By : Hdzii
Aksi
mahasiswa baru-baru ini kembali terjadi, aksi #TolakOmnibuslaw yg digelar
dibebarapa kota besar di indonesia menghasilkan respon yang berbeda oleh
masyarakat dan pemerintahan daerah
setempat. Ada yang mendukung penuh ada juga yang tak setuju, bahkan
rezim menduga bahwa aksi ini disinyalir disponsori oleh pihak-pihak tertentu
dilansir dari suara.com kamis 08/10/2020 Menteri Koordinator Airlangga Hartarto menyatakan “ Sebetulnya
pemerintah tahu siapa behind (dibelakang) demo itu. Jadi kita tahu siapa yang
menggerakkan, kita tahu siapa sponsornya, kita tahu siapa yang membiayainya.”.
Aksi mahasiswa semacam ini sebenarnya sudah berulang kali terjadi, bahkan aksi yang dikenang hingga detik ini adalah aksi mahasiswa 1996, 1998, 2019, isunya masih sama menolak RUU pemerintah yang hanya mementingkan diri sendiri, dan merugikan masyarakat kecil. Upaya untuk hadir mewakili menyuarakan jeritan hati rakyat kecil sebab katanya mahasiwa adalah agent of change, penyambung lidah rakyat. Entah berakhir dengan damai atau ricuh, bentrok antar masa aksi dan pihak kepolisianpun kerap kali terjadi, tuduhan disponsori pun adalah isu lama yang sudah sering digaungkan pasca aksi. Namun sayangnya harapan para masa aksi kerap kali dipatahkan oleh para pejabat negeri, harapan pupus pulang dalam keadaan lelah tanpa kejelasan, pun jika tawaran masa aksi disetujui barangkali itu hanya untuk menenangkan masa, setelah pulang kebijakan yang ada dilapangan berbeda dengan kesepakatan yang berakhir di meja perundingan. Pupus bukan? Tabiat rezim jebolan demokrasi memang begitu adanya.
Jika
ditelisik sejak jaman para pejabat negeri menyandang status mahasiswa mereka
juga kerap kali turun aksi, ikut nimbrung bahkan jadi pelopor aksi. Tak perlu
saya sebutkan kamu juga pasti sudah tau siapa saja, itu yang sekarang duduk
manis jadi perwakilan rakyat, Katanya. Sedihnya adalah tawaran yang diberikan
tak banyak memberi efek perubahan bagi negeri, rancangan undang-undang yang
ditolak tetap berakhir di sahkan oleh para pejabat negeri, lagi oleh mereka
yang kataya mewakili suara rakyat-rakyat kecil.
Apa
yang menjadi penyebab hingga saat ini mahasiswa juga masyarakat tetap kalah
dihadapan rezim tirani? Yup betul Sistem demokrasi yang berkiblat pada
kapilaismelah yang jadi penyebabnya, bagaimana tidak aturan yang lahir dari sistem
ini ber akidahkan SEKULARISME pemisahan agama dari kehidupan berjung pemisahan
agama dari negara, pengaturan kehidupan di atur suka-suka tergantung siapa yang
ada dibalik pengusa, orang-orang bermodal yang punya kepentingan atas negeri
tercinta. Alhasil lihatlah meski aksi berulang kali terjadi, memakan korban
hingga banyak yang berdarah-darah, tapi tetap
saja dikhianati para pejabat negeri, bukan sekali penghianatan ini terjadi,
catet ini sudah berulang kali terjadi.
Tawaran revolsui mahasiswa sehasrusnya lebih lagi, bukan hanya sebatas menolak rancangan undang-undang, menyuarakan aspirasi rakyat apapun itu, lalu setelah diancam kendor, apalagi baru-baru ini diancam tak mendapatkan pekerjaan, eh tak lagi bersuara. Tapi lebih spesifik tawarannya haruslah mencabut akar permasalahan apa yang menjadi penyebab pejabat negeri terus bertikai semau diri, apa itu ? yah tentunya hanya islam dengan segala solusi terbaik atas problematika negeri. Siapa lagi yang lebih memahami ciptaannya jika bukan DIA sang maha PENCIPTA
Post a Comment