Pemilihan presiden Amerika Serikat yang
telah dilaksanakan pada Selasa, 03 November 2020 menjadi momen bersejarah bagi
negeri Paman Sam. Pertarungan sengit antara presiden Amerika Serikat saat ini,
Donal Trump dari partai Republik melawan wakil presiden di era Presiden Obama,
Joe Biden yang mewakili Partai Demokrat dimenangkan Biden setelah berhasil
meraih 290 suara electoral sejauh ini. (Okezone, 08/11/2020)
Pergantian kepemimpinan presiden Amerika
Serikat disambut bahagia oleh masyarakat Amerika Serikat, karena akibat dari
kepemimpinan yang dilakukan oleh Donal Trump dinilai terlalu kejam dan keras
apalagi terhadap umat islam yang menjadi minoritas disana. Masyarakat berharap
dengan pergantian kepemimpinan ini akan memberikan dampak positif yaitu
memperhatikan umat islam di sana. Mengakhiri kebijakan larangan masuk bagi
imigran muslim yang telah dibuat oleh Trump. Kemudian harapan juga untuk melepaskan
diri dari Israel yang sampai detik ini masih menindas umat Islam di Palestina.
Banyak harapan yang menjadi impian selama pergantian kepemimpinan ini.
Kemenangan Biden ini, akankah menjadi angin
segar untuk umat islam? Belum tentu.
Umat islam jangan terlena dengan
janji-janji yang telah disebutkan ketika kampanye. Walau diiming-imingi dengan
berbagai kenikmatan yang akan menjawab semua persoalan tetapi selama Demokrasi
masih hidup menjadi aturan tetaplah tidak akan mewujudkan mimpi-mimpi yang dicari
selama ini. Siapapun pemimpinnya Amerika tetaplah Amerika yang menjadi negara
adidaya dalam mengemban ideologi Kapitalisme sekuler pada negaranya. Hanya saja
dari setiap periode kepemimpinan terdapat perbedaan tipe menjalankan roda
pemerintahan. Ada yang secara terang-terangan membenci, namun ada juga yang
secara halus. Apalah daya, itulah propaganda yang dilakukan oleh Amerika yang
ujungnya pasti akan menyakiti warga, warga umat muslim pada khususnya. Oleh
karena itu, janganlah tertipu dengan janji-janji yang terucap dari lisannya.
Perlu diingat bahwa pergantian kepemimpinan
bukanlah solusi jitu terhadap penyelesaian permasalahan. Diibaratkan mobil yang
rusak diganti hanya supirnya saja, padahal kerusakan terjadi di area mesin
bukan pada supir yang tidak mahir. Begitupun dengan kondisi saat ini,
pergantian orang hanya akan memperparah kedzoliman-kedzoliman bahkan semakin
parah dari kedzoliman sebelumnya. Sifat yang mendarah daging pada ideologi ini
tidak akan pernah berubah walaupun terlihat seperti sosok yang menjadi
penyelamat untuk rakyatnya. Ketenagan, kedamaian, kerukunan tidak akan pernah
dirasakan selama sistem Demokrasi masih diemban dalam tatanan kenegaraan.
Cukuplah Islam yang akan membawa angin
segar terhadap rakyatnya. Islam tidaklah akan mengumbar janji-janji seperti
budaya dalam pesta Demokrasi. Sejatinya janji jika tidak diimplementasikan
dalam aturan kenegaraan akan Allah tanyakan dan dipertanggung jawabkan di
akhirat nanti. Termasuk janji akan melindungi umat Islam dan membebaskan isu
Palestina. Tidak ada solusi lain selain menjadikan Islam sebagai ideologi
tatanan kehidupan bernegara. Islam yang menjadi junnah tidak hanya di satu
wilayah tetapi di seluruh penjuru dunia.
Post a Comment