Setelah beberapa kali ulama di negeri ini digebuk dengan tuduhan membawa ajaran radikalisme, kini kembali terjadi tindakan kriminalisasi penusukan yang dialami oleh Syeh Ali Jaber saat tengah mengisi acara dakwah di mesjid Fallahudin, Bandar Lampung, Ahad (13/09/20).
Diduga penusukan yang dialami oleh Syekh Ali Jaber dilakukan karena telah terencana. Bahkan pelaku penusukan lagi dan lagi di diagnosa mengalami gangguan kejiwaan. Hingga berita ini viral di media sosial bahkan dikecam oleh berbagai pihak.
Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyampaikan kecaman keras terhadap kejadian penusukan yang menimpa Syekh Ali Jaber. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini pun meminta pihak aparat agar mengusut tuntas kasus tersebut. Zulhas menduga bisa jadi peristiwa tersebut dilakukan secara terencana.(13/09/20)
Kasus penyerangan ulama atau tokoh agama oleh orang yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan bukan kali ini saja terjadi. Dilansir dari
Tempo.co, (15/09/20) peristiwa nahas menimpa Imam Masjid Al-Falah Pekanbaru Yazid Nasution, 36 tahun, pada Kamis, 23 Juli 2020. Saat itu Yazid yang sedang memimpin doa sehabis salat Isya diserang oleh pelaku berinisial IM, 24 tahun. IM diketahui mengenal Yazid karena sering berkonsultasi. Polisi menduga pelaku kecewa dan stress karena tidak mendapatkan solusi dari konsultasinya itu.
Imbas dari banyak rangkaian diskriminasi yang dialami oleh ulama atau tokoh agama membuat banyak pihak meragukan dan meminta polisi untuk segera mengusut tuntas tindakan tersebut. Pasalnya peristiwa diskriminasi yang menimpa para pemuka agama di negeri ini seolah-olah merupakan tindakan yang dilakukan secara masif dan terencana. Hal ini kemudian membuat publik meradang dan geram karena para pelaku selalu di kategorikan mengalami gangguan kejiwaan atau gila.
Menyikapi hal tersebut, hal demikian akan terus terjadi menimpa para pemuka agama di negeri ini. Terlebih lagi kasus-kasus serupa kerap terjadi ketika mendekat berlangsungnya pesta demokrasi. Hal ini pula menandakan bahwasanya negara tidak sepenuhnya memberi jaminan kebebasan kepada setiap individu ketika melakukan amar Ma'aruf nanti mungkar. Wajar bila saat ini masyarakat berspekulasi bahwa negara telah gagal menjamin keselamatan serta keamanan rakyatnya.
Menyoal tindak kriminal yang dialami Syech Ali Jaber, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD pun angkat bicara terkait penusukan terhadap ulama Syekh Ali Jaber di Bandar Lampung, Minggu sore, 13 September. Mahfud menginstruksikan agar aparat kepolisian segera mengungkap kasus ini.(13/09/20)
Senada dengan hal tersebut, Mahfud MD pun mengatakan bahwa “Pemerintah menjamin kebebasan ulama untuk terus berdakwah amar makruf nahi munkar dan menginstruksikan agar semua aparat menjamin keamanan kepada para ulama yang berdakwah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan di era COVID-19."
Namun patut digaris bawahi bahwa perlindungan keamanan tidak bisa dijadikan parameter perlindungan terhadap ulama dalam berdakwah. Buktinya, hingga saat ini ulama, para pemuka agama maupun aktivis Islam masih saja mendapatkan perlakukan diskriminasi mulai dari tindakan persekusi, pemukulan, penusukan hingga kehilangan nyawa.
Kondisi ini pun selaras dengan penerapan sistem demokrasi kapitalisme bersamaan dengan rezim neoliberalisme. Dimana, siapapun yang tidak sejalan dengan instruksi penguasa maka akan digebuk hingga dicap sebagai radikal. Jadi bisa dikatakan yang hanya mendapatkan jaminan kebebasan hanyalah mereka yang mau mengikuti wejangan rezim sekuler. Namun disisi lain, ketika para ulama, pemuka agama maupun aktivis Islam yang menyuarakan amar ma'aruf nahi mungkar sama sekali tidak diberi ruang.
Nasib ulama dalam sistem demokrasi sekuler akan selalu dimatikan langkah dakwahnya bahkan tak segan-segan dihilangkan nyawanya. Ini sudah menjadi cara para pembenci Islam yang tak ingin melihat adanya membangkitkan Islam kembali jaya.
Sementara didalam Islam, ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia di tengah-tengah umat. Dihormati karena keluasan pemahamannya tentang agama, dan diminta pendapatnya dalam memecahkan setiap permasalahan umat. Ulama adalah pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan. Jika keberadaan ulama adalah nikmat, maka sebaliknya wafatnya ulama adalah musibah bagi manusia.
Rasulullah SAW bersabda : " Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu ini sekaligus yang dicabut dari hambaNya. Akan tetapi Allah akan mencabut ilmu ini dengan wafatnya para ulama. Dan jika para ulama tidak tersisa lagi, maka manusia akan memilih pemimpin-pemimpin yang bodoh. Pemimpin itupun di tanya maka ia akan berfatwa tanpa dasar ilmu. Lalu sesatlah mereka dan mereka juga menyesatkan orang lain” [HR. Bukhari]
Sesungguhnya bangsa dan negara ini rusak akibat penguasa menerapkan sistem kapitalis-liberal yang berasal dari sekulerisme. Sistem yang didasarkan oleh hawa nafsu. Karenanya, kemuliaan dan keselamatan para ulama akan terjaga ketika bangsa ini sepenuhnya menerapkan syariat Islam secara kaffah. Karena hanya dengan penerapan Islam secara keseluruhan akan menjauhkan bangsa ini dari segala bentuk diskriminasi.
Wallahu A'lam Bishshowab
Post a Comment