Member Akademi Menulis Kreatif
"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia." (Soekarno)
Karena melihat mahasiswa dari berbagai kampus melakukan unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan surat edaran yang mengimbau agar mahasiswa tidak ikut demonstrasi. Hal ini tertuang dalam surat edaran Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nomor 1035/E/KM/2020 perihal 'Imbauan Pembelajaran secara Daring dan Sosialisasi UU Cipta Kerja'. Surat ini ditandatangani oleh Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam pada Jumat (9/10). (Detiknews.com, 10/10/2020)
Beberapa waktu sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim memilih konsep "Merdeka Belajar" sebagai program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada rapat kerja dengan Komisi X di DPR RI, Kamis 27 Agustus 2020. Sebab, dalam "Merdeka Belajar" terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran. (Kompas.com, 27/8/2020)
Nyata terlihat, saat ini sistem sekuler kapitalis tidak mendukung pemuda kritis, yang memiliki pemikiran untuk mengubah ke arah lebih baik. Alhasil, upaya menjadikan pemuda harapan sebagai agen perubahan atau _agent of change_ seolah sulit diwujudkan, meskipun dalam sistem yang katanya bebas merdeka.
Di mana makna hakikat merdeka belajarnya?
Yang ada makna merdeka belajarnya adalah bebas atau merdeka mengeksplorasi potensi anak-anak umat untuk memuluskan kepentingan kapitalisme. Mereka diarahkan hanya untuk menjadi pemuda liberal, berkreasi bukan untuk mewujudkan perubahan hakiki menuju kesempurnaan tujuan.
Pemuda memiliki peran penting dalam perubahan. Kenyataanya, potensi pemuda yang menginginkan kondisi lebih baik dengan menyampaikan aspirasinya dengan menentang ketidakadilan dan menuntut perubahan hakiki justru diberangus atau dimandulkan. Bagaimana tidak dimandulkan karena bagi sistem kapitalis, mereka akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan ideologi kapitalis yang saat ini menguasai dunia.
Potensi pemuda semestinya diarahkan untuk mewujudkan sistem Islam. Di pundak pemuda lah seharusnya kita menggantungkan angan dan cita-cita, yakni mewujudkan perubahan hakiki. Perubahan sistem kapitalis liberal yang nyata kebobrokannya sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Sepandai-pandainya orang menyimpan terasi, pasti akan tercium juga. Umat termasuk pemuda saat ini sudah mulai melek, mulai terbuka memahami fakta yang terjadi dan berusaha merubah kondisi yang sudah tidak pro rakyat ini. Hanya saja, kadang masih ada pemuda yang bergerak tetapi belum memahami solusi atas permasalahan yang dikritisi. Ini menjadi tanggung jawab para pengemban dakwah Islam agar mereka bergerak searah dan seirama, yakni menuju penegakkan syariat Islam secara sempurna, bukan setengah-setengah.
Islam dan khilafah lah yang mampu mengarahkan potensi manusia sesuai fitrah penciptaan, yakni untuk mengabdi pada Sang Khaliq dan memberi manfaat bagi umat. Dengan memperhatikan individu per individu dalam urusan kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Pendidikan anak adalah kebutuhan primer yang harus diterima oleh semua warga karena mereka adalah generasi penerus peradaban dan calon pemimpin masa depan. Mereka akan diperhatikan dengan pemberian fasilitas pendidikan secara gratis untuk semua warga negara. Visi dan misi pendidikan mengarah pada pembentukan syaksiyah islamiyah yang sesuai dengan apa yang menjadi fitrah nya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt.
Wallahu a'lam bishawwab
Post a Comment