Millenial Harus Eksis di Dunia Nyata dan Maya


Oleh : Siti Jubaedah S.Pd

Media sosial sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan generasi kita saat ini. Setiap aktivitas menjadi bahan postingan di media sosial, di tambah dengan mulainya bermunculan berbagai aplikasi yang mendukung, seperti facebook, line, twiiter, snapchat, instagram, whatsapp, tiktok dan lain sebagainya.

Postingan yang di bagikan beragam, mulai yang positif sampai yang negatif, mulai dari berbagi ilmu, tips, curhat sampai pamer kehidupan pribadi yang super mewah. Tak heran jika kita sering mendapati di tempat umum orang-orang sibuk dengan gadgetnya masing-masing tanpa memeperhatikan kondisi sekitar.

Kadang demi eksisnya diri di media sosial, kita kehilangan rasa peka di dunia nyata, rasa malu tak lagi di hiraukan, yang penting bisa buat konten yang bisa di share di media sosialnya. Astagfurullah.

Padahal generasi millennial sangat menentukan masa depan Indonesia, bahkan masa depan dunia. Dimana generasi millenial ini merupakan pondasi bagi generasi selanjutnya yang akan lahir di era berikutnya. Maka dari itu, eksisnya generasi millenial ini akan mempengaruhi masa depan. Arah yang benar akan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Namun dunia latah para millenial tak dapat dipungkiri, mana yang sedang viral, maka itu yang akan di ikuti tanpa memperhatikan lagi apakah itu baik atau tidak. Kalau sudah seperti ini maka yang menjadi standar meraka berbuat bukanlah baik dan buruk atau halal dan haram, melainkan berorientasi pada kepuasan diri dan kebahagiaan yang semu, bahkan mungkin hanya ingin mendapatkan materi atau pujian semata.

So…mau dibawa kemana masa depan nanti?

Sebelum eksis yuk pahami dulu bagaimana Islam menandang eksistensi manusia, biar gak salah arah atau malah jadi kebablasan yang berujung penyesalan.

Islam telah menetapkan standar bagi manusia jika hendak memulai sesuatu aktivitas sesuai dengan hukum syara, sehingga harus mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan yang buruk, mana perbuatan yang harus dilakukan atau di tinggalkan.

Eksistensi merupakan fitrah manusia, bagian dari naluri baqa atau mempertahankan diri, naluri yang mendorong atau memiliki kecenderungan untuk eksistensi. Namun kecenderungan naluri ini akan diarahkan Islam sesuai dengan hukum syara.

Eksistensi yang melanggar hukum syara sudah jelas harus di tinggalkan seperti mengumbar aurat, mengumbar aibnya atau aib orang lain atau bahkan mengekspos kehidupan mewahnya atau hedonisme. 

Sedangkan eksistensi yang tidak melanggar hukum syara atau bahkan untuk mendakwahkan islam boleh dilakukan. Seperti menyebarkan konten-konten dakwah yang menyeru kepada Allah. Jadi millenial itu boleh eksis, di dunia nyata ataupun maya asalkan syariat dan ketentuan hukum syara tetap di jaga. Wallahu a’lam bish-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post