Cegah Radikalisme dan Terorisme, Tepatkah Perempuan di Kolaka dilibatkan ?


Oleh : Sasmin 
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton)

Radikalisme dan terorisme adalah kata yang tidak asing lagi untuk di dengarkan, sebab kalimat ini selalu di utarakan oleh masyarakat. Mendengar dua kalimat ini tidak lain mengarah pada perbuatan negatif, sebab artinya dalam kamus bahasa Indonesia yaitu kekerasan. Oleh karena itu, mencegah radikalisme dan terorisme merupakan sikap yang layak dilakukan. 

Kemudian untuk istilah radikalisme dan terorisme seharusnya ditujukkan kepada oknum-oknum yang melakukan anarkis seperti penikaman terhadap para ulama dan tokoh Islam, mencoret-coret masjid dengan kalimat yang sangat tidak baik. Namun sayang, fenomena saat ini yang terjadi radikalisme dan terorisme  mengarah  kepada  kelompok-kelompok Islam yang  mengajak amar maruf nahi mungkar.

Dikutip dari Zonasultra.com (30/9/2020), Perempuan di Kolaka ikut dilibatkan mencegah radikalisme dan terorisme, seperti yang disampaikan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara (Sultra) melibatkan peran perempuan di Kabupaten Kolaka untuk mencegah terjadinya paham radikalisme dan terorisme dibumi mekongga.

Eksistensi perempuan dalam tugas ini hegemoninya sangat besar karena perempuan sangat intens dalam berbahasa dan bertindak. Di sistem kapitalis ini perempuan hanya sebagai objek eksploitasi dan alat propaganda dalam skenario barat karena perempuan memiliki daya tarik yang kuat untuk dijadikan panutan sehingga beberapa kelompok perempuan di Kolaka dilibatkan dalam tugas ini.

Pembangunan pemberdayaan perempuan hanya sebagai kedok agar perempuan lepas dari fitrohnya dalam umm warabbah albayt.  Perempuan semakin terperosok dalam permainan kapitalis. Tanpa disadari perempuan bangga sebagai objek yang diperas tenaga dan ekonominya, mereka tidak menyadari seolah kapitalis menjelma menjadi malaikat penolong , bahkan tenaga , waktu, pikiran, dan tubuh perempuan bagai lumbung komersial.

Perempuan seharusnya sadar bahwa sesungguhnya merekalah yang mencetak generasi-generasi  terbaik kedepannya sehingga ia mampu memberikan didikan yang baik dengan mengenalkan Islam sejak dini. Namun yang terjadi sebaliknya,  perempuan di usut  agar mencegah anak usia dini mengenal Islam. Seperti yang di katakan Sekretaris forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sultra, Muslihi mengatakan “perempuan harus selalu waspada untuk mencegah sejak dini daripada harus menanganinya ketika paham radikalisme dan terorisme tersebut sudah masuk didalam lingkungannya. 

Tambahnya “ Dikolaka ini mungkin ada juga, kita tidak tahu, namanya teroris itu kita tidak ketahui keberadaannya. Sehingga memang perlu dilakukan pencegahan,” Ujarnya di salah satu hotel kolaka, Rabu (Zonasultra.com, 30/9/2020)

Rezim kapitalis berhasil memperosok perempuan dikolaka dalam permainan kapitalis dengan cara memberikan materi yang banyak, materi jadi standar kebahagiaan ,masa kini menjadi materialistis yakni yang memiliki kedudukan, uang dan gaya hidup. Oleh karenanya wanita terus mengejar karir, selayaknya pria yang mencari nafkah.  Iklan-iklan kapitalis yang mengerucut pada perempuan. Perempuan didekte kesadarannya bahwa yang cantik adalah yang berpenampilan bak pragawati. Tentu saja menciptakan perempuan satu dimensi, agar semua perempuan mendukung definisi mereka. Fenomena inilah yang banyak terjadi di lingkungan kita yaitu sikap narsisme sampai lupa akan fitrah mereka sebenarnya.

Beda halnya,  perempuan dalam islam sebagai tiang negara, sehingga perempuan adalah membangun generasi agar kelak melanjutkan estafet dakwah dan pemerintahan dalam daulah. Perempuan dalam islam sangat dimuliakan dengan memberi nya ruang sesuai dengan fitrahnya, bukan malah memaksa wanita itu beraktivitas paradoks dengan fitrahnya. 

Sangat jauh disparitas sistem  kapitalisme dengan sistem islam, yang dimana kapitalisme memaksakan perempuan beraktivitas diluar  fitrahnya sedangkan islam memberinya ruang sesuai fitrahnya. Oleh karenanya perempuan butuh sisitem yang mampu menjamin keamanannya  dan memuliakannya.

Islam  mampu menjamin keamanan dan memuliakan perempuan.
“Dunia ini perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita” (HR. Muslim)
Perempuan adalah perhiasan yang wajib dijaga marwahnya, karena menjadi seorang ibu berperan banyak dilingkungan keluarga salah satunya mendidik  anak agar menjadi generasi yang baik. Ada sebuah kutipan menarik yang mengatakan bahwa, Wanita yang mendidik seorang anak laki-laki mungkin ia sedang melahirkan seorang pemimpin, sedangkan wanita yang melahirkan dan mendidik seorang anak perempuan, maka ia sedang mendidik sebuah peradaban.

Dalam islam wanita merupakan nikmat Allah SWT yang paling mulia, apabila ia bertakwa kepada Allah dia adalah wanita shalehah yang didibaratkan sebagai sebaik-sebaiknya perhiasan dunia. Dan tak hanya itu, wanita dinilai sangat istimewa karena wanita dinobatkan sebagai tonggak peradaban dunia. Hal ini disebabkan karena dari rahim wanitalah para generasi penerus terlahir didunia berkat didikan wanita pula  para generasi tersebut mengarahkan kemana peradaban dunia ini akan dibawa.

Perempuan beradidaya dalam berdedikasi untuk menciptakan generasi rabbani, karena generasi-genreasi terbaik akan tercipta jikalau orang tua mendidiknya dengan didikan yang baik (islam), seperti kisah Muhammad Alfatih  penakluk konstantinopel di usia yang sangat mudah (21 tahun,  karena sejak dini ia telah di perekenalkan aqidah islam sehingga tercipta generasi yang berkepribadian sholeh, berani dan kemuliaan akhlaknya.

Sebab itu perempuan dalam  islam di fokuskan untuk menciptakan generasi-generasi yang beradidaya seperti Muhammad Al Fatih.

Islam menjaga wanita agar jauh dari godaan dan gangguan syaitan, dengan di wajibkan mereka menutup aurat. Allah berfirman “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukin, hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).  “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung didadanya” (QS. An-Nur: 31).

Waallahu a’lam Bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post