Oleh : Nurhalidah, AMd.Keb
Demokrasi tidak terlepas kata-kata tentang kebebasan. Maka dari itu, tidak sedikit manusia yang mengagung-agungkannya. Buaian demokrasi meracuni berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Yah siapa yang tak kepincut dengan demokrasi yang memberikan kebebasan terhadap masyarakat yang ada di dalamnya. Tapi sayang itu hanyalah kepura-puraan semata. Faktanya di negeri ini para pemangku kekuasaan mementaskan drama di tengah rakyatnya, seolah-olah mereka menerapkan demokrasi, tetapi di satu sisi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemangku kekuasaan. Banyak kasus di negeri ini ketidak relavan antara teori demokrasi dengan fakta yang terjadi.
Terlansir oleh Pikiran Rakyat Tasikmalaya, Kementerian pendidikan mengeluarkan surat edaran tentang pelarangan mahasiswa untuk tidak ikut aksi demo Omnibus Law UU Ciptaker. Surat edaran melarang mahasiswa melakukan demonstrasi menolak Omnibus Law UU Ciptaker, termuat dalam surat nomor 1035/E/KM/2020. Bahkan, para dosen diimbau untuk tidak memprovokasi mahasiswa agar menolak UU tersebut. “Tidak memprovokasi mahasiswa untuk mengikuti/mengadakan kegiatan demonstrasi/unjuk rasa/penyampaian aspirasi yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan para makhasiswa/I,” tulis Kemendikbud (tasikmalaya.pikiran-rakyat.com, 11/10/2020).
Respon ketidaksetujuan terhadap mahasiswa yang menggelar demo menolak Omnibus Law UU Ciptaker juga datang dari wakil ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, menurut beliau bahwa UU ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja dan manfaatnya bisa dirasakan oleh para mahasiswa. Sementara setelah lulus mahasiswa membutuhkan pekerjaan. “Mahasiswa itu kan pencari kerja nantinya. Jadi ini kan kita lakukan untuk mereka juga gitu supaya lapangan pekerjaannya ada. Kok malah didemo. Jadi kadang-kadang kita juga gak mengerti nih tujuannya apa kok bisa ada demo-demo mahasiswa seperti ini,” kata dia saat dihubungi detikcom, (Kamis, 08/10/2020).
Sungguh lucu di negeri ini, katanya negara demokrasi. Rakyat diberikan kebebasan dalam menyampaikan aspirasi, namun ketika ada mahasiswa yang menyampaikan aspirasi malah dilarang dan di takut-takuti dengan ketiadaan lapangan kerja. Tidak hanya pelarangan mereka para elit berdasi menduga demo yang diselenggarakan oleh mahasiswa bersponsor. Jika para elit berdasi ingin berpikir. Bahwa sponsor terbesar mahasiswa melakukan demo adalah nasib rakyat yang kian tertindas dan ketidakadilan yang makin menganga depan mata mahasiswa.
Sangat menampakan kebodohan jika para elit masih menduga kelompok-kelompok tertentu yang sponsori pergerakan mahasiswa saat ini. Soal ditakuti dengan ketidaksediaan lapangan pekerjaan, yang menjadi pertanyaannya sejak kapan di bumi pertiwi ini lapangan pekerjaan tersedia luas untuk pribumi? Potret susahnya cari pekerjaan di negeri ini telah banyak dirasakan oleh anak bangsa. Jadi, pembungkaman dengan iming-iming ketersediaan lapangan kerja bagi rakyat sudah basi.
Beginilah potret dalam sistem kapitalisme, mahasiswa dikerdilkan potensinya untuk memikirkan kemaslahatan pribadinya. Dengan senjata globalisasi dan informasi kaum kapitalis dan penjajah yang terselubung di negeri ini meracuni pola pikir dan pola sikap mahasiswa. Sehingga terbentuk mahasiswa yang hanya sibuk dengan diri sendiri dan apatis. Bahkan mereka (mahasiswa) diracuni pikirannya bahwa masa muda digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dengan bersenang-senang bersama teman-temannya ataupun dengan lawan jenisnya. Ditambah dengan desain lingkungan dan aturan sekular yang memilah-milah agama. Dan di dunia pendidikan ilmu diajari hanya semata-mata untuk orientasi pekerjaan sehingga tidak ada kebebasan perpikir dan terbelenggu oleh orientasi tersebut. Pada akhirnya, sistem ini mampu membentuk mental mahasiswa yang hedonis dan pragmatis.
Di dalam sistem kapitalisme, kalaupun ada gerakan mahasiswa dimandulkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan, tidak sampai pada perubahan mendasar. Pihak-pihak tersebut hanya menggandeng mahasiswa untuk meraih keinginan mereka. Manakala mahasiswa menyuarakan aspirasi yang bertentangan dengan kemauan mereka, maka mereka tidak segan-segan untuk membekukan pergerakan dari mahasiswa tersebut. Bahkan hingga menjebloskan ke jeruji besi pun mereka akan lakukan demi memenuhi keinginan dan keserakahan mereka.
Dalam sistem demokrasi kapitalis, ketika aspirasi rakyat sejalan dengan kebijakan penguasa maka akan disebut dengan rakyat yang berdemokratis. Namun, ketika aspirasi bertentangan dengan kebijakan penguasa maka akan disebut radikal. Maka bersiap-siap untuk menghadapi hukum peradilan yang tidak adil. Sebab, pada dasarnya hukum dibuat hanya tameng untuk melindungi penguasa dari kejahatannya.
Seharusnya mahasiswa dididik untuk memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Sebab, mahasiswa merupakan iron stock (penerus masa depan). Bangsa ini membutuhkan generasi tangguh yang memiliki kemampuan dan kepribadian Islam sebagai pengganti generasi terdahulu. Dan juga mahasiswa hadir sebagai agen perubahan dan agen of control. Sudah sewajarnya mahasiswa menyampaikan kebenaran terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa negara. Seperti halnya saat ini ketika ada aturan maupun sikap penguasa yang menzalimi rakyat maka mahasiswa harus mengoreksinya supaya kejadian itu dihentikan dan tidak terulang kembali. Kemudian penguasa harus memenuhi aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa dan memenuhinya. Bukan malah melarang dan mencari kambinghitam lainnya.
Dalam Islam pemuda/mahasiswa merupakan aset berharga untuk umat. Pemuda memiliki potensi yang lebih, dalam hal fisik, intelektual, maupun intelejensinya. Potensi itulah jika diarahkan dan dididik dengan aturan yang benar akan mampu membangkitkan umat dari keterpurukan. Sebab, masa depan suatu bangsa berada di tangan pemuda. Oleh karena itu, mengharapkan sistem kapitalisme mencetak pemuda unggul baik dalam segi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan spiritual kita hanya bagaikan pungguk merindukan bulan.
Maka tidak ada sistem yang lain selain sistem Islam yang mampu mencetak generasi unggul dalam segala hal. Maka menerapkan kembali Islam secara nyata di seluruh kehidupan merupakan solusi untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini. Wallahu a’lam bishshawaab.
Post a Comment