Pegiat Literasi dan Member Akademi Menulis Kreatif (AMK)
Akhir-akhir ini jagat sosial media kembali diramaikan para pengkritik dan penghujat Deutch Welle (DW) cabang Jerman yang ada di Indonesia. Akibat dari ulah DW Indonesia yang telah membuat program nyeleneh yang berisikan sentimen Islamofobia. Dalam video berdurasi 3 menit 31 detik yang disebarluaskan lewat akun Twitter bercentang biru, @dw_indonesia pada Jumat 25 September 2020. DW mewawancarai keluarga muslim yang mengajarkan anaknya memakai jilbab sejak kecil.
Dalam video tersebut DW menulis, "Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?". Kemudian DW Indonesia mewawancarai psikolog dan tokoh feminis untuk menguatkan videonya tersebut.
Video DW Indonesia ini kemudian menuai banyak kritik dan hujatan dari para tokoh dan netijen. Sebab, pemberitaan DW Indonesia tidak objektif, hanya mengambil argumen dari orang-orang yang mendukung pemikirannya. Tidak mengikutsertakan pendapat lainnya. Misalnya dengan mewawancarai ulama muslim, tokoh muslim, psikolog muslim dan muslimah yang taat syariat. Sebagai bahan pembanding dari bahan yang sedang mereka kaji terkait dampak pemakaian jilbab sejak kecil.
Tentu, buah pikir dan arah pandang orang-orang yang pro dan kontra terhadap ajaran Islam akan menghasilkan perbedaan. Juga hasil dari pembiasaan pemakaian jilbab sejak kecil dengan yang tidak terbiasa akan berbeda pula. Keimanan dan ketakwaan menjadi poros dalam hasil tersebut.
Wanita muslim yang baru menutup tubuhnya (aurat) dengan jilbab dan kerudung setelah ia dewasa, banyak yang merasa terlambat, "Justru ini saya telat, sudah tua baru belajar. Harusnya kan dari kecil," tutur salah seorang Ibu yang diwawancarai oleh team MMC (Muslimah Media Center, 28/09/2020)
Juga para ABG dalam bergaul dengan teman-temannya mengenakan kerudung, mereka tidak dikotomi dan tidak mengeksklusifkan diri dengan yang tidak memakai jilbab, bahkan dengan yang berbeda agama. "Pilihan sendiri dan merasa lebih terjaga aja," ungkap remaja yang mengenakan kerudung kala ditanya, "Saat ini memakai kerudung karena pilihan sendiri atau diperintah orangtua?" (MMC, 28/09/2020)
Jilbab adalah baju kebesaran bagi muslimah yang bertakwa kepada Rabbnya. Hal ini tidak akan bisa dipahami oleh para pembenci Islam, karena penyakit yang ada di hatinya itu. Baju kebesaran merupakan baju kemegahan, keagungan dan tanda-tanda pakaian yang memiliki ketinggian martabat. (Jagokata.com)
Dalam Islam, wanita bagaikan mutiara yang mahal harganya. Sehingga aturan Islam, menempatkan wanita sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga. Menjaganya dari hal-hal yang dapat merendahkan wibawanya, menjatuhkan martabatnya dan menodai kehormatannya. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
Juga dalam hadits yang lain, Rasulullah saw. bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Dilansir oleh muslim.or.id Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)
Maka, Islam mempunyai aturan khusus untuk perempuan agar terjaga kehormatan dan martabatnya. Dengan menutupi seluruh tubuhnya (auratnya) menggunakan pakaian takwa.Allah Swt. berfirman:
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat". (Q.S. al-A’raf: 27)
Apa itu pakaian takwa? Dalam ayat lain Allah Swt., menjelaskan apa yang harus dikenakan oleh seorang wanita muslimah.
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Ahzab : 59)
"...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,..." (QS. an-Nur : 31)
Demikianlah Jilbab (gamis) dan kerudung merupakan pakaian takwa, pakaian kebesaran muslimah. Jadi, sebuah kewajaran anak-anak kaum muslimin dibiasakan sejak kecil untuk memakai jilbab dan kerudung. Agar ketika dewasa (baligh) tidak asing lagi dengan titah Tuhannya.
Karena pendidikan anak-anak kaum muslimin dalam Islam, pemikul tanggung jawab utamanya adalah kedua orangtuanya. Tanggung jawab ini tidak hanya di dunia, akan tetapi sampai ke akhirat.
Sebagaimana Allah Swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. at-Tahrim : 6)
Untuk itu, mengajarkan pendidikan akidah dan syariah sejak dini adalah sebuah keharusan dan kewajiban bagi orang tua. Apalagi saat kita menyadari usia balita adalah _golden age_ dan usia remaja merupakan pembentukan jatidiri. Maka membimbing anak-anak hingga membuatnya menjadi taat adalah nilai paling luhur.
Selain keluarga, dalam Islam penanggung jawab terkait pendidikan anak adalah masyarakat dan juga negara. Tiga pilar ini akan bersinergi di bawah kepemimpinan Islam, dalam memberikan kemampuan terbaiknya untuk umat manusia baik muslim maupun non muslim.
Ini adalah ranah yang tidak bisa dimengerti oleh para Islamofobia, liberalis, dan feminis. Kecuali jika mereka mau membuka hati dan mencari kebenaran.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment