Oleh : Nurhalidah, AMd.Keb
Masa kecil merupakan masa keemasan seorang anak dan masa awal kehidupan seorang calon penerus bangsa yang harus mendapatkan perhatian yang serius. Kurangnya perhatian masa keemasan sering kali menimbulkan masalah dikemudian hari. Maka sudah seyogya orang tua mengasuh, mengasah, dan mengasih anaknya dengan ilmu yang benar yaitu yang sesuai dengan syariat Islam.
Sebab pada masa kecil perkembangan otak anak sangat cepat untuk menangkap sesuatu, meniru apa yang dilihat, menghafal apa yang didengar, dan mengingat apa yang dibaca dan ditulis. Oleh karena itu apabila sejak kecil sudah dibiasakan maka akan selalu membekas di ingatannya. Salah satu yang gencar dilakukan oleh para orang tua sekarang adalah membiasakan anak perempuannya untuk menutup aurat dengan memakaikan kerudung dan jilbab. Terbesit harapan besar dalam benak orang tua agar kelak anaknya menjadi wanita shalihah yang taat terhadap syariat Islam.
Namun, media asal Jerman Deutch Welle (DW) mengusik persoalan pelajaran akidah kepada anak-anak perempuan terkait jilbab. DW Indonesia memposting sebuah video yang berisikan orang tua perempuan yang sedang mengajari anak perempuan mereka menggunakan jilbab. DW Indonesia mempertanyakan apakah pemakain jilbab tersebut atas pilihan anak itu sendiri?”Apakah anak-anak yang dipakaikan#jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?” ( gelora.co, 26/09/2020)
Dan untuk memperkuat pernyataan dan pertanyaan mereka DW menyambungkan dengan pendapat psikolog Rahejang Ika, “ Mereka menggunakan atau memakai sesuatu tapi belum paham betul konsekuensi dari pemakaiannya itu, permasalahannya apabila di kemudian hari bergaul dengan teman-temannya, kemudian agak punya pandangan yang mungkin berbeda, boleh jadi dia mengalami kebingungan, apakah dengan dia pakaian begitu berarti dia punya batasan tertentu untuk bergaul.” (jurnalgaya.pikiran-rakyat.com, 26/09/2020). Akibat membuat konten seperti ini DW dihujat oleh sejumlah tokoh dan netizen.
Serangan demi serangan yang dilakukan oleh kaum liberal kembali diarahkan pada ajaran Islam. Pendidikan ketaatan dalam berpakaian dipermasalahkan, dianggap pemaksaan dan berakibat negatif bagi perkembangan anak. Padahal sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik dan menanamkan akidah kepada anak-anak mereka. karena pendidikan pertama seorang anak adalah di tempuh dari rumah dengan guru handalnya yaitu seorang ibu. Membiasakan anak untuk menutup aurat secara dini adalah perlu dilakukan agar seorang anak mengetahui jati dirinya sebagai muslimah dan sebagia hamba yang taat. Namun, dalam pembiasaan ini orang tua perlu memberikan penjelasan kepada anaknya bahwa menutup aurat adalah sebuah kewajiban bagi seorang wanita. Dan tidak ada tawar-menawar dalam melakukan perintah Allah, termasuk menutup aurat. Hal ini berlaku hukum Allah ketika anak sudah baligh. Dan adapun ketika masih kecil seorang anak perempuan boleh membuka kerudungnya.
Tujuan mereka melancarkan serangan secara bertubi-tubi terhadap ajaran Islam yaitu agar kaum muslim tergoyah dengan keyakinannya dan mulai merasa takut terhadap ajaran agamanya. Mereka kaum liberal menganggap Islam menghambat kebebasan dan membelenggu kesenangan. Faktanya Islam menjadi pelindung bagi umatnya. Sebagaimana halnya hijab yaitu berfungsi melindungi kaum perempuan dari pandangan-pandangan liar kaum laki-laki, yang pada akhirnya mengantarkan pada kasus pemerkosaan, perzinahan. Kejahatan terjadi karena adanya peluang. Ketika seorang wanita tidak menutup aurat maka membuka peluang pemerkosaan dan perzinahan.
Berbeda halnya ketika anak di didik tidak terikat dengan aturan Islam seperti dalam demokrasi kapitalisme maka akan terbentuk generasi yang amburadul. Generasi bebas melakukan apapun yang tidak berfaedah hingga merusak dirinya. Angka aborsi semakin meningkat dan kenakalan lainnya pun akan ikut meningkat. Inilah akibatnya ketika asas kebebasan ala demokrasi kapitalisme diterapkan maka generasi akan hancur lebur. Alhasil yang senang atas kehancuran generasi umat Islam tiada lain tiada bukan mereka antek-antek penjajah barat.
Wara wirinya kaum sekular dan media sekular di negeri ini karena mengabaikan syariat Islam dan menerapakan sistem buatan manusia yaitu sistem kufur demokrasi kapitalisme. Sehingga apapun dilakukan oleh musuh Islam negara tidak akan berkutik karena negara berada di bawah ketiak kaum penjajah barat. Yang menjadi poin pengejaran mereka hanya keuntungan dan kerugian, dan apabila ada sesuatu yang akan menimbulkan kerugian di pihak mereka maka mereka akan bertindak.
Walaupun negeri ini mayoritas muslim terbesar di dunia, tetap tidak mampu membentengi diri dari penistaan. Oleh sebab itu, sebesar apapun kaum muslim jika masih diatur oleh peraturan buatan manusia maka tetap menjadi bahan penistaan kaum penjajah. Maka dari itu mengembalikan syariat Islam dalam berbagai aspek kehidupan adalah solusi untuk mengatasi berbagai penistaan yang terjadi saat ini.
Wallahu a’lam bishshawaab
Post a Comment