agar para kepala keluarga mampu menafkahi, sehingga tidak ada ceritanya anak yang dibunuh ibunya karena tidak sanggup menahan beban ekonomi.

Dengan jaminan kesejahteraan, maka seorang ibu  dapat fokus menjalankan fungsinya sebagai pengasuh, penjaga dan pendidik anak-anaknya.  Anak-anak akan tumbuh serta berkembang dalam keamanan dan kenyamanan, jauh dari segala bahaya yang mengancam. Karena negara yang diatur berdasarkan aturan Islam, sangat kecil kemungkinan rakyat mati kelaparan.

Namun, negara yang bisa menjamin keamanan dan kenyamanan bagi semua rakyatnya tanpa terkecuali, baik Muslim maupun non-Muslim adalah negara yang menjalankan aturannya sesuai dengan hukum-hukum Islam. Negara yang menerapkan hukum-hukum Islam ini tiada lain adalah Daulah/Khilafah Islam. Maka, dengan khilafah Islam, semua kebutuhan semua rakyatnya akan terpenuhi dan mereka hidup dengan aman dan nyaman. []


Post a Comment

Previous Post Next Post