By : Komariah Dahlan, S.S
Viral surat Dinas Pendidikan (Disdik) Bangka Belitung (Babel) yang mewajibkan setiap siswa SMA/SMK untuk membaca buku Muhammad Al Fatih karya Felix Siauw. Namun tidak berapa lama, surat edaran tersebut direvisi bahwa Disdik Babel membatalkan perintah untuk para siswa membaca buku tentang Muhammad Al Fatih. Bahwa Kepala Dinas Pendidikan Babel, Muhamamd Soleh mengakui keteledorannya membuat surat edaran ke seluruh SMA/SMK untuk membaca buku Muhammad Al Fatih, iNewsBabel.Id, 02/10.
Siapa yang tak kenal Sultan Muhammad Al Fatih yang kisah heroiknya menaklukan Konstantinopel terukir jelas dalam sejarah Islam? Dialah yang telah dikabarkan Rosululloh sebagai panglima terbaik penakluk Konstantinopel jauh sebelum Konstantinopel benar-benar ditaklukan oleh Muhammad Al Fatih dan pasukannya pada tahun 1453. Karenanya tersematlah gelar Al Fatih atau Sang Penakluk.
Keteladan yang tinggi terpatri di dalam diri sang Sultan. Di usia yang masih sangat belia bahkan beliau mampu memimpin dengan baik sebuah negara besar saat itu yakni Khilafah Turki Utsmani, atau yang biasa orang sebut Dinasti Ottoman. Bukan hanya soal kesuksesan memimpin negara, Sultan Muhammad Al Fatih dikenal sebagai orang yang sangat gigih dalam perjuangan demi agama, negara dan rakyatnya. Lihatlah bagaimana Sang Sultan belia berusia 21 tahun memimpin dan membersamai pasukannya mengangkat kapal-kapal perang mereka ke daratan melintasi hutan, ladang dan bukit karena perairan tempat perlintasan kapal dihalangi musuh dengan rantai-rantai yang ditanam di bawah air. Hingga benteng musuhpun akhirnya takluk. Kesalehan juga hal yang sangat melekat pada pribadi sang Sultan, bahkan keyakinannya akan kemenangan dari Allah adalah modal utama yang membawanya mampu menaklukan adidaya Byzantium saat itu (Konstantinopel).
Potret kepemimpinan, kegigihan dalam berusaha dan tentunya kesalehan dari seorang Muhammad Al Fatih sungguh merupakan hal yang sangat sulit kita dapati pada generasi muda saat ini. Sosok saleh yang berpegang teguh kepada agamanya, gigih menggapai cita, cinta ilmu dan cerdas ini tidak sembarang lahir kecuali di masa Islam. Dimana ajaran Islam yang diterapkan benar-benar mentajasad dalam dirinya.
Maka apa yang salah kiranya himbauan bagi para siswa di Babel untuk membaca buku Muhammad Al Fatih yang sosoknya menyimpan begitu banyak keteladanan bagi pemuda? Terlebih bagi generasi muda kita saat ini yang tengah digerus nilai-nilai hedonisme dan dekadensi budi pekerti, sejatinya kisah Muhammad Al Fatih sangat relevan untuk dikaji dan diambil aspirasi darinya. Nun dekat sebelah sana, mengapa justru pernyataan nyeleneh agar menjadikan Korean Wave sebagai aspirasi pemuda untuk berkreasi dan maju malah diapresiasi dan didukung?
Komariah Dahlan, Jakarta Timur
Post a Comment