PEMUDA DAN KEBANGKITAN ISLAM


Oleh : Fauziah, S.Pd.I 
(Aktivis Muslimah Peduli Umat)

KOMPAS.com - Demonstrasi menolak omnibus law Cipta Kerja terjadi di berbagai daerah di Indonesia dan makin marak setelah undang-undang itu disahkan pada Senin (5/10/2020).

Jumlah massa aksi di sejumlah daerah angkanya bisa mencapai ribuan orang, Sebab selain berasal dari kalangan buruh, aksi penolakan omnibus law UU Cipta Kerja juga banyak berasal dari mahasiswa, hingga pelajar.

Terdapat surat edaran (SE) Kemendikbud kepada pimpinan perguruan tinggi yang mengimbau mahasiswa untuk tidak mengikuti unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker). Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriawan Salim meminta Kemendikbud tidak alergi dengan sikap mahasiswa yang mengkritisi UU Ciptaker, karena itu semua wujud kebebasan akademik. Jadi, Kemendikbud memang tak semestinya mengekang.

Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa adalah bagian dari ekspresi setelah pemerintah dan DPR mengabaikan aspirasi penolakan yang disampaikan pihak buruh dan aktivis lingkungan terhadap pengesahan UU Ciptaker.

Arah Perubahan yang di lakukan Pemuda
Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa, dan ditangan pemudalah masa depan bangsa ditentukan, nasib suatu bangsa yang akan datang ada di pundak generasi muda. Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa, kemajuan atau kehancuran bangsa banyak tergantung pada kaum generasi mudanya sebagai agen perubahan pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu lahir anak muda yang mempeloporinya.

dalam sejarah transformasi sosial, potensi intelektual -termasuk mahasiswa- tak bisa begitu saja dinafikan. Mereka selalu terdepan dalam proses perubahan.Lisan mereka paling mampu mengartikulasi hati nurani rakyat. Wajar jika kekuatan pergerakannya selalu menjadi tumpuan harapan rakyat dari masa ke masa. Di Indonesia sendiri, ada era di mana pergerakan mahasiswa begitu berwibawa. Hingga pergantian rezim berkuasa hampir selalu dimotori mahasiswa. Pergantian orde lama ke orde baru dimotori pergerakan mahasiswa. Begitu pun perubahan orde baru ke orde reformasi. Semuanya kental dengan perjuangan mahasiswa.

Sayang, arah perubahan seringkali tak jelas. Hingga perjuangan mereka selalu berhasil  dibajak para pemburu kuasa. Idealisme sebagian aktivisnya berhasil dipalingkan kilau harta dan kekuasaan. Ini tidak terlepas dari sistem pendidikan memang sudah lama dimandulkan dari fungsinya sebagai pencetak agen perubahan. Kurikulum dibuat sedemikian rupa hingga energi para mahasiswa terkuras begitu saja. Di saat sama, otak mereka dicuci dengan pola pikir kapitalistik. Pendidikan hanya dipandang sebagai investasi masa depan. Terlebih faktanya, modal pendidikan di era ini memang supermahal. Alhasil, jadilah pendidikan bergeser fungsi menjadi pilar tegaknya kapitalisme global. Tugasnya hanya menjadi pabrik tenaga kerja dengan spesifikasi sesuai kebutuhan industri para pemilik modal.

Bahkan lembaga pendidikan dan lembaga bisnis didorong untuk mengikat perjanjian saling menguntungkan. Yang satu memberi support dana, yang lain men-support tenaga kerja dan hasil-hasil risetnya.

Realitas miris ini menampakkan lemahnya fungsi negara. Terutama ketika para penguasa negeri ini makin mantap mengadopsi sistem demokrasi kapitalisme neoliberal.Dalam sistem ini negara tak mungkin berperan besar dalam pengaturan urusan rakyat. Karena kepemimpinannya tegak oleh dukungan dana para pemilik modal, termasuk oleh negara adidaya.

Itulah kenapa, kekayaan alam yang luar biasa dimiliki negeri ini tak mampu menjadi modal penguasa menyejahterakan rakyatnya. Dari hari ke hari kondisi rakyat justru kian sengsara. Mereka menggunakan seluruh sumber daya untuk menyukseskan agendanya. Mulai dari media massa, hingga para influencer yang dibayar untuk menjadi buzzer bagi kekuasaannya. Mereka berangus setiap potensi perlawanan, baik melalui cara halus maupun cara kasar. Sebagian mereka rangkul dengan memberi sedikit “kue” kekuasaan, yang lainnya mereka pukul dengan pentungan.

Apa yang dilakukan UI ketika meminta mahasiswa baru untuk meneken pakta integritas hanyalah satu contoh saja. Mahasiswa diharamkan terlibat politik praktis, apalagi terlibat dalam gerakan antikekuasaan. Tujuannya bisa dipahami. Agar kampus steril dari suara-suara kritis dan agar para mahasiswa menutup mata meski mereka melihat berbagai kezaliman.

Peran Pemuda Dalam Kebangkitan Islam
Semestinya, para mahasiswa kembali menyadari peran strategis mereka. Karena masa depan negeri dan bangsa ini adalah tanggung jawab mereka. Mereka semestinya sadar, bertopang dagu melihat kezaliman adalah dosa besar. Merekalah yang wajib memimpin perubahan karena mereka telah dikaruniai kemampuan dan pengetahuan.

Hanya saja, mereka harus sadar juga, perubahan hakiki tak mungkin terjadi kecuali atas dasar Islam. Karena Islamlah lawan hakiki bagi dominasi kapitalisme global. Islam adalah sebuah ideologi, sebagaimana kapitalisme sebagai ideologi. Hanya saja, ideologi Islam tegak di atas landasan yang benar, yakni landasan keimanan kepada Allah Yang Menciptakan manusia, alam, dan kehidupan. Dari landasan inilah muncul berbagai aturan kehidupan yang juga dipastikan benar. Yang jika ditegakkan dipastikan akan menjadi solusi bagi seluruh persoalan kehidupan, sekaligus membawa kebaikan bagi seluruh alam.

Oleh karenanya, meski rezim terus berupaya menghalangi kebangkitan Islam, “mewujudkan Islam” justru harus menjadi visi pergerakan mahasiswa hari ini. Visi inilah yang akan memberi jalan keluar ke arah kebangkitan hakiki.

Sepatutnya mahasiswa muslim bergerak bersama kelompok yang konsisten memperjuangkan Islam. Bersama mereka berjuang mencerdaskan umat bahwa Islam adalah sistem kehidupan. Tanpa kekerasan. Sungguh, Islamlah satu-satunya jalan sekaligus arah perubahan. Karena Islam adalah jalan kebenaran sekaligus rahasia kebangkitan umat selama belasan abad lamanya, yakni saat mereka hidup dalam naungan sistem Islam, yang dikenal dengan sistem Khilafah Islam.
Assalamualaikum wr wb.

Post a Comment

Previous Post Next Post