Urgensi Belajar Sejarah*


Oleh: Erik Sri Widayati, S.Si.

Beberapa waktu lalu media ramai membicarakan rencana penghapusan mapel sejarah pada jenjang pendidikan SMA dan SMK. Muncul banyak pihak yang kontra terhadap hal ini. Salah satunya dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dengan mengeluarkan petisi untuk dikirim kepada Presiden Jokowi.

Berkaitan dengan hal ini Mendikbud, Nadiem Makarim membantah isu itu dengan menyatakan bahwa tidak ada rencana penghapusan mata pelajaran sejarah. Bahkan hingga 2021 pun belum ada perubahan kurikulum nasional. (RMco.id, 23/9/2020)

Isu ini mencuat setelah presentasi di internal kemendikbud tentang penyederhanaan kurikulum. Berbagai permutasi dikaji untuk mendapatkan masukan. Bahkan terdapat wacana menjadikan mapel sejarah sebagai mapel pilihan atau bukan mapel utama.

*Sebenernya seberapa penting mapel sejarah bagi siswa?*

Para siswa adalah aset masa depan. Merekalah nanti yang kelak akan menjadi pemimpin. Sebagai calon pemimpin butuh banyak bekal ilmu untuk menambah wawasan dalam mengarungi kehidupan. Sembari menebar manfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan negaranya.

Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan belajar sejarah manusia akan dapat mengambil banyak pelajaran dari kejadian masa lampau. Bahkan ada pepatah yang mengatakan negara besar adalah negara yang menghargai jasa pahlawannya. Semua diketahui dari sejarah bangsanya.

Generasi yang tidak paham sejarah, tidak akan mengenal kejayaan masa silamnya. Tidak muncul jiwa patriotisme, tidak paham jasa-jasa pahlawannya termasuk para ulama yang menggerakkan umat dengan semangat jihadnya dalam mengusir penjajah. Mereka tidak akan paham peran umat Islam dalam mendirikan negara, mempertahankan serta membangun negaranya.

Hanya saja, seringkali siswa merasa belajar mapel sejarah membosankan. Siswa merasa hanya disuruh menghafalkan tahun terjadinya peristiwa sejarah. Tentu ini menjadi masalah besar yang harus dicari solusinya. 

Belajar sejarah sejatinya akan menumbuhkan kecintaan pada negeri kelahirannya, ada upaya merawat dan mempertahankannya. Butuh mental yang kuat untuk mewujudkannya. 

Disadari atau tidak, kehidupan selularistik telah mengeliminir peran agama dalam kehidupan. Sekular sudah terlanjur lekat dengan negeri ini beserta komponen di dalamnya. Sehingga akan mengubah orientasi hidup seseorang. Orang termotivasi meraih bahagia dengan kepuasan materi. Kebebasan menjadi keharusan asalkan mendapat kepuasan/kesenangan dan enggan memikirkan bangsanya. Tidak terkecuali pada para siswa. Keinginan santai dalam menjalani hidup, melakukan aktivitas memaunya asalkan happy. 

Selain itu belajar pengetahuan yang tidak ada faktanya tentu akan sulit ditangkap maknanya dan terkesan hafalan semata. Sejarah menceritakan heroiknya meraih kemerdekaan agar dapat menentukan nasib bangsa tanpa kendali penjajah. Semua demi kesejahteraan rakyat dengan kemampuan mengelola alam sendiri. Tetapi faktanya mereka melihat SDA yang dikelolakan kepada asing, pemerintah tidak amanah dengan banyak kasus korupsi, dikendalikan asing dan sebagainya. Siswa akan melihat semangat juang tidak ada pada orang-orang dewasa. 

Belum lagi metode pembelajaran dan sistem ujiannya. Siswa merasa cukup belajar sejarah sekedar untuk memenuhi beban kurikulum. 

*Kebutuhan terhadap Islam*

Islam merevolusi pandangan hidup manusia. Siswa akan menyadari bahwa perjalanan hidup itu singkat. Dan setiap waktu yang telah berakhir tidak akan berulang. Maka siswa akan berfikir bagaimana memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk banyak belajar. Sehingga bisa berkarya untuk negerinya. Sebagaimana yang dicontohkan generasi sebelumnya.

Dorongan Islam melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain hanya untuk mendapat pahala dan keridloan Tuhannya. Tentu ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa yang tidak tergantikan oleh sekedar materi. Sejarah akan dipandang sebagaimana seharusnya. Sejarah masa lalu yang gemilang akan memacu semangat untuk mengulang dan mempertahankannya. Sejarah masa lalu yang kelam akan menjadi pengingat agar tidak terulang. []

Post a Comment

Previous Post Next Post